20. Perjalanan
Di pagi hari pada pukul 7:30, dia atas kursi sofa, jeff sedang mengencangkan tali sepatu. Rose yang sedang merapikan pakaian yang juga lengkap dengan jaket, mereka sama-sama bersiap memebereskan barang-barang yang akan mereka bawa. Dua buah tas besar kini selesai mereka kemas. Yang di dalam tas itu terdapat barang-barang keperluan pendakian. Lalu mereka duduk bersama-sama di atas sofa bersampingan. Minuman dingin di dalam botol yang terletak di atas meja kaca mereka raih lalu meminumnya perlahan. Dan keduanya sama-sama serentak meletakkan botol itu di atas meja.
Keduanya menikmati suasan sebelum pergi dengan tangan kanan jeff merangkul pundak Rose. Keduanya mengobrol sejenak, sambil menunggu kedatangan ketiga temannya. Dan lima menit kemudian, Suara mobil berbahan bakar Solar berhenti dengan suara kendaraan yang bising. Rose dan jeff sama-sama melihat ke arah pintu lalu saling menoleh. Suara mobil itu terdengar beberapa orang sedang membuka pintu mobil dan di iringi suara mereka yang tertawa-tawa seperti membahas sesuatu yang menarik.
Jeff dan rose beranjak dari duduknya, mereka saling berpegangan tangan berjalan menuju ke arah pintu. Kemudian jeff perlahan membuka pintu dan benar ketiga temannya sudah datang dengan hampir seluruh tubuhnya di lengkapi asesoris. Micahel dan mitch lengkap berpakaian seragam dan bersepatu bot dan bercelana pendek. Sedangkan Jeff memakai celana cargo yang biasa di gunakan para pendaki untuk menaiki pengunungan.
Oh, kalian sudah datang. Sapa jeff berdiri bersama Rose di depan teras. Terlihat mobil besar berjenis SUV yang di lengkapi dengan bak kecil di belakang mobil itu untuk keperluan meletakkan barang.
Hei kalian, ayo kita pergi. Bawa barang kalian. Ajak Michael yang penuh dengan semangat di pagi itu. Rose dan jeff hanya tersenyum.
Ya, tunggu. Jawab jeff yang langsung saja masuk ke dalam rumah mengambil dua buah tas besar yang membentuk kotak. Dia meraih tas itu yang tersandar di dinding dekat sofa. Dia menyinggahkan salah satunya di punggung, dan tas milik Rose dia bawa dengan kedua tangannya. Jeff lalu keluar dari rumah itu, dan Rose menutup pintu dan meletakkan kunci di bawah pot bunga sesuia kebiasaanya. Karena sewaktu-waktu, kedua orang tuanya tiba-tiba datang tanpa lebih dulu mengabarinya. Jeff lalu di bantu Mitch meletakkan barang di bagasi kecil di belakang mobil. Lalu tangan Michael segera menutup bagasi itu dan menguncinya secara manual. Di rasa semua sudah siap michael berucap.
Ayo kita pergi. Ucapnya penuh semangat. Dan tampak Michael seperti seorang ketua dalam satu kelompok namun bukan. Mereka lalu satu-persatu masuk ke dalam. Michael lalu menghidupkan mobil dan perjalanan menuju ke sebuah gunung kecil misterius tanpa nama itu mereka mulai.
Di tengah perjalanan, dan arah perjalanan mereka sebenarnya berada lurus menuju ke tempat tinggal jeff. Namun sebelum menuju ke tempat tinggal paman joki, jalanan itu terbangi antara dua cabang, jalan yang ke kiri bernama Acelofbitla. Dan cabang jalan sepi yang ke dua bernama Bergintol. Aksi di jalanan itu di iringi musik yang sedikit terdengar keras, namun menenangkan hati. Mitch terlihat mengabadikan momen itu dengan mengabadikan video mereka di sepanjang jalan. Sesuatu yang terlihat penting saat di jalanan mitch meliputnya dan menerangkan. Dan semua orang yang berada di dalam mobil itu memiliki camera untuk meliput di setiap perjalanan.
Satu jam berlalu, mereka sudah sampai di bibir gunung kecil yang akan mereka daki. Michael menitipkan mobilnya di sebuah rumah kecil namun Area rumah itu sanggup untuk menampung puluhan mobil para pendaki. Mereka menunggu di depan rumah kecil itu untuk pendataan jika sewaktu-waktu ada sebuah tragedi dan rumah itu tak lain salah satu pos penyelamat bagi para pendaki yang mengalami masalah di atas puncak. Setelah semua terdata, salah satu lelaki team penyelamat mengintruksikan kalau mereka jangan pernah naik ke paling puncak. Dan orang itu tidak memberikan alasan akurat tentang larangan itu. Kemudian mereka menyetujui, karena pendakian itu adalah sebuah alasan mereka mengikuti tugas kuliah, namun padahal tidak.
Dari jalanan yang semula padang rumput hijau yang tinggi, mereka mulai melalui jalanan setapak yang terus mulai meninggi. Rasa haus beberapa kali datang dan mereka harus meminum air mineral dan juga beberapa kali beristirahat sejenak di bawah pepohonan. Kemudian mereka kembali melanjutkan perjalanan, jeff yang sudah beberapa kali mendaki pegunungan tentu sudah biasa dengan hal itu, namun pegunungan lain, bukan gunung kecil tanpa nama yang sekarang ini mereka daki.
Mereka mulai memasuki area hutan, dan saat masuk di sana mereka berhati-hati. Jeff berantisipasi, sebelumnya dia sudah mempersiapkan pisau yang terselip di selingkar pinggangnya. Karena dia berpikir sewaktu-waktu ada hewan buas yang mungkin akan menyerang. Perjalanan memasuki hutan itu terasa cukup lama, namun beberapa tanda menuju ke tengah gunung itu masih terasa cukup lama. Semua barang yang mereka bawa di dalam tas besar yang melekat di punggung tentu membuat peegerakan mereka berjalan sedikit lambat.
Kau yakin kita akan meneruskan ke puncak jeff? Tanya Rose di samping Jeff, di saat mereka berada di area hamparan dedaunan kering yang mereka injak. Bunyi injakan dedauan kering itu membuat suasana menjadi berisik.
Kenapa tidak, aku yakin. Ucap jeff menjawab dengan sangat percaya diri. Dan ketiga temannya mendengar yang berada berjalan di paling depan. Sekilas mereka satu persatu menoleh ke belakang melihat jeff lalu kembali melihat ke arah pepohonan.
Jika kau ragu kita dapat berhenti di tengah gunung saja dan kembali jeff. Aku juga tidak memaksakan diri untuk sampai ke puncak karena sudah di larang. Ucap micahel berjalan berada di paling depan.
Kau seperti bayi saja Michael. Jangan berpikir aku ragu dengan pendakian ini. Sudah aku putuskan kita semua mendaki sampai ke puncak. Kata Jeff dan terdengar sangat arogan, sifat jeff memang begitu, segala sesuatunya harus berambisi dia dapatkan. Namun jeff type pria penyayang.
Terserah kau saja jeff. Ucap micahel tanpa harus menambahkan ucapan, karena dia tahu, dia tidak ingin berdebat dengan orang gila menurutnya. Rose dan Hanna hanya menyimak, mereka tidak berkata apa-apa, karena sebelumnya mereka sudah sepakat untuk pergi sampai ke puncak.
Perjalanan kembali berganti di area semak belukar yang sangat rimbun. Parang besar pun sudah michael persiapkan untuk memotong semak-semak yang sangat rimbun itu, udara di sore itu semakin dingin, dan mereka belum tahu sudah sampai di pertengahan pegunungan atau belum. Ya, pendakain itu mereka hanya menebak-nebak saja, hanya membaca peta jalur pendakian yang harus mereka susuri. Kicauan burung di sore itu pun mulai terdengar ramai, suara serangga pohon tak henti-heninya menderit di setiap langkah mereka. Mereka tetap riang di pendakian itu. Dan akhirnya mereka kembali berhenti sejenak mengistirahatkan tubuh.