Hening diantara kami berdua cukup lama sampai aku mendengar suara Reno. Kami berdua masih mencerna apa yang dikatakan Rasyid sebelum pergi dari ruangan itu. “Aku tadi salah denger kan?” kata Reno memastikan, aku menggeleng. “Sebelum aku pingsan dia sudah mengatakan itu berkali-kali, ga mungkin kan aku pingsan gara-gara perkataan receh macem itu.” Kataku dengan kekehan miris. “Mungkin aja, tapi kalo itu terdengar dari mulut seorang Ar Madin, aku tidak percaya, bagaimana bisa seorang Ar Madin mencintai wanita dengan hatinya. Impossible.” Gumam Reno tak sadar. “Do you think so?” tanyaku dan Reno langsung sadar, “Iya menurutku tapi entahlah bisa aja semua itu benar.” Ucap Reno menampilkan senyum manis yang malah mencurigakan untukku. “Tell me what you know about Rasyid, Ren. Please,” kata