Elia memukul lengan El yang telapaknya membekap mulutnya. "Diam! Kamu ribut, ngoceh, marah-marah, ngomel-ngomel, tidak akan merubah apa-apa. Kita tetap akan berada di sini sampai nanti saatnya datang bantuan." El melepaskan telapak tangannya dari mulut Elia. Elia mengusap bibirnya dengan punggung tangan. Suara tangis Elia terdengar nyaring. El tidak menyangka, Elia yang galak ternyata penakut. "Sebaiknya sekarang kita berdoa. Semoga hujan cepat berhenti sehingga ada sinyal, dan kita bisa menghubungi orang tambang." "Saya takut!" Elia berteriak seraya menangis. "Makanya berdoa!" Hujan sudah mulai reda, hanya saja kilat, petir, dan angin masih menderu. Kilat menyambar, petit menggelegar. Elia gemetar, bukan hanya karena kedinginan, tapi juga karena ketakutan. Kedua tangan Elia mencen