Mereka menyeberang jalan. Tanpa sadar El tidak melepaskan pegangan tangannya di tangan Elia. Pasar memang sudah tertata rapi, tapi beceknya masih sama seperti dahulu. Pasar itu berada di atas tanah pribadi, dan dikelola secara pribadi oleh pemiliknya. Mereka langsung menuju ke warung langganan. "Nini Zizi." Orang di warung mengenal Rara sebagai Nini Zizi. Di antara keluarga Ramadan, Zizi sampai sekarang paling rajin membeli makanan di sana. Mereka berempat duduk di bangku kayu panjang. "Kak Razzi ingin makan apa?" Tanya Rara pada Razzi. Panggilannya tetap sama seperti dahulu kepada Razzi. "Aku rawon saja." "El ingin makan apa?" "Soto full plus satenya lima." "Ini El kembarannya Zizi ya, Nini." "Iya. Baru pulang dari Jakarta." "Gagah sekali." "Elia, makan apa,. Ada soto, nasi s