PERTENGKARAN

1187 Kata
Steven mengarahkan pandangannya kepada gadis yang baru saja datang. Ia melihat penampilan gadis itu dari ujung kaki sampai ujung kepala. Tidak ada yang menarik dari si gadis di matanya. Penampilannya sangat biasa. Dengan rok jeans selutut dipadukan shirt yang pas membentuk tubuh serta sepatu kets berwarna biru. Rambutnya hanya digerai, tanpa sentuhan make-up. Hanya polesan lip balm saja dibibirnya. Sangat jauh berbeda dengan penampilan Saskia yang selalu modis dan juga branded. Dania memang menuruni sifat Kartika yang sederhana dan apa adanya. Ekspresi Steven semakin tak suka melihat kedatangan Dania. Kalau bukan permintaan sang ibu, lelaki itu tidak mungkin datang menemui Dania-gadis yang akan dijodohkan dengannya. Sementara Dania yang sudah berdiri di depannya, tampak terpesona dengan ketampanan dan penampilan rapi pria yang duduk di hadapannya. Ini pertemuan kedua kalinya dengan Steven dan ia baru sadar bahwa lelaki ini memang tampan. Saat pertemuan pertama mereka, Dania tidak terlalu memperhatikan, sebab saat itu semua keluarga hadir dan ia tidak terlalu fokus dengan Steven, ia hanya fokus dengan Nyonya Nirmala-ibu kandung Steven yang terus mengajaknya bicaranya. Tak bisa dipungkiri bahwa lelaki ini memang sangat mempesona dimata para gadis. Dari segi wajah, penampilan dan keluarga, Steven adalah sosok pria yang nyaris sempurna. Pantas saja Saskia sang adik sangat mencintai pemuda di hadapannya ini. "Permisi. Kau sudah lama menunggu? Maaf kalau aku lama. Aku masih ada kuliah tadi," Dania menyapa Steven dengan ramah. "Kau Dania?" Steven tidak menjawab langsung. Ia memastikan lagi nama gadis yang berdiri di depannya. "Iya, saya Dania," jawabnya sopan. "Duduk!" Steven mempersilahkan Dania duduk di depan dengan sikap datarnya dan Dania pun duduk. Bola mata Steven tak pernah teralihkan ke arah lain, pandangannya terus tertuju kepada Dania. Bukan karena ia tertarik namun karena ia mencari sesuatu yang menarik dalam diri wanita itu. Ia sama sekali tak menemukan sesuatu yang membuatnya tertarik dengan wanita ini, malah membuatnya semakin tidak suka. 'Dia tidak seperti Saskia, jauh sekali penampilannya dengan Saskia. Apa papa dan mama tidak salah ingin menjodohkan aku dengan gadis ini?' Steven membatin sambil terus menatap Dania. Ia juga tidak bisa menolak permintaan keluarganya. Bila menolak maka ia tak akan diakui oleh keluarganya sebagai pria bertanggung jawab. Jalan satu-satunya adalah menikah dengan wanita pilihan keluarga. Semakin dipikirkan, Steven semakin benci dan tidak suka dengan Dania yang ikut menerima perjodohannya. "Gua gak tahu kenapa nyokap dan bokap gua bisa suka sama cewek kayak lo. Sebenarnya apa sih yang sudah lo lakuin sama mereka sampai mereka bersedia menikahkan gue sama lo." Steven menatap sinis Dania. "Aku minta maaf tentang masalah itu. Aku tidak tau kenapa Om Hardiyata dan tante Nirmala memilihku ketimbang adikku Saskia. Tapi, di sini aku hanya ingin menegaskan jika aku menerima perjodohan ini karena usaha papa sedang terpuruk. Aku kemari hanya ingin menegaskan jika setelah kita menikah hubungan kita tidak lebih dari hubungan di atas selembar akta nikah. Kau boleh tetap menjalin cinta dengan Saskia dan aku bisa melanjutkan S2-ku. Yang paling penting adalah membahagiakan keluarga." Steven diam menatap Dania, "Sesuatu yang paling gua benci dari perempuan adalah saat dia nuntut cinta dari gua. Apa lo bakal lakuin hal yang sama?" tanya Steven kemudian. "Kau tenang aja. Aku tidak akan menuntut cinta ataupun perhatian darimu. Aku tidak akan menyusahkanmu. Kamu bisa pegang janjiku baik-baik," kata Dania dengan keyakinannya. "Jadi intinya, lo nikah karena usaha om Rivan yang sedang krisis?" tanya Steven. "Sebenarnya gua juga menginginkan hal ini. Tapi sebelum gua setuju, gua mau tanya satu hal lagi. Apa lo benar yakin lo gak akan ikut campur urusan pribadi gua. Termasuk hubungan gua dengan para wanita dan semua hal yang gua lakukan di luar?" "Ya, aku yakin. Aku gak akan ikut campur. Itu janjiku." Dania menjawab dengan lantang dan penuh percaya diri. “Oke. Mari kita menikah dengan semua syarat itu, tapi kita hanya menikah selama enam bulan karena gue akan menikahi Saskia.” "Itu kartu nama gua. Lo bisa hubungin kalau ada hal penting yang mau lo bahas. Gua nggak bisa lama-lama di sini." Steven sungguh tak bisa melanjutkan lagi obrolannya dengan Dania karena hari ini ia harus bertemu dengan Saskia. Apa lagi, ia dan Dania sudah membahas inti dari pertemuan mereka. Pemuda itu meletakkan dua lembar pecahan seratus ribu di dekat cangkir kopinya lalu melambaikan tangannya ke arah pelayan. Setelah itu, ia berdiri meninggalkan Dania sendiri di meja restoran tersebut. Dania diam menatap kartu nama yang diberikan Steven. Ia merasa lega mendengar Steven setuju namun ada perasaan sedih juga karena ia harus mempermainkan kehidupan pernikahan yang diimpikan setiap perempuan dengan lelaki yang sudah memiliki pacar. Sialnya lagi dia adalah kekasih adiknya sendiri. Dania pun tak ingin berlama- lama, ia segera memesan taksi online dan pulang.Tak lama taksi itu berhenti di depan rumahnya. Dania buru-buru memberikan ongkos taksi kepada sang supir taksi lalu turun dari mobil. Ia berlari masuk ke dalam, dan ketika perempuan itu membuka pintu, tiba-tiba asbak berukuran sedang melayang ke arahnya, mengenai dahi gadis itu sampai berdarah. "Lo pasti udah jebak Steven dengan tubuh lo, makanya dia pilih lo. Lo pasti jebak dia.Dan lo pasti pergi ke dukun untuk mengguna-gunai kedua orang tuanya sehingga mereka memilih lo dan menentang hubungan gue dengan Steve!" pekik Saskia. Sifatnya memang kasar dan bila marah ia sering melempar barang kepada Dania. Tentu saja hal itu ia lakukan jika Rivan tidak ada. Bagi Dania, Saskia pantas marah, dan salah paham terhadapnya karena bagaimana pun Saskia adalah kekasih Steven. "Saskia! Kau ini bisa tidak sopan sedikit kepada kakakmu? Dania itu kakakmu dan dia harus kau hormati!" pekik Reni yang baru saja keluar dari kamarnya. "Bela saja dia terus,Oma! Dulu, Oma selalu membelaku tapi, semua berubah sejak dia dan ibunya datang ke tengah keluarga kita. Aku benci!" teriak Saskia. "Kau tidak tau dan tidak mengerti apa-apa Saskia!Lebih baik kau diam. Kau masuk kamar sekarang Dania. Nggak usah pedulikan dia. Obati lukamu di kamar, oke!" Reni menatap Dania dengan mata sendu seraya memegang dahi Dania yang berdarah, bahkan meneteskan air matanya melihat darah yang terus menetes dari dahi cucunya itu. "Iya Oma.Aku permisi masuk ke dalam!" Pamit Dania kemudian mengangguk pelan di depan Reni yang sangat Dania hormati. Di dalam kamar Dania duduk di tepi tempat tidurnya yang mewah. Rasanya ia ingin kembali ke masa di mana ia hanya tinggal berdua saja dngan Kartika sang ibu. Awalnya, Saskia tinggal bersama tantenya Rania.Tapi,setelah ibunya meminta Saskia tinggal bersama mereka ia harus mengalah terus menerus pada adik tirinya itu. Di depan papa dan omanya Saskia memang tidak terlalu berani. Tapi,saat hanya mereka berdua saja dia akan bersikap semena-mena kepada Dania. Dania sedih. Meskipun ia dan Saskia cuma beda dua tahun, tapi ia tetaplah kakak Saskia dari satu ayah. "Papa menamparku lagi!" Suara Saskia terdengar jelas di luar. Ia ditampar lagi oleh Rivan. Oma Reni pasti mengatakan pada Rivan tentang semua perbuatan Saskia yang tidak sopan kepada Dania. Itu juga sudah menjadi hal biasa yang dilakukan oleh Rivan. Menampar anak-anaknya bila bersikap tidak baik pada orang, apalagi pada saudaranya sendiri, namun ini juga akan berdampak pada Dania. "Mas, tega sekali kamu memukul anakmu sendiri," kata Kartika. Wanita itu memang tidak suka jika Rivan main tangan kepada anak-anak mereka. "Ini semua karena Saskia sudah keterlaluan pada kakaknya sendiri. Harusnya dia sopan pada Dania. Bagaimanapun juga Dania itu kakaknya."
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN