WEDDING

1170 Kata
Steven berada di Red Top Jakarta bersama dengan David-sahabat baiknya. Usia mereka beda jauh, tetapi karena David dan Steven berada dalam dunia bisnis, membuat mereka dekat, apalagi Steven sangat respect dengan Syailendra dan Nirina-orang tua David. Kedua lelaki itu duduk berdampingan di sebuah ruangan VIP yang memang biasa mereka tempati duduk bila sedang berada di Bar tersebut. "Jadi, lo udah mutusin untuk nikahin si Dania itu. Bukannya selama ini lo nentang buat nikah sama orang yang gak lo cinta?" David menanyakan kembali keputusan Steven karena menganggap bahwa keputusannya itu sangat gegabah, apalagi ia kenal Steven -orang yang tidak suka melakukan sesuatu yang tidak diinginkannya. Ia menatap serius sahabatnya yang sibuk menggoyang-goyangkan gelas birnya, menunggu pertanyaannya segera dijawab oleh Steven . Steven meminum bir miliknya sebelum kemudian menjawab, "Mau gimana lagi. Gua terpaksa nikahin Dania. Kalau gua nolak nikah, bokap bakal narik semua fasilitas gua." "Lo kan, bisa kerja di Perusahaan gua Steve. Waktu itu kan, lo pernah bilang sama gua, kalau Om Hardiyata tetap paksa lo nikah, lo bakal serahin semua fasilitas yang beliau kasih dan cari pekerjaan lain di luar." “Emang rencananya gua mau kayak gitu Vid, tapi Saskia gak setuju. Dia bilang, mending gua nikah sama Dania. Daripada gua harus lepasin posisi sebagai pewaris keluarga, apalagi lepasin semua fasilitas dari Papa.” "Steve, kenapa gua ngerasa Saskia itu gak cinta sama lo, tapi cinta sama semua yang lo punya?" Mendengar ucapan Steven membuat David curiga dengan sikap Saskia kepada Steven dan Steven langsung menoleh, menajamkan bola matanya kepada sang sahabat, "maksud gua gini, dia emang cinta sama. Tapi,kalau memang dia cinta mati, ngapain setuju lo nikah? Sama kakaknya pula. Gua ngerasa dia sama aja kayak mantan-mantan lo sebelumnya yang cuma cinta sama penampilan dan uang yang lo punya." David melanjutkan kembali ucapannya, tidak peduli dengan tatapan tajam Steven kepadanya. ."Gua gak suka kalau lo jelek-jelekkin Saskia. Saskia bukan cewek seperti yang lo pikirkan." Steven kembali bicara untuk menghilangkan keraguan dipikiran David mengenai Saskia. "Gua gak jelek-jelekin Saskia, Steve, tapi menyampaikan apa yang ada dipikiran gua. Dan meskipun Saskia sahabat baik Angel tapi gua gak terlalu kenal pacar lo itu. Lo juga kayaknya gak serius amat sama Saskia," ujar David. "Kenapa lo bisa bilang begitu?" tanya Steve yang tampak tak terima dengan kalimat terakhir David. "Ya karena selama ini lo masih suka main cewek. Setiap kali lo ke tempat hiburan malam. Lo masih tidur dengan mereka. Itu artinya lo gak serius cinta sama Saskia. Kalau lo serius, lo pasti bakal berhenti, perlu gue sebutin cewek mana aja yang lo tidurin? Travel, King Cross? Belum lagi dancer-dancer dan itu DJ yang kerja di Crown ... DJ Cleo, lo punya hubungan juga kan sama dia," jelas David. "Gue sama mereka kan hanya sebatas itu. Mereka butuh uang gue butuh kepuasan. Lagi pula laki-laki ibarat mobil, Vid. Parkir di mana aja tapi garasi hanya satu. Gue berhubungan dengan siapa saja tapi Saskia tetap wanita yang gue cinta." Steven menjelaskan tentang perbandingan Saskia dengan para wanita yang hanya berniat tidur dengan Steven demi bayaran uang. Ya, Steven memang masih belum bisa lepas dari kebiasaannya yang tidur dengan para perempuan yang menginginkan dirinya. Meski ia sudah menjatuhkan pilihan hatinya kepada Saskia namun ia masih saja melayani para wanita yang mendekatinya. Hubungan mereka sih hanya berlangsung satu malam dan Steven tidak menganggap itu sebagai penghianatan terhadap Saskia, sebab ia sama sekali tak memiliki hubungan apapun dengan para wanita itu. Sekali tidur langsung dilupakan. Steven sudah bersumpah bahwa ia akan menghentikan kebiasaannya bila Saskia sudah sah menjadi istrinya. Seperti itulah kehidupan Steven , pria dingin, cuek namun entah kenapa para wanita masih saja berkerumun mendekatinya. Bahkan rela menyerahkan mahkotanya demi bisa tidur dengan lelaki tampan itu. "Terus, lo gak takut jatuh cinta sama Dania?" tanya David yang penasaran dengan pendapat Steven mengenai Dania. "Cih ... gua gak bakal tertarik sama cewek norak kayak dia, apalagi jatuh cinta. Lo harus tahu Vid, biarpun dunia kiamat dan cewek satu-satunya cuma dia, gua Steven Hardiyata gak bakal jatuh cinta sama dia." Steven menegaskan kalimatnya dengan nada meremehkan pertanyaan dari David yang menurutnya tidak mungkin. Bukan tidak mungkin, tapi mustahil bagi Steve. David tak langsung menanggapi malah tersenyum miring seraya menuangkan bir di gelasnya. Setelahnya, ia menatap Steve kembali. "Lo juga harus tahu Steve. Hati yang lo punya itu, gak bisa lo tanganin sendiri." David menunjuk-nunjuk d**a Steve dengan jari telunjuknya. "Siapa bilang gua gak bisa tanganin hati gua sendiri. Selama ini gua udah mengendalikan hati gua kok. Kalau gak, gua pasti bakal mudah terperangkap sama cewek gak jelas. Apalagi cuma sama Dania yang gak ada apa-apanya dari mantan-mantan gua." "Ya, terserah lah, tapi kalau sampai kata-kata gua tadi terbukti. Lo jangan panggil gua lagi buat jadi penasehat cinta lo," ujar David. "Cih ... tenang aja. Hal itu gak bakal terjadi. Sudahlah. Gua lebih baik pulang. Kepala gua udah mulai pusing." Steven pun berdiri dari sofa lalu berjalan beberapa langkah untuk meninggalkan tempatnya. Dua minggu sesudah foto prewedding Dania dan Steven , kini hari pernikahan keduanya mulai dilangsungkan. Mereka melangsungkan pernikahan di Hotel Swiss Bell. Salah satu hotel yang terbilang mewah di Kota Jakarta. Keluarga Atmaja yang mengatur semuanya, termasuk Ballroom Hotel yang mereka sewa di Hotel Mewah tersebut. Bagaimana tidak, dari mulai acara lamaran, gaun pengantin, prewedding, acara pernikahannya semuanya sudah disulap menjadi sebuah pernikahan indah nan mewah. Bahkan Keluarga Hardiyata sudah mengurus rencana bulan madu Dania dan Steven ke Paris. Pintu masuk ruangan Ballrom sudah terpampang jelas bingkai foto Dania dan Steven . Para tamu yang mulai berdatangan bisa melihat foto kedua calon pengantin yang sebentar lagi resmi menjadi sepasang suami istri. Dan sebelum mereka masuk ke dalam, para tamu harus mengikuti prosedur yaitu menyerahkan undangannya kepada petugas yang berjaga di depan pintu masuk. Mereka juga menerima sovenir pernikahan berupa lilin aroma terapi yang bisa mereka pilih berdasarkan aroma yang mereka suka. Tuan Syailendra dan Nyonya Nirina yang baru masuk ke dalam ruangan Ballrom, langsung mendatangi Nirmala. Kedua orang tua David tersebut berteman baik dengan Nyonya Nirmala. Mereka sudah seperti satu keluarga bila bertemu. "Nirmala ... kok kamu sendiri. Hardiyata mana?" tanya Nirina yang sudah berdiri di depan Nirmala. "Dia lagi ngomong sama temen bisnisnya. Biasalah, masalah bisnis ini dan itu," Nyonya Nirmala. "Oh begitu," balas Nirina. "Eh, kalian duduk di sana dulu deh." Nirmala menunjuk sebuah ruangan khusus untuk istirahat bagi para keluarga, "Mas Syailendra, bawa Nirina dan David istirahat di sana. Aku masih mau di sini dulu, sambut tamu." "Oke," jawab Syailendra. "Tan, Steven dimana? Saya mau ketemu sama dia sebentar!" sahut David. "Ada di ruang ganti. Sebentar lagi dia keluar soalnya ini udah jam sepuluh. Udah waktunya ijab kabul," jawab Nyonya Nirmala. "Oh, ya udah kalau gitu saya ke sana aja," ujar David. "Memangnya kau tahu ruangannya di mana?" sahut Nyonya Nirina bertanya. "Tahu lah, Ma," jawab David. "Ya udah. Mama dan Papa kamu ke sana dulu sambil nunggu ijab kabulnya dimulai," ujar Nyonya Nirina. "Oke sip," balas David. David pun berjalan meninggalkan mereka semua, begitu juga dengan kedua orang tua David. Nyonya Nirina tak lupa pamit kepada Nyonya Nirmala-sang sahabat sebelum mereka pergi.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN