ADIK TIDAK BERAKHLAK

1086 Kata
Steven menyematkan cincin polos berwarna perak di jari manis Dania, begitu pun dengan Dania yang menyematkan cincin di jari manis Steven. Kedua keluarga besar mempelai merasa lega, akhirnya moment sakralnya berjalan seperti yang diharapkan. Hardiyata dan sang istri, bahagia melihat pernikahan anak sulungnya berjalan lancar. Setelah acara ijab kabulnya selesai, semua orang berpindah ke Ruang Ballrom sebelah, dimana para tamu bisa menikmati hidangan mewah yang disediakan pihak Hotel. Para tamu juga bisa berpesta Coktail bila malam menjelang. Dania dan Steven berdiri di panggung pernikahan yang sudah didekorasi cantik. Mereka berdiri bersama keluarga mereka masing-masing untuk menyambut para tamu yang memberikan mereka selamat. Hanya Saskia yang tidak bergabung dengan keluarganya. Gadis sexi itu beralasan bahwa ia kelelahan dan ia harus istirahat karena besok ia harus syuting dan juga ada beberapa pemotretan. Pukul 2 siang, kedua pengantin sudah berdiri selama dua jam di sana. Dania sudah terlihat kelelahan berdiri. "Sampai kapan aku berdiri seperti ini? Capek banget!" gerutu Dania. Steven yang berdiri di sampingnya, bisa mendengar ucapan Dania. Ia melirik tajam Dania yang terus menghela napas lelah. "Tahan sedikit, karena bukan lo doang yang capek, gua juga," sahut Steven yang membuat Dania kaget. Dania hanya memberengut kesal, suaminya ini memang sangat menyebalkan. Siang berganti malam. Dania tidak lagi memakai gaun pengantin, namun sudah berganti pakaian dengan gaun panjang model Cocktail dress berwarna putih yang memang cocok untuk pesta coktailnya sekarang. Steven juga sudah berganti pakaian dengan setelan jas yang baru. Mereka berpesta bersama para tamu yang masih berdatangan mengucapkan selamat kepada mereka. Steven kini tak bersama lagi dengan Dania. Ia menikmati minumannya bersama David, sementara Dania mengobrol bersama kakak sepupunya- Yunita. "Tumben lo nggak bareng Angel," sahut Steven seraya menikmati minumannya. "Gue udah putus sama Angel," ujar David. "Hah, putus. Bukannya kalian saling mencintai?" Steven tidak percaya bila David sahabatnya itu putus begitu saja dengan Angel. Apa lagi hubungan mereka sudah seperti suami istri dan yang terakhir mereka tinggal bersama dalam satu apartemen. "Kami berpisah baik-baik,dan profesi dia sebagai artis itu bikin nggak tenang. Lo tau lah gaya artis jaman sekarang. Gue nggak bisa terima dan dia juga nggak mau tinggalin dunianya. Jadi, lebih baik jalan sendiri-sendiri. Gue bisa bebas hidup gue juga nggak tertekan," jawab David. "Ya, gua bisa lihat dari sikap lo sekarang. Muka lo gak tertekan lagi," ujar Steven. David yang tadinya fokus dengan Steven, kini bola matanya tertuju ke arah Dania dan Yunita yang tertawa. Jarak mereka agak jauh, namun David bisa melihat ekspresi bahagia kedua perempuan itu. Lelaki itu tersenyum melihat mereka. "Steven, lo lihat istri barumu deh. Dia gak seburuk yang kita pikir. Dia cantik, anggun dan manis saat tersenyum, dan dia itu seorang dokter. Dia pasti wanita yang smart,bro," ujar David memuji sosok Dania. Ia bicara tanpa melihat Steven dan hanya fokus melihat Dania. "Jadi selama ini lo pikir dia buruk rupa?" tanya Steven. "Bukan sampai buruk rupa juga sih, selama ini gue pikir dia kampungan seperti yang lo dan Saskia bilang. Ternyata cantik juga kalau dia didandani seperti itu. Lo tinggal poles dikit, udah cantik, karena memang kelihatannya dia sudah cantik Steven, tapi mungkin karena penampilannya yang tidak semodis Saskia dan Angel. Lo bener yakin gak bakal jatuh cinta sama dia." Steven menghela napas dan mengembuskannya dengan kasar, lalu tersenyum miring seraya menggeleng-gelengkan kepala mendengar semua ucapan David. "Apa selama ini lo kira gua jatuh cinta sama Saskia karena dia cantik dan sexi? Memang salah satunya itu sih, gue akui. Tapi,Dania? Gue nikah sama dia karena paksaan dari papa dan mama!" David hanya diam menikmati Cocktailnya seraya mendengarkan semua kalimat Steven. Bila Steven sudah bicara panjang lebar, menjelaskan semuanya, ia tak bisa berkata apa-apa lagi. "Sudahlah, gue mau sapa mereka dulu. Gue belum kenalan sama Dania. Lo di sini aja." David bicara setelah diam sesaat. "Lo mau ngapain ke sana?" tanya Steven. "Gue mau kenalan doang. Emang salah. Kan dia cuma sebatas istri diatas kertas lo doang bukan perempuan yang lo cintai, jadi gak masalah dong gue dekatin," jelas David seraya meletakkan gelas cocktailnya. "Terserahlah," jawab Steven ketus sambil memutar kepalanya ke arah lain. David berjalan meninggalkan Steven yang tampak kesal. Ia mendatangi kedua perempuan yang berdiri di depan meja bundar kecil. Tinggi mejanya setinggi d**a mereka. Meja itu hanya berdiri dengan satu kaki, bentuknya pun kecil, hanya bisa mereka jadikan tumpuan tangan dan tempat minuman saja. "Hai ladies,apa aku mengganggu?" sapa David dengan ramah. "Saya David, temannya Steven!" Dania menerima uluran tangan David, "Saya Dania, ini kakak sepupu saya, Kak Yunita." Kedua orang itu melepaskan tangannya dan mulai berbincang-bincang santai. Dania sesekali tersenyum kepada David begitu pun dengan David yang ikut tersenyum. Sementara Steven yang sejak tadi melihat mereka, tampak kesal. Meski jaraknya jauh namun ia bisa melihat kegembiraan mereka. Ia agak kesal melihat Dania dan David bisa mengobrol asyik bahkan tertawa dan tersenyum. Ia tidak menyangka bahwa Dania bisa dengan mudah bergaul dengan orang. Ia pikir perempuan yang tidak pernah keluar rumah, tidak bisa mengambil hati orang. Ternyata ia salah. Buktinya David yang cuek, bisa mengobrol santai dengannya. Ia kesal melihat kedekatan mereka, padahal mereka baru saja berkenalan. Memang kenapa ia harus kesal? Ia dan Dania kan bukan dua orang yang saling mencintai. Mereka hanya orang asing yang baru kenal beberapa hari. Itu bukan urusannya bila Dania dekat dengan seorang pria. Namun bila dipikir-pikir, David kan, sahabatnya. Kalau David dan Dania punya hubungan yang tak biasa, mau taruh dimana mukanya. Masa mantan istrinya menjalin hubungan dengan sahabatnya sendiri. Malu dong. Harga dirinya pasti akan tercoreng. Tidak bisa dibiarkan, Steven harus mengingatkan Dania agar tidak terlalu dekat dengan David. Malam semakin larut,tak terasa sudah menunjukkan pukul 12,tengah malam.Satu persatu, tamu meninggalkan tempat pestanya. Kedua pengantin baru sudah masuk ke dalam kamar hotel yang sudah disiapkan pihak hotel. Steven melempar jas miliknya begitu saja lalu berjalan masuk ke dalam kamar mandi tanpa peduli dengan Dania yang berdiri di depan kasur. Sementara Dania yang berdiri di sana, hanya bisa mengagumi kamar hotelnya yang didekorasi indah ala pengantin baru. Ada banyak bunga bertaburan di lantai menaburkan keharuman di ruangan tersebut, bahkan ada bunga mawar merah berbentuk love di atas kasur, bentuknya besar memenuhi kasurnya, dan ada kelambu berwarna merah transparan menghiasi kasur disisi kiri kanan kasurnya. "Cantik sekali." Dania memuji keindahan di depannya, memang cantik. Itu adalah impian malam pertama yang diinginkan semua perempuan, kamar yang didekorasi indah dan menyejukkan mata. Namun Dania hanya bisa memuji dengan bibirnya saja tanpa bisa menikmatinya. Suatu hari nanti, bila ada pria yang menerima semua kekurangannya, menerima dirinya yang pernah depresi, menerima dirinya yang masih trauma akan masa lalu, dia berharap kamarnya juga akan seindah ini.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN