Chapter 1
Austin Aldric mengganti nama grup
Grup chat -JEMPUT JIJI 06.40-
Kenzie Athena : Kenapa nama grup diganti gitu?
Kenzie Athena, atau yang biasa di panggil dengan nama Jiji. Motivasi hidup dari 4 lelaki bucin. Sebentar 4? Seperti tidak, bukan 4 tapi 5 lelaki bucin. Sedari kecil hidupnya selalu dikelilingi oleh Pria tampan.
Austin Aldric : Ji, berangkat sama gua nanti!
Austin Aldric adalah manusia yang pertama setelah Papinya. Austin adalah Manusia paling dingin yang pernah ada dihidup Jiji, sedingin-dinginnya manusia ada di Austin.
Namun bagi Austin, Kenzie adalah musim panas, yang artinya selama ada Kenzie dan selama berada di dekat Kenzie, Austin tidak akan sedingin itu.
Azkiel Bastian : Ehh apaan nih?
Azkiel Bastian : Jiji sama gua.
Yang kedua adalah Azkiel Bastian atau yang di sapa dengan panggilan Azki. Namun tidak bagi Kenzie, Kenzie akan memanggilnya dengan panggilan Kilel.
Zaidan Park : Enggak enggak jiji sama gua.
Yang ketiga adalah Zaidan, Zaidan park. Manusia bucin yang dipanggil Jiji dengan panggilan Idan. Manusia dengan darah campuran Korea-Indo ini tidak bisa hidup sehari pun tanpa melihat Jiji.
Kenzie Athena : Austin pertanyaan jiji kok gak di jawab?
Artyn Aldric : Ji, lo sama gue aja berangkatnya.
And last but not least Artyn Aldric, semua orang memanggilnya dengan nama pertama nya, Artyn. Namun tidak bagi Jiji, Jiji akan memanggilnya dengan panggilan Ar.
Tidak beda jauh dengan kembarannya, Artyn juga adalah manusia yang dingin, namun di balik sifat dinginnya itu, Artyn adalah manusia dengan otak yang gesrek. Punya misi sebagai perusak mood Jiji dan pada berujung dengan adu mulut dengan Austin.
Kenzie Athena : Ar-_-
Austin Aldric : Inget ji, berangkat sama gua!
Kenzie Athena: Jawab dulu pertanyaan jiji!
Austin Aldric : Jawab iya.
Kenzie Athena : Jiji berangkat sama papi.
Azkiel Bastian : Yah ji sama gua aja
Kenzie Athena : Enggak mau kiel.
Azkiel Bastian : Azki bukan kiel
Kenzie Athena J. Mengganti nama grup
Grup chat -Heksagon-
Kenzie tidak membalas pesan tersebut lagi dan menyimpan ponselnya. Namun grup tersebut tepat aktif berbunyi, Austin, Azki, Zaidan dan Artyn masih memperdebatkan tentang siapa yang menjemput Kenzie.
Zaidan Park : Pokoknya jiji gua yg jemput
Austin Aldric : Gua duluan
Azkiel Bastian : Gua
Artyn Aldric : Siapa duluan jemput dia yang bakal bareng jiji.
Austin Aldric : Deal
Zaidan Park : Deal
Azkiel Bastian : Deal
-chat end-
Begitu lah rutinitas pagi keempat lelaki itu, selalu berantem tentang siapa yang akan menjemput kenzie untuk berangkat ke sekolah bersama.
Namun biasanya setelah keributan itu, pada akhirnya kenzie berangkat ke sekolah dengan di antar oleh JK, Papi nya.
=====
Internasional High School
Kenzie berjalan masuk kedalam pekarangan sekolahnya setelah turun dari mobil Papinya. Kenzie berjalan sambil menoleh ke parkiran berharap menemukan salah satu temannya.
“Jiji!” pekik Austin saat keluar dari mobilnya.
Kenzie berhenti dan tersenyum saat melihat Austin yang berjalan kearahnya.“Austin.” Pekik Kenzie saat Austin berada di depannya.
“Kok lo gak nunggu gua jemput?” tanya Austin sambil menatap Kenzie dengan tatapan tajam.
“Kan jiji udah bilang berangkat sama papi.” Ujar Kenzie dengan raut wajah polos.
“Tapi kan gua udah bilang mau jemput.” Ujar Austin tidak mau kalah.
“Yaudah besok pagi ya.” Ujar Kenzie sambil tersenyum manis pada Jiji.
“Tiap hari juga ngomongnya gitu!” Kesal Austin sambil berlalu meninggalkan Kenzie.
“Salah lagi salah lagi,.” Kesal Kenzie dengan bibir manuynnya. “Apa jiji buat jadwal jemput aja ya biar gak pada berantem.” Tanya Kenzie dengan wajah berfikirnya.
Kenzie menjentikkan jarinya sambil tersneyum lebar. “Kenzie kenzie pinter banget sih.” Ujar Kenzie dengan nada bangga sembari jalan menuju kelasnya.
Kenzie adalah siswa kelas 11 yang berada di kelas MIPA 1, disana Kenzie berada satu kelas dengan Azki dan Acik.
Kenzie masuk kedalam kelasnya sambil bersenandung ria. “Morning acik.” Sapa Kenzie pada teman sebangku dan juga tentangganya itu.
Auxilya Aldric atau yang dipanggil dengan panggilan Acik, Acik adalah kembaran Autin dan juga Artyn. Mereka adalah anak kembar 3. Acik tidak berbeda dengan kedua saudara kembarnya, Acik juga memiliki sifat yang dingin. Mungkin Sifat dingin itu sudah mendarah daging dan meresap ke dalam DNA nya.
Acik hanya menoleh pada Kenzie sekilas dan kembali membaca buku yang sedari tadi menjadi pusat perhtiannya.
“Kenapa sih buat jawab sapaan jiji susah banget?” tanya kenzie dalam hati dengan wajah murung.
“Jiji.” Panggil Azkiel yang duduk tepat di belakang Kenzie.
“Iya kiel.” Jawab Kenzie sambil menoleh ke belakang.
“Azki!”
“Oke kiel.” Ujar Kenzie tak bersemangat.
Azki menghela nafas panjang, wanita yang sudah dibucini nya sedari kecil ini memang sangat bebal.
“Keras sih.” Ujar Azki sambil menetuk pelan kepala Kenzie. “Emang dasar kepala batu.” Sambung Azki yang langsung mendapat tatapan tajam dari Kenzie.
“Kiel!” pekik Kenzie kesal.
Azki hannya diam sambil menggelengkan kepalanya.
“Jangan berisik disini bisa gak!” kesal Acik sambil berdecak sebal.
Kenzie hanya diam sambil menundukkan kepalanya. Dia tidak berniat untuk membuat Acik marah karna terganggu oleh pekikannya.
“Kenapa sih cik sensian banget. Masih pagi juga.” Ujar Azki dnegan nada tenang.
Acik menatap tajam Azki, namun bukannya takut, Azki membalas tatapan Acik dengan tatapan tenang seakan menantang Acik.
Kenzie memukul lengan Azki pelan sambil menggelengkan kepalanya. Kenzie tidak ingin jika Azki ribut dengan Acik karna dirinya.
“Lo juga mauan banget duduk bareng acik! Udah tau acik itu sensian mulu sama lo dari lahir, masih aja dideketin!” kesal Azki dengan sangat frontal.
“Kiel.” Tegur Kenzie dengan wajah murung.
“Tau ahh!” kesal Azki sambil menagalihkan tatapannya dari Kenzie menuju sebuah benda persegi panjang.
“Sorry cik, kalau Jiji sama kiel berisik tadi.” Ujar Kenzie tulus.
Acik yang mendengar hal itu hanya diam dan bersikap acuk tak oerduli, sedangkan Azki yang curi pandang kepada dua orang di depannya berdecak sebal.
=====
Hari sudah menunjukkan pukul 12 siang, ini adalah jam istirahat. Sama seperti tadi pagi, rutinitas jam istirahat adalah rebutan untuk pergi ke kantin bareng kenzie.
“Jiji, ke kantin sama gua ya.” Ajak Austin yang muncul entah dari mana.
“Jiji pergi sama gua.” Ujar Azkiel sambil menggandeng tangan Kenzie.
“Jiji cantik, pergi sama idan yok.”ajak Zaidan mengandeng tangan Kenzie yang bebas.
“Temen sekelas jiji itu gua! Jadi jiji pergi nya sama gua!” ujar Azki sambil melepaskan tangan Zaidan yang menggandeng tangan Kenzie.
Kenzie menatap jengah kedua orang yang sedang saling bertatapan tajam disampingnya. Lalu Kenzie menoleh pada Acik yang sedang bersiap untuk pergi.
“Acik, mau ke kantin bareng gak?” tanya Kenzie tulus dengan senyum yang lebar.
Acik mengabaikan pertanyaan yang ditujukan untuk dengan terus menatap ponselnya.
“Acik!” tegur Austin..
“Gak! Gua mau ke perpus.” Ujar Acik sambil menatap dingin Kenzie dan pergi keluar kelas.
Kenzie menghela nafas panjang dengan bibir yang semakin lama terlihat semakin panjang seperti bebek.
Azki yang memahami perasaan Kenzie saat itu, menepuk pundak Kenzie lembut. “Ayok sama gua aja.” Ujar Azki lembut.
Kenzie menatap Azki dan ketiga laki-laki yang selalu ribut jikaitu menyangkut dirinya. Spontan keempat lelaki itu berusaha untuk tersenyum paling manis di hadapan kenzie.
“Kalian bisa gak sih sehari aja gak ribut?” tanya Kenzie random. Keempat laki-laki itu menggelengkan kepalanya bersamaan sebagai jawaban mereka.
“Kita satu sekolah. Kantin yang di tuju juga cuman 1 jadi kenapa harus pada ribut sih!” kesal Kenzie sambil menatap orang pria bucin yang sedang menunjukkan senyum pepsodent.
“Kenzie.” Panggil seorang wanita dari ambang pintu.
Kenzie menoleh pada sumber suara., disana ada seorang wanita yang senyum sambil berjalan kearahnya.
Dia adalah Shanea, Shanea Anasera. Satu-satunya orang baru yang diterima oleh Kenzie dan teman-temannya untuk berada didekat Kenzie.
“Ehhh kok pada ngumpul disini?” tanya Shanea sambil menata 4 orang penjaga Kenzie. “Terus Acik mana? Kok gak ada?” tanya Shanea lagi saaat menyadari jika Acik tidak berada disana bersama mereka.
“Ji gue duluan ya.” Ujar Azki sambil menarik tangannya yang berada di gandengan Kenzie dan pergi setelah mengode ketiga temannya.
“Gue juga.” Ujar Austin lalu pergi menyusul Azki yang sudah terlebih dahulu pergi.
“Gue juga ya ji, bye jiji muah.” Ujar Artyn ikut-ikutan dengan sambil tersenyum genit pada Kenzie dan keluar dari kelas.
“Kok pada pergi?” tanya Shanea bingung melihat satu-persatu cowok idaman satu sekolah itu pergi meninggalkan mereka.
Kenzie menoleh pada Zaidan yang masih setia berada di sampingnya.
“Gue juga ya ji.” Ujar Zaidan sambil tersenyum canggung pada Kenzie.
“Pergi lo semua! Awas aja ngajak gue pulang bareng nanti!” kesal Kenzie tak lupa dengan tatapan tajam yang dilemparnya pada Zaidan yang kebetulan masih berada disana.
“Eehh jiji gk boleh marah-marah, nanti cepet tua loh.” Ujar Zaidan dengan nada yang sangat jelas mengejek Kenzie.
“Idan.” Rengek Kenzie dengan kesalnya.
“Bye jiji.” Pamit Zaaidan sambil berlalu pergi dari hadapan Kenzie dan Shanea.
Kenzie menghela nafas panjang sambil menatap ke arah dimana teman-temannya pergi satu persatu. “Lo kenapa Kenzie?” tanya Shanea bingung.
“Kayaknya lama-lama bisa emosi jiwa gua liat temen kayak mereka!” ujar Kenzie sambil mengendus kesal.
“Tiap hari juga ngomongnya gitu lo, tapi temenannya sama mereka juga.” Ujar Shanea jengah.
“Habisnya gak ada yang bisa bikin gua nyaman kecuali mereka.” Batin Kenzie.
“Lo mau ke kantin gak?” tanya Shanea.
“Mau, laper banget habis belajar kimia.” Ujar Kenzie dengan nada lucu.
“Yaudah yok ke kantin.” Ajak Shanea.
Kenzi mengangguk dan mengandeng tangan Shanea sebelum kedaunya berjalan ke kantin.
Kenzie dan Shanea berjalan beriringan dengan sebangkok sepiring somay yang ada ditangan kanannya dan air mineral kemasan di tangan kiri. Keduanya sedang memasang mode cari, untuk tempat untuk mereka menyantap makanan mereka.
“Jiji.” Pekik Azki tak jauh dari tempat mereka berdiri.
“Kenapa lo panggil sih ki!” tanya artyn dengan nada kesal.
“Kenapa?” tanya Azki asal.
“Lo gak liat apa dia sama siapa?” tanya Artyn dengan nada yang menunjukkan ketidaksukaannya.
“Shane?”
“Nah itu mata lo bisa ngeliat.. Kenapa dipanggil juga!”
“Lah kan gua manggil jiji.” Ujar Azki tak mau disalahkan tentang Shane yang ikut berjalan di belakang Kenzie.
“Tetep aja lo manggil jiji yg sebelahnya pasti ngikut!”
Azki menggedikkan bahunya dan kembali menatap Kenzie yang tengah berjalan kearah mereka.
“Jiji sini buruan.” Ujar Azki mengabaikan omelan yang keluar dari bibir Artyn.
Kenzie berjalan semakin dekat denagn meja mereka, dan kini Kenzie tepa berada disamping meja mereka. “Apa lo manggil manggil gua?!” kesal Kenzie.
“Dihh sensi amet mbaknya.”
Kenzie hanya diam sambil ngedumel tanpa suara.
“Gabung disini makannya ji.” Ajak Azki menawarkan tempat pada Kenzie.
Artyn membulatkan matanya lebar dan langsung mencubit paha sepupunya itu. Azki dan Artyn juga Austin dan Acik adalah saudara sepupu. Mama mereka bersaudara kakak beradik.
Azki mendesis sakit akan cubitan Artyn yang tergolong sangat kuat.
“Kiel kenapa?” tanya Kenzie khawatir.
“Gua dicubit sama artyn.” Adu Azki dengan wajah yang mengiba.
Spontan Kenzie mendelik tajam pada Artyn. “ Kok Ar jahat!”
“Kenapa gua?” tanya Artyn tak terima.
“Udah tadi ninggalin jiji di kelas! Sekarang nyubit nyubit kiel!” cerca Kenzie pada Artyn yang hanya bisa menggaruk pelipisnya.
“Ji duduk dulu.” Pinta Austin sambil menatap Kenzie.
“Eng--.”
“Habis itu baru marahin Artyn.” Sambung Kaustin memotong ucapan Kenzie.
“Enggak!” tolak Kenzie mantap.
“Kalau lo berdiri nanti lo capek nya 2 kali ji.” Ujar Austin lagi.
“Austin lo apaan dah?!”
Kenzie yang menyadari kebenaran ucapan Austin pun langsung mendudukkan dirinya disamping Austin tepat bersebrangan degnan Artyn yang hendak di marahinya.
“Makasih austin nya jiji.” Ujar Kenzie sambil tersneyum lebar pada Austin.
Austin bergumam sambil menepuk punca kepala Kenzie lembut.
“Shane duduk disini dulu ya.” Ujar Kenzie sambil menepuk kursi yang berada disebelahnya. “Gua mau marahin artyn dulu.” Sambung Kenzie lagi.
“Haa?” tanya Shanea bingung.
“Lola lo!” ujar Artyn dan Azki bersamaan.
“Ar!” tegur Kenzie.
“Iya jiji cantik.” Puji Aertyn dengan senyum lebar.
“Jiji masih marah! Gak usah muji-muji dulu!” kesal Kenzie.
“Yahh jadi percuma dong dipuji.”
“Artyn!”
“Doyan banget lo marahin gua ji.”
“Habis Ar itu ngeselin!”
“Mana ada. Ngangenin kali ji?”
“Ngangenin pala lo gundul!” ujar Azki yang tsak terima atas ucapan yang dilontarkan Artyn.
“Nyambung aja lo ki, gak di ajak dalam corversation padahal.”
“Ar jangan marahin kiel nya jiji!”
“Semua aja punya lo ji.” Ujar Austin yang tidak terima jika Kiel juga disebut miliknya sama seperti dirinya.
“Iya dong, kalian semua punya jiji.” Ujar Kenzie dengan nada bangga.
“Lo juga punya kita ji, jadi jangan macam-macam!” ujar Artyn tegas.
“Siapa bilang jiji punya kalian?” tanya Kenzie tak terima.
“Gua barusan.”
“Mana ada gitu, jiji punya Papi Jiji.” Ujar Kenzie.
Artyn yang malas berdebat hanya mengangguk mengiyakan ucapan Kenzie. Azki yang sedari tadi menikmati pertengkaran yang di hadapannya
“Ehh shane, tumben lo diem? Biasanya nyerocos mulu.” Ujar Azki saat matanya tak sengaja menatap Shanea yang hanya diam sedari tadi.
“Haa?”
“Haa haa mulu lo dari tadi.”
“Gak usah lo pancing b**o! Udah bagus dia diam dari tadi.” Ujar Artyn yang sama sekali tidak bisa menunjukkan ketidaksukaannya.
“Ehh iya shan, tumben lo diem.” Tanya Kenzie sambil menoleh pada Shanea.
“Jiji gk usah ikutan azki bisa gak?” tanya Artyn sambil menatap tajam Kenzie.
“Enggak ar sorry.” Ujar Kenzie sambil tersneyum manis pada Artyn. “Jawab shan.” Ujar Kenzie lagi sambil menatap Shane dengan menopang mukanya dengan sebelah tangan.
“Soalnya--.”
“Apa? Apa?” potong Azki dengan semangat.
“Gue suka nih yang ginian.” Ujar Zaidan tak mau kalah.
“Dasar lo biang gosip!”ujar Azki mengejek Zaidan.
“Lo juga kali ki!”
“Soalnya apa shan?” tanya Kenzie.
“Gak papa kok.” Ujar Shanea sambil tersenyum canggung.
“Gak jelas!” cerca Austin.
“Iya gak jelas lo.” Ujar Artyn ikut-ikutan.
Shanea hanya diam tak berniat menjawab.
“Tapi kok jiji gak percaya ya.” Ujar Kenzie sambil menatap Shanea lagi.
“Emang kapan jiji gua ini bisa percaya sama orang hm?” tanya Artyn tepat.
“Sering! Tiap hari!” ujar Kenzie tak terima.
“Dia gak akan suka sama lo! Jadi mending lo jauhin!” ujar Acik yang muncul entah dari mana pada Shanea.
Semua orang spontan menoleh pada Acik. Semua orang kecuali Shanea mengernyit heran tentang apa yang diucapkan oleh Acik, sedangkan Shanea hanya diam dan berfikir jika itu adalah untuk dirinya.
“Acik. Kebiasaan deh lo, kalau ngomong langsung nyambar aja tanpa basa basi.” Ujar Artyn sambil menatap Acik dengan tatapan sinis.
“Lo lagi ngomongin siapa cik?” tanya Azki yang tak bisa memendam rasa penasarannya barang sedetikpun.
“Dia.” Ujar Acik sambari menunjuk Shanea.
“Shane lagi suka sama orang ya?” tanya Kenzie cepat.
Sejurus dengan itu, Shanea langsungmenggelengkan kepalanya cepat. “E-enggak kok.” Ujar Shanea terbata-bata.
“Dan lo.” Ujar Acik sambil menunjuk Kenzie.
“Jiji?” tanya Kenzie sambil menunjuk dirinya sendiri.
“Siap-siap aja.” Ujar Acik dingin.
Kenzie mengernyit bingung, dia tidak mengerti apa yang dimaksud oleh Acik.
“Siap-siap untuk? Jiji harus isap-siap apa?” tanya Kenzie sambil menoleh pada Acik dan Austin bergantian.
“Ditusuk sama orang yg lo percaya.” Batin Acik dengan mata yang menatap dingin Kenzie yang masih dengan kebingungannya.
Setelahnya Acik pergi dari kantin, tujuannya adalah UKS. Acik merasa kepalanya sangat pusing dan berat saat ini. Diwaktu yang bersamaan, Kenzie masih diam dengan berbagai pertanyaan di otaknya.
“Siap-siap apa?” tanya Kenzie sambil menatap Austin.
Austin hanya diam, dia tidak tau. Apa yang diucapkan Acik adalah isi pikirannya, dan isi pikiranny aselamanya hanya menjadi milik Acik.
“Jiji harus siap-siap apa?” tanya Kenzie lagi.
Autin diam sambil mengedkkan bahunya.
“Tuh kan kebiasaan udh mulai tanpa basa basi. Pergi juga tanpa basa basi.” Ujar Artyn sambil menggelengkan kepalanya melihat Acik yang sudah sangat jauh dari matanya.
“Adek lo tu Tin.” Cerca Artyn lagi.
“Adek lo juga b*****t!” kesal Austin.
“Ohh iya, sorry gua suka lupa kalau kita kembar sama orang aneh itu.” Ujar Artyn asal membuat Kenzie menatap Artyntajam.
Maeski Acik selalu menjauhi dirinya, namun Kenzie sangat menyayangi Acik dan tidak suka jika ada orang mengatai Acik.
=====
Bersambung