Devira menyalakan kompor, ia berniat merebus air, untuk memasak mie instan. Ia ingin makan siang dengan mie instant saja, karena asisten rumah tangga mereka yang belum masuk kerja. Devira yakin, kalau siang ini Fahri tidak akan datang untuk makan siang bersamanya. Membayangkan Fahri makan siang dengan wanita pilihan ibunya, membuat hati Devira terasa sakit. Tanpa dapat ditahan, air mata jatuh membasahi pipinya. 'Sabar Vira, pasti akan indah pada waktunya, serahkan semuanya pada yang Maha Kuasa.' Bunyi mobil yang memasuki halaman membuat Devira mengurungkan niatnya, dan segera menuju pintu depan. Ia mengintip dari jendela, ingin tahu siapa yang datang. Matanya melebar, saat mengenali mobil Fahri. Fahri turun dari dalam mobilnya, dengan membawa bungkusan di tangannya. Devira membuka pin