BAB 1. Tentang Alana dan Pertemuannya dengan Damian
"Hari ini pulang malam lagi mas?" Tanya Alana sambil menyiapkan baju untuk suaminya.
"Kan biasanya juga begitu. Ngapain nanya yang udah jelas jawabannya." Jawab Argo cuek seperti biasa. "Hari ini aku makan malam di luar juga, jadi nggak usah buatin aku makanan." tambah laki-laki itu sambil masuk ke kamar mandi. Setitik air mata jatuh di pipi Alana. Wanita itu sudah tahu kalau suami yang sudah dia nikahi selama satu tahun itu berselingkuh dengan teman kecil yang juga merangkap sebagai sekertarisnya.
Alana buru-buru menghapus air matanya kemudian keluar dari kamar menuju dapur. Di atas meja sudah ada sarapan lengkap seperti biasanya. Wanita itu juga sudah menyiapkan kopi kesukaan Argo. Setelah semua siap, Alana duduk di meja makan menunggu suaminya keluar dari kamar untuk sarapan.
"Nasi goreng lagi?" tanya Argo terdengar tidak suka. Laki-laki itu kemudian duduk di meja makan dan menyeruput kopinya. Tidak menyapa Alana atau berterimakasih karena istrinya sudah bangun pagi dan menyiapkan semua itu. Selalu seperti ini setiap hari. Dan bodohnya Alana berpikir suatu hari Argo bisa berubah.
"Mas, ayo kita bercerai!" Kalimat singkat yang Alana ucapkan tiba-tiba itu, membuat Argo kaget bukan main. Mata laki-laki itu meotot menatap istrinya. Dia juga nyaris tersedak kopi yang sedang diseruputnya tadi.
"Apa kamu bilang?" tanya Argo dengan suara dingin. Alana belum sempat menjawab pertanyaan suaminya, ketima. tiba-tiba Nanaw datang. Masuk begitu saja ke dalam rumah tanpa permisi dan duduk dengan santai di samping Argo. Seolah dia tidak baru saja memasuki rumah pasangan yang sudah menikah.
"Selamat pagi kak Argo, selamat pagi mbak Alana." Sapanya sambil tersenyum cerah. Senyum Argo yang tidak pernah dia berikan pada Alana langsung terbit, begitu dia mendengar sapaan dari Nanaw.
"Selamat pagi juga Naw, kamu sudah sarapan? Kebetulan Alana masak Nasi Goreng Kesukaan kamu nih! mau ikut makan?" Argo menawarkan masakan yang Alana buat sejak pagi dengan susah payah itu, pada wanita lain yang datang tanpa permisi. Wajahnya ramah sekali pada Nanaw, padahal kata terimakasih saja tidak pernah dia ucapkan untuk si pembuat sarapan di meja makannya setiap hari.
"Boleh deh kak, kebetulan hari ini Nanaw kesiangan. Mbak Alana, Nanaw boleh kan ikut sarapan di sini?" tanya Nanaw dengan penuh harap. Padahal gadis itu tahu bahwa di meja makan hanya ada dua piring Nasi Goreng. Satu di hadapan Argo, satu lagi di hadapan Alana.
Senyuman di bibir Alana terbit setelah sejak tadi wanita itu terus diam, sambil memperhatikan interaksi keduanya yang kini terlihat sangat berlebihan itu. "Boleh kok! Silahkan makan. Biar aku yang nggak makan. Soalnya aku buat dua porsi doang." jawaban Alana membuat raut wajah Nanaw terlihat canggung. Sementara Argo langsung menatap istrinya penuh peringatan.
"Kamu kan tahu kalau Nanaw setiap pagi pasti datang ke sini buat berangkat kerja bareng aku. Kenapa masak cuma dua porsi doang?" Argo malah mengomeli istri yang susah payah membuatkan sarapan, untuk membela wanita lain. Alana langsung kehilangan napsu makannya.
Alih-alih menjawab ucapan Argo, Alana malah beranjak dari tempatnya duduk. "Selamat sarapan, aku akan membereskan bekas masak tadi." ucapnya cuek lalu berjalan ke dapur. Wanita itu bisa mendengar desahan Argo dan Nanaw yang berbisik menanyakan kenapa hari ini Alana bersikap berbeda.
"Sudah kita makan saja, mungkin dia lagi PMS." Balas Argo berusaha menenangkan Nanaw. Bukankah yang seharusnya dia tenangkan adalah istrinya? Alana merasa seperti di tampar kenyataan.
Selama satu tahun pernikahannya dengan Argo, Alana tidak pernah di sentuh sedikitpun. Mereka memang menikah karena perjodohan, tapi sejak awal baik Argo maupun Alana sudah mencapai kesepakatan yang jelas. Bahwa keduanya bersedia menikah. Alana pikir, Argo lama-lama akan menerimanya. Tapi sampai satu tahun berlalu, Alana masih perawan.
Argo beralasan Alana kurang menarik karena penampilannya yang terlalu Feminim. Laki-laki itu juga mengatakan dia memang memilki masalah pada alat kelaminnya yang sulit untuk berdiri jika wanita di hadapannya tidak sesuai dengan seleranya. Karena itu, selain berusaha merubah penampilan dan merawat dirinya agar sesuai selera Argo, Alana juga berusaha menyarankan dokter terbaik agar Argo mau melakukan terapi. Selama ini wanita itu selalu mendapatkan laporan hasil terapi suaminya, karena Argo tidak mau ditemani untuk terapi.
Hasilnya tidak terlalu baik tapi sedikit demi sedikit ada perubahan. Alana semakin semangat untuk membantu penyembuhan suaminya. Semuanya dia lakukan karena dia berharap banyak pada pernikahan itu. Alana juga berusaha untuk menyesuaikan selera Argo dalam makanan dan yang lain-lain. Tapi yang Alana dapatkan justru pengkhianatan.
Nanaw sendiri adalah teman Argo sejak kecil. Orang tuanya meninggal sejak dia berusia tiga tahun, karena itu Nanaw di rawat oleh keluarga Argo. Karena itu Alana bahkan menganggapnya seperti adiknya sendiri. Dia tidak curiga sedikitpun, meski Argo sangat dekat dengannya.
Tapi semua pikiran positif Alana berubah sejak dua hari lalu. Ketika ada nomor Asing yang mengirimkan beberapa Video m***m yang dilakukan oleh Argo dan Nanaw di beberapa hotel.
Alana tidak langsung percaya pada awalnya, dia menyelidiki banyak hal lebih dulu. Dan akhirnya wanita itu menemukan bahwa selama ini Argo tidak pernah terapy. Semua laporan Terapynya palsu. Dri video itu juga terlihat jelas bahwa milik Argo bisa berdiri dengan sempurna.
"Kita bicara kalau aku pulang kerja nanti!" Ucap Argo hendak pergi begitu saja. Meninggalkan bekas makannya dengan wanita selingkuhan yang membuat Alana jijik.
"Tidak perlu! aku akan mengemasi barangku dan pulang ke rumah Orang Tuaku. Silahkan tanda tanganin saja surat cerai yang akan aku kirimkan." Balas Alana dingin sambil melemparkan piring bekas dia memasak ke rak piring.
"Alana!" Argo berteriak lantang. Laki-laki itu belum pernah semarah ini selama pernikahan mereka. Tapi Alana sudah siap dengan semua ini.
"Yang sabar kak Argo! jangan pakai emosi!" Nanaw berusaha menenangkan Argo dan hal itu membuat Alana tertawa lantang. Wanita itu berbalik kemudian menatap Nanaw dengan tatapan dingin.
"Silahkan miliki suamiku sesuka hatimu, setelah kami bercerai. Bisakah kamu sedikit tahu diri sebelum kami benar-benar bercerai?" Pertanyaan Alana menyulut emosi Argo. Laki-laki itu beranjak dan menampar istrinya dengan sangat keras. Ujung bibir Alana berdarah, tapi tidak ada lagi air mata yang keluar dari sudut matanya.
"A-aku tidak akan melakukan itu kalau kamu tidak keterlaluan." Argo terlihat gugup. Sejujurnya dia lumayan kelepasan ketika menampar Alana.
"Keterlaluan? kalian yang berselingkuh di belakangku dan bercinta sesuka hati sampai malam. Sementara aku duduk diam menunggu suamiku pulang dengan bodohnya. Lalu aku yang keterlaluan Argo!" Alana berteriak lantang. Dia marah sekali.
"Mbak Alana sebaiknya jangan emosi dulu. Mbak cuma salah paham aja. Aku cuma dianggap adik sama kak Argo." Ucap Nanaw berusaha menenangkan.
"Aku tetap mau bercerai. Aku sudah cukup bodoh selama ini dan aku tidak mau terus menjadi orang bodoh. Kembalikan kendali perusahaanku karena aku tidak mengambil sepeseroun hartamu itu." Ucap Alana sambil memegangi pipinya. Wanita itu berbalik kemudian masuk ke kamarnya untuk berkemas-kemas. Argo mengikutinya dengan langkah cepat kemudian menyeretnya masuk ke kamar dan melemparnya ke tembok.
"Bercerai Alana? Aku tidak akan pernah menceraikan kamu sampai dunia ini kiamat sekalipun. Kalau kamu cerai dari aku maka selingkuhan kamu akan merasa menang. Aku akan terus membuatmu berada di dalam pernikahan neraka ini karena w************n seperti kamu pantas mendapatkannya. Kamu mau tahu alasan sebenarnya kenapa aku tidak mau menyentuhmu? Bukan karena aku tidak bisa berdiri tapi karena aku jijik dengan lubangmu yang bekas orang lain itu!" Ucap Argo murka. Alana berteriak dan berusaha melepaskan diri, tapi yang dia dapatkan justru pukulan beberapa kali di wajahnya. Argo bahkan membantingnya ke lantai sampai perut Alana terasa sakit.
"Membusuklah di neraka yang aku buat!" Ucap laki-laki itu kemudian pergi sambil membanting pintunya.
Alana menangis sejadi-jadinya sambil menahan sakit di sekujur tubuhnya. Gadis itu tetap mengemas barangnya dan bertolak dengan luka-luka menuju rumah orang tuanya. Tapi sesampainya di sana dia justru di marahi habis-habisan karena Argo sudah lebih dulu menghubungi keluarganya dan memberikan bukti perselingkuhan yang belum pernah Alana lakukan.
"Kembali ke rumah suami kamu dan memohon ampun Alana! Papa tidak pernah mengajari kamu menjadi permpuan murahan seperti ini!" Ucap Denis, kemudian membalik tubuhnya untuk menghindari putrinya. Ella mendekati putrinya dan terlihat khawatir.
"Ayo kita obati dulu lukanya! setelah itu kamu kembali ke rumah suami kamu dan minta maaf saja Alana!" Ella berucap lembut, tapi tangannya langsung di tepis oleh Alana.
"Seperti inikah orang tuaku? Putri kalian pulang dengan babak belur. Aku bahkan kesulitan berjalan menuju ke sini karena perutku di tendang oleh Argo. Tapi kalian malah menyalahkanku?" Alana tertawa dingin setelah mengatakan isi hatinya dengan kemarahan yang meluap ruah. "Baiklah! mulai detik ini anggap saja aku sudah mati. Seandainyapun di masa depan aku benar-benar mati, jangan pernah datang ke pemakamanku. Karena aku tidak sudi." Tambah Alana lagi kemudian pergi dari sana sambil menyeret kakinya yang sakit. Denis meremas tangannya sampai kuku jarinya memutih. Sementara Ella berlari menghampiri Alana sambil menangis tapi gadis itu mengabaikannya dan terus berjalan keluar dengan susah payah. Tidak mempedulikan permohonan Ella untuk mengobati lukanya.
Alana memanggil taksi dan segera keluar dari rumah megah orang tuanya itu. Air matanya mengucur deras sepanjang perjalananya yang entah tujuannya akan kemana.
"Pak tolong berhenti di klinik dekat sekolah dasar di depan." Pinta Alana sambil berusaha mengatur emosinya. Sejak tadi ponselnya terus bergetar. Dan ketika dia buka semua pesan yang masuk ke room chatnya berisi caci maki dari semua sahabatnya yang juga teman Argo itu. Mereka menuduh Alana jahat karena berselingkuh dari Argo yang selama ini mereka anggap baik itu. Alana memilih untuk mematikan ponselnya kemudian mendesah lelah. Masuk ke dalam klinik kecil di pinggiran kota itu dengan kaki yang di seret. Supir taksi yang orang lain saja sampai tidak tega dan langsung turun untuk membantu Alana masuk ke klinik. Kebetulan siang itu Klinik tampak sepi. Hanya Alana seorang yang jadi pasien, karena itu dia langsung masuk menemui dokter. Dan untuk beberapa detik, Alana sempat terkesima dengan ketampanan seorang dokter yang dari Nama Tagnya beranama Damian itu.
"Seandainya aku benar berselingkuh, setidaknya selingkuhanku harus setampan pak Dokter." Gumam Alana lirih dengan ekspresi sedih. Damian tersenyum mendengarnya.
"Mau berselingkuh denganku? Aku percaya diri akan lebih baik dari suami kamu." ucap Damian terdengar bercanda. Alana tersenyum mendengarnya.
"Tidak mungkin orang setampan Dokter tidak memiliki pacar." Ucap Alana membalas, juga dengan nada bercanda.
"Kalau begitu, gimana kalau kamu membuktikan sendiri apakah aku benar punya pacar atau tidak Alana Rosemary?" Balas Damian lagi sambil mengobati luka-luka gadis itu.
"Bagaimana anda tahu nama panjang saya Dok?" Tanya Alana bingung. Sebab nama di Ktpnya sudah tidak menggunakan Marga Rosemary lagi. Tapi Gunawan, mengikuti Marga suaminya.
"Hanya menebak, karena kamu mirip seseorang dari keluarga Rosemary yang saya kenal." Ucap Damian sambil tersenyum.
"Ah begitu," Alana mengangguk saja. Dia tidak tahu bahwa sejak awal Damian memang sudah mengincarnya. Laki-laki itu sampai rela pindah ke Klinik kecil di pinggiran kota yang tidak banyak memiliki pasien itu, demi bisa mendekati Alana. Damian rela meninggalkan segalanya di Inggris, demi mengincar seorang gadis yang statusnya masih istri orang itu.
Damian menggertakkan giginya marah melihat sekujur tubuh Alana terluka parah. Setelah gadis itu meninggalkan Kliniknya, laki-laki itu langsung mendial nomor Agus yang di paksa Adrian untuk ikut pindah bersamanya.
"Cari tahu semua hal tentang Argo Rama Gunawan! Aku ingin tahu semua kelemahannya." Ucap Damian dibalas desahan oleh Agus.
"Tuan muda, rasanya tidak elok jika anda mendekati wanita yang sudah bersuami." Ucap laki-laki itu memperingatkan.
"Jangan berisik pak Agus! kalau kamu tidak bisa melakukannya aku akan lakukan sendiri. Kalau perlu aku akan memanjat gorong-gorong di atap rumahnya demi mencari tahu tentang si b******k itu dan istrinya yang cantik itu. Kamu tahu kalau aku bahkan pernah membakar istana Spanyol, menyusup ke rumah pribadi bukan hal yang sulit bagiku." Balas Damian jengkel. "Pokoknya aku akan membuat gadis cantik itu balas dendam. Itu harus!" Gumam Damian seorang diri. Tapi masih terdengar oleh agus karena telponnya masih terhubung.
"Sepertinya aku tidak akan tidur nyenyak selama menemani Tuan Muda Damian! Kenakalannya setelah dewasa justru semakin menjadi." Desah Agus terlihat Frustasi setelah secara sepihak sambungan telponnya di matikan oleh Damian.