#5 Jet Set Life

1388 Kata
Khusus Episode 5 dan 6 ini spesial, untuk Adek-adek yang masih dibawah umur harap diskip aja ya. ———————————————— Lelapku terusik oleh sinar Matahari yang menembus Jendela Pesawat, bukannya Jendela di sampingku tapi dari Jendela kursi bagian depan. Lalu, samar-samar terdengar suara mesin Jet yang menderu kencang, dibarengi dengan goncangan halus karena Pesawat menembus awan. Akupun bangun dan kaget, “sekarang Gue ada dimana?” Bertanya-tanya dalam hati. Aku berusaha mengingat dimana sekarang? Dengan membuka Mata selebar mungkin dan diam sejenak. Lalu, kutatap pemandangan yang bikin Jantung Squad Jump, disebelahku ada Seorang Lelaki yang mengenakan kemeja Putih dan celana berwarna pastel. d**a Lelaki itu telah menjadi sandaran selama Aku terlelap. Absolutely Dia pasti Suamiku, pernikahan itu terjadi begitu saja semalam atas keinginan Ayahku. Tercium aroma kulit dari kursi Pesawat, sama halnya mencium aroma mobil baru dengan banyak plastik masih menempel pada sebagian kursi dan cabinet Pesawat. Aroma pesawat baru berbaur dengan wangi Lavender, membuat Relax penumpangnya. “Apa ini pesawat baru?” Hatiku terus bertanya-tanya penasaran lebih lagi. Akupun tertarik untuk mengedarkan pandangan menengok ke depan dan belakang, tapi tak ada satupun penumpang lainnya atau bahkan crew cabin cantik yang biasa hilir mudik. Jumlah kursi hanya untuk 12 Orang, dengan ukuran kursi yang super Jumbo yang membuat siapapun nyaman untuk duduk berlama-lama. Seumur hidupku tak pernah sekalipun naik Pesawat Pribadi, pernah berasa ‘Sultan’ banget naik Business Class itupun diajak Kak Aline waktu liburan ke Jepang. Selebihnya, cuma bisa naek Pesawat di kelas ekonomi, itupun udah seneng banget. Cekrek, cekrek photo update. Hehehe... Jam Tangan yang menunjukan pukul 11.20 waktu bagian mana? Entahlah, saat ini berada di langit bagian Negara mana? Belum tau pasti. Tak lupa memandangi Jam Tangan yang tak biasa ini. Yup, ini Jam Tangan baru dari kado seserahan yang sengaja langsung Ibu pakaikan, dengan alasan takut hilang karena ini sangat mahal katanya. Dengan merk Cartier tertulis kecil pada bagain dalam jam. Di Jari manis Tangan kiri terdapat Dua buah Cincin melingkar, Cincin pertama bertahtakan berlian bermata satu sebesar 3 carats, yang diapit Cincin kedua berbalut berlian disekelilingnya tampak pipih kecil dan imut sebesar lidi.Yup, I’m married. Aku berusaha mengumpulkan tenaga dan hendak berjalan menuju toilet karena sudah tak tahan ingin BAB. Dengan terpaksa melepaskan Tangan kiri Suami yang menggengam erat Tangan kananku, ternyata itu membuat Suami ikutan bangun dan terkaget dengan pandangan menusuk. “Mau kemana Istriku Sayang?” tanyanya lirih, sembari memelukku erat dari belakang. Rona merah di Pipi yang tak bisa disembunyikan lagi, “Aku mau ke Toilet sebentar,” Jawabku menunduk malu. “Oh ok, Kamu udah lapar belum?” tanyanya, sembari beranjak dari tempat duduk. Lalu, Kami berjalan bergandengan menuju bagian ekor Pesawat. “Belum,” jawabku singkat. Ceklekk! Pintu toilet pun terbuka. Wow... ini Toilet Pesawat apa Toilet hotel? Jiwa Ndesoku mulai bergejolak terguncang hebat. Bukan hanya WC dan wastafel seperti di Pesawat Commercial pada umumnya, tapi kamar mandi mewah dengan marmer hitam ala Hotel bintang lima dengan Interior didominasi warna Emas dan Putih. Di sisi kanan terdapat Buthtub, selang Shower, Wastafel dan WC. Sedangkan, disisi sebelah kiri terdapat sofa, lemari yang dipenuhi handuk dan meja rias. “OMG, mimpi apa Gue? bisa naik Pesawat semewah ini,” beoku dalam hati. Rencana awal hanya mau BAB, tapi Aku tak tega liat pancuran Air deras menyembur. Akhirnya Akupun tergoda untuk mandi, sekaligus keramas karena sisa-sisa Hairspray dan Makeup yang masih nempel dan tak lupa gosok Gigi buat ngilangin bau jengkol. Setelah mandi, Aku langsung memakai kembali Gaun Pengantinku dan tak lupa mengeringakan rambut. “Seger banget rasanya, makasih banyak ya Tuhan,” gumamku. Ketika Aku masih ngeringin Rambut, Aldo mengetuk pintu “Are u ok Sayang?” Tanyanya. “Yup, I’m ok, bentar ya Aku ngeringin Rambut dulu,” timpalku singkat, dengan tangan mulai menyalakan hairdryer. “Kamu mandi?” Tanya Aldo. “Iya, gak enak lengket banget Badanku,” jawabku sambil terkekeh. Tak lama Aldo ikutan masuk, lalu mengambil Hairdryer dari Tanganku, dan berusaha membantu mengeringkan rambut yang mirip Mas-mas di salon sedang menjadi hairdresser. Dengan sikap sesimpel itu aja udah bikin hatiku tambah ‘lumer’. Jet Pribadi ini sepertinya sengaja tak dilengkapi Crew Cabin service. Bisa jadi, atas permintaan Aldo supaya tak tergangu dengan hilir mudik Nona-nona cantik itu. Ketika Aku keluar dari kamar mandi sudah tersedia champagne, red wine, buah-buahan, cemilan keju, dan caviar yang sudah tertata cantik di meja khusus yang menempel ke kursi. Pandangan tak lepas dari kursi yang sudah disulap menjadi kasur, muat untuk tidur Dua Orang. “Kalo Kamu lapar bisa ngemil ini dulu ya, nanti Aku siapin makan siang,” ucap Aldo. Sikap Aldo mirip Suami di DraKor dan cerita-cerita di n****+, Gue sebagai Istrinya diperlakukan sangat istimewa, oh co cwiiitt. “Ok, tapi Aku haus banget mau Air mineral boleh ya?” Pintaku. Lalu, Aldo memberikan sebotol air mineral di botol beling, dengan merk Equil dan menuangkan ke Gelas yang sudah tersedia. Lalu memberikan segelas air dingin itu untukku. Tak lama kemudian, Aldo menuangkan sebotol Red Wine, lalu menyodorkan satu Gelas buat Aku dan satu gelas lagi digenggamnya. Teng! Bunyi Gelas beradu kencang menggema, dengan disusul mengucapkan “Cheers,” teriaknya bahagia. Dengan senyum simpul di Bibirnya, lalu menatapku tanpa berkedip. Aldo pun mencium dalam-dalam Gelas berisi Red Wine itu, lalu meminum dengan perlahan tapi pasti. Begitupun denganku, Akupun tanpan ragu langsung menenggak segelas minuman anggur merah itu, “Seenggaknya Red Wine ini bisa menghilangkan bau jengkol,” bathinku membeo. “Sorry to say, tadi Gue kalap tsay! makan jengkol sebaskom ampe lupa mau malam pertama. Nah Lu ya, sukurin bau dah tuh mulut,” lagi-lagi bathinku memaki. Setelah Aku menghabiskan satu Gelas Red Wine, tiba-tiba Aldo menarik Gaun Pengantin sebelah kanan tanpa ragu dan membuka kancing di bawah ketiak satu-persatu. Kan Tebakanku benar! Tak salah tadi Aku mandi dan bersih-bersih. “Kamu mau ngapain?” Tanyaku polos. “I wanted you for so long Sayang,” ucap Aldo. Dengan pupil mata membesar tanpa berkedip menatapku “buas”. “Ishh... Malu ahh kan ada Mas-mas Pilot di depan, nanti tiba-tiba kesini gimana?” timpalku berusaha mengelak dari terkaman Harimau. Dengan mencoba menarik dan membenahi gaun yang sudah kebuka, dan menutupi gundukan kembarku. “Gak masalah, Mereka disana ada Makanan, minuman dan toilet, ruang ini terpisah sudah Aku kunci,” bisik Aldo lembut. Dengan sesekali menyesap kulit Tengkuk dan Punggungku, lalu memelukku erat dari belakang. “Nanti aja ya di hotel kan bisa,” rayuku. Sembari membenahi kancing yang sudah kebuka. “Sayang, Ayolah lakukan kewajibanmu sebagai seorang istri,” rengek Aldo kembali. Dengan mendengar kata-kata seperti itu bak mantra yang ampuh. Akupun tak ada niatan untuk berontak dan menahan hasratnya. Hanya pasrah dan mempersilahkan apapun yang Aldo inginkan. Lanjut dilucuti satu-pesatu mulai dari Gaun Pengantin, (Gaun ini tak mengharuskan memakai bra), stoking dan underwear yang sudah terjatuh di lantai Pesawat. Untuk pertama kalinya, Aku berdiri berhadapan dengan seorang Lelaki tanpa sehelai benang pun. “Mau diapain Gue, huhuhu... OMG malu banget, panik bukan main dan Jantung berasa mau berhenti berdetak,” rutukku dalam hati. Sembari menutup d**a dengan tangan kanan dan tangan kiri menutup bagian bawah. Dengan tanpa malu, Aku menuangkan Red wine dari botol untuk mengisi gelasku dan gelas Aldo, setelah itu kutenggak habis red wine tak tersisa. Aldo hanya menatapku tajam, ketawa dan menggelengkan Kepalanya. Ada sisa Red Wine di Dagu tanpa Aku sadari, tiba-tiba Aldo mendekat lalu menjilatnya perlahan. “OMG! What that? Badan Gue lemes, cuy!” Keselku dalam hati dan berusaha menenangkan diri. Aldo pun mengarahkan Aku supaya duduk di kursi yang telah disulap menjadi kasur, dengan memelukku dan mendorong ke kasur yang sudah dialasi selimut warna jingga dengan label kereta kencana (Hermès). “Hemmm... Oh bikin Gue ngilu dan lemes disekujur tubuh,” beoku dalam hati. Aldo terus mengecup, mencium dan melumat Bibirku tanpa henti dengan sangat lembut, dan untuk pertama kalinya Aku merasakan ciuman. “Aku tak sepandai Kamu hey suamiku. Ajari Aku,” bisikku, sembari mengambil nafas dalam karena kehabisan oksigen. “Yes, absolutely. Aku akan ajari Kamu semuanya,” timpalnya dengan kembali berbisik. Berasa Leher digerogoti vampire yang haus darah dan meninggalkan bekas merah. Cumbuan bertubi-tubi itu terus menghujam Aku mulai dari Tengkuk, Punggung, Pinggang, b****g, Paha, Betis, Kaki dan Jari-jari Kaki semua disesapnya. Mirip Anak kecil makan eskrim, habis tanpa sisa se-inch pun terlewatkan. “OMG apa ini? Gue berasa melayang jauh, padahal sekarang Gue berada di Pesawat yang sedang terbang tinggi,” beoku dalam hati tak karuan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN