Tatapanku berganti-ganti dari wajah Mas Danu lalu ke amplop berwarna cokelat yang diulurkannya. Karena aku tak juga menerimanya, akhirnya Mas Danu meletakkannya ke atas selimut yang menutupi pahaku. "Apa ini?" Aku meraihnya lalu memandang Mas Danu yang tengah mengenakan pakaiannya. Mas Danu menjawab singkat. "Buka." Sambil menerka-nerka isinya, tanganku perlahan membuka benang yang melilit kancing amplop. Aku kembali menatap Mas Danu setelah mengeluarkan isinya. "Ini apa?" Aku menatapnya bingung. Jatah bulanan belanja masih lama. "Kan sudah lihat, itu uang." "Iya, tapi ini maksudnya apa?" Aku terus menatapnya. "Itu untuk yang tadi. Melayaniku." Tenggorokanku terasa tercekat. Hawa panas menyebar dari arah d**a, terus melangkak naik ke puncak kepala. Jantungku berdetak kencang seaka