7. Aku akan melindungimu

1073 Kata
Cristian memiliki tatapan datar pada kepalan tangan Zisy di depan wajahnya. Pria awam ini mana mengerti aksi yang dilakukan oleh gadis itu. Di vila tersebut mungkin hanya ia seorang yang bisa melihat para hantu. Tangan Zisy dengan lentur melakukan gerakan seperti tarian tangan. Beberapa detik kemudian ia membiarkan telapak tangannya menengadah. Tak ada apa pun di atas telapak tangan mungil itu. Cristian masih memiliki ekspresi datar di wajahnya. Memang manusia sepertinya tidak akan mengerti, kelakuan makhluk seperti Zisy. “Kau melihatnya, Cris?” Zisy bertanya sembari menoleh pada Cristian. “Melihat apa?” Cristian dengan datar bertanya balik. Kemudian menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Ia hanya merasakan angin menyusup dadi jendela. “Makhluk abstrak yang ingin memakan energimu. Oh, kau mungkin manusia yang tak memiliki keistimewaan. Maka dari itu tak bisa melihat mereka. Namun, yang menjadi pertanyaan, mengapa kau bisa melihatku, Cris?” Nah. Saat ini Cristian termenung. Tak bisa menjawab pertanyaan Zisy. Seperti yang dikatakan oleh Zisy, Cristian tak memiliki keistimewaan. Lantas setelah melihat Zisy, apakah sekarang dirinya bisa dikatakan istimewa? Harus ia tanyakan pada siapa mengenai hal ini? “Kau tak punya jawaban rupanya,” gumam Zisy. “Bisakah orang lain melihatmu? Hm, tadi pagi kepala koki tidak bisa melihatmu, tapi apakah ada kemungkinan orang lain bisa?” “Entahlah. Aku juga tidak tahu, Cris. Akan tetapi, aku senang kau bisa melihatku. Setidaknya, kita bisa berkomunikasi, kan?” Zisy mengembangkan senyum polos. Nampak bahagia ketika dapat berbincang dengan Cristian. “Kembalilah ke dalam lukisan. Aku mau ganti baju. Kau ingat, kan, laki-laki dan perempuan tidak boleh berada di satu kamar. Jadi ... akan aku pindahkan lukisanmu ke kamar sebelah.” “Aku tidak mau.” Ekspresi Zisy sudah mengatakan kalau ia menolak keras pengaturan Cristian. Ingin berada di kamar yang sama dengan pria itu dan melindunginya. Melindungi Cristian sudah menjadi misi bagi Zisy. Meskipun begitu, Zisy masuk ke dalam lukisan. Itu pun karena Cristian ingin berganti baju. Cristian menghela napas. Menghadapi sesama manusia sudah membuatnya cukup pusing. Sekarang ia harus menghadapi Zisy yang entah makhluk apa. Cristian dengan cepat memakai bajunya sembari menoleh pada lukisan. Setelah selesai merapikan diri, ia berjalan ke arah lukisan. Niatnya untuk menurunkan lukisan Zisy. Namun, Cristian mengerutkan keningnya lantaran lukisan tersebut tak dapat ia lepaskan. Dengan sekuat tenaganya Cristian menarik lukisan tersebut. Akan tetapi, bak ditempel dengan lem, merekat sempurna. Dengan begitu, Cristian akhirnya menyerah. “Keras kepala.” Netra Cristian tak dapat menangkap ketika Zisy keluar dari lukisan. Jarak mereka cukup dekat, sampai Cristian mundur satu langkah. Bahkan memalingkan muka, sembari menyilangkan lengan. “Kau marah?” Zisy bertanya dengan kepala mendongak. “Karena kau sudah tahu, maka turuti aku.” “Kau kejam, Cris.” Cristian meluruskan tatapannya. Air mukanya seolah tak percaya dengan ucapan Zisy. Kejam? Atas dasar apa gadis kecil ini mengatainya kejam? “Kan, sudah aku katakan Zisy. Laki-laki dan anak gadis tidak boleh ada di dalam satu kamar—” “Aku ingin melindungimu,” tegas Zisy. Suaranya penuh kekuatan dan kemauan yang keras. Cristian tersentak mendengar hal tersebut. Melindunginya dari apa? Selama ini ia baik-baik saja dan tak ada dari dirinya yang perlu dilindungi. Sejenak ia terdiam. Mencari cara agar Zisy mendengarkan ucapannya. Namun, tampaknya gadis itu sangat keras kepala, sehingga Cristian harus memutar otaknya. Netra biru safir menunduk. Cahayanya meredup seolah matahari terbenam yang tak akan pernah terbit lagi. Tangan mungil Zisy terangkat dan berhenti di pipi kiri Cristian. Menelengkan kepalanya agar dapat melihat mata Cristian. Apakah dia sedih? Ataukah dia menangis? “Kau mungkin tidak tahu, karena keterbatasanmu melihat mereka. Akan tetapi, perlu kau pahami, Cristian. Mereka ada dan mencarimu setiap malam. Mereka memakan energimu agar dapat bertahan hidup. Lama-kelamaan energimu akan semakin melemah dan kau ... kau bisa mati.” Penjelasan Zisy terdengar meyakinkan. Cristian mengangkat wajahnya. Memperlihatkan netra biru safir, dan bertemu dengan netra zamrud milik Zisy. Cristian meraih tangan Zisy. Terasa lembut, mungil, tapi dingin. Meski hal yang dilakukan gadis itu tampak hangat dan menyentuh. Akan tetapi, dirinya begitu dingin. Cristian baru menyadari hal ini, lantaran tangan mereka bersentuhan. “Tanganmu dingin,” ujarnya. Zisy tak berkata apa pun. Atmosfer ini membuatnya ingin tetap menatap Cristian. Orang pertama yang ia lihat ketika keluar dari lukisan. Entah takdir seperti apa yang mempertemukan mereka? “Kau percaya padaku, Cris?” ia bertanya pelan. Bagaikan sebuah drama yang dirancang. Mereka saling menatap, tetapi tak ada kepercayaan di mata Cristian terhadapnya. Mungkin bukti nyata adalah hal yang ia perlukan saat ini. “Karena kau berjanji mencari pelukisku, aku akan melindungimu. Jangan lupakan kata-kataku ini, Cris. Akan kubuktikan kalau mereka benar ada dan mengincarmu. Akan kutunjukkan padamu.” Zisy berucap demikian dengan penuh kepercayaan diri. Netra zamrud perlahan memperlihatkan kobaran api membara. Lantas ia membelakangi Cristian. Zisy memejamkan mata, menarik napas dalam-dalam, lalu memusatkan pikirannya. “Mereka akan tiba,” ujarnya. Cristian mengerutkan kening. Sesaat kemudian, matanya terbuka lebar ketika berhadapan dengan netra zamrud di depannya. Mereka berdiri diam, dalam keadaan saling bertatapan, dalam keadaan saling bertatapan. Zisy menyalurkan sinar dari matanya pada Cristian. “Sudah selesai. Sekarang kau bisa melihat mereka.” “Kau yakin?” bertanya ragu, Cristian mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan. Zisy tersenyum lalu kembali membelakangi Cristian. Merasakan angin menyentuh wajahnya dengan pelan. Rupanya mereka sudah datang untuk mengemis makanan. Mengambil energi Cristian guna bertahan hidup dan perlahan-lahan membunuh Cristian. “Mereka sudah tiba. Buka matamu dan perhatikan mereka baik-baik.” Dua hantu muncul di kamar Cristian. Kelopak mata Cristian terangkat, tanpa paksaan, sehingga ia dapat dengan jelas melihat dua hantu urakan. Cristian tak mempercayai matanya saat ini. Mungkinkah Zisy menciptakan ilusi untuknya. “Aku tak percaya mereka benar-benar ada. Kau menciptakan ilusi?” Zisy menengok tanpa berbalik. Sudah ia beri bukti di depan mata. Namun, Cristian tetap menolak. “Tak ada ilusi. Ini nyata Cristian. Kalau aku ada, mereka juga ada. Kalian manusia tak hidup sendirian di dunia ini. Percayalah bahwa mereka ada. Bisa menyakitimu kapan pun, dan kadang bisa menolongmu. Baik-buruk, sebab-akibat, mereka adalah hitam dan putih, berhadapan tapi tak menyatu.” Zisy seolah-olah memiliki kepribadian lain saat ini. Cristian dapat merasakan kalau Zisy berubah, dan tidak polos seperti sebelumnya. Mungkin ... mungkin ia akan berubah ketika menghadapi hal yang termasuk dunianya. “Lalu bagaimana kau akan menolongku?” Zisy menyeringai, “Dengan memusnahkan mereka.” “Apa kau bilang? Memusnahkan kami? Apa kau pelindung pria ini.” Sang hantu menyeringai. Memicingkan mata pada Zisy, memberikan tatapan dingin padanya. “Kukatakan padamu, aku sudah lama menyedot energinya. Dan manusia ini sangat patuh.”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN