Kelas 11 MIPA 1

1522 Kata
Amanda menarik selimutnya sampai ke bawah leher, dia merasakan  udara dingin yang masuk lewat sela jendela mulai merambati tubuhnya. Sayup-sayup dalam tidurnya dia mendengar suara ketukan di pintu kamar, dugaannya sudah pasti itu adalah Bundanya yang melakukan itu. Gadis bertubuh gempal itu sebenarnya sebal sekali dengan rutinitas yang selalu dilakukan orang tuanya itu, mengganggu kenikmatan tidur saja. “Manda bangun, Sayang. Sholat Subuh dulu.” Panggilan itu disertai dengan ketukan pintu beberapa kali, sebuah kombinasi yang sangat menyebalkan sekali di pagi hari. Gadis bertubuh gempal itu mengangkat bantal dari bawah kepalanya lalu ditutupkan ke telinganya yang terbuka. Suara Bundanya kini sudah tidak terlalu terdengar. Amanda berusaha memejamkan matanya lagi meneruskan mimpi yang terputus tadi. Mungkin satu jam lagi cukup untuknya. Terdengar lagi suara Bundanya memanggil, kali ini lebih keras dan ketukannya kini sudah seperti gedoran. Ada apa orang tuanya itu? Sudah seperti polisi mau menggerebek gembong narkoba saja menggedor-gedor pintu. Rupanya Bundanya masih berusaha membangunkannya untuk sholat Subuh, sepenting itukah? “Manda bangun, Sayang. Kamu mau sekolah enggak? Ini sudah hampir jam tujuh,” kata suara di balik pintu itu. Mata gadis bertubuh gempal itu mengerjap, tubuh gendutnya masih terkapar di tempat tidur. Bundanya tidak lagi membangunkan dirinya untuk sholat Subuh tetapi membangunkan sekolah? Hampir jam tujuh katanya? Amanda memiringkan badannya untuk melihat jam dinding yang ada di temboknya. Amanda terkesiap saat melihat jarum pendek itu sudah hampir menunjukkan pukul tujuh pagi. Bukankah tadi Bundanya baru saja membangunkan untuk sholat Subuh? Tapi mengapa sekarang sudah mau jam tujuh saja? Apakah tadi dia tadi tidur kembali? “Manda? Kamu mau sekolah enggak? Bunda mau ke pasar dulu ya. Uang saku kamu ada di meja ruang tamu. Bangun, jangan sampai nanti enggak sekolah.” Suara di luar pintu kamar itu sepertinya mulai menjauh, mungkin Bundanya bicara sambil berjalan menuju ke luar rumah. Gadis itu bangkit dari tempat tidurnya setelah dia ingat hari ini jam pertama adalah pelajaran favoritnya, bahasa Inggris. Amanda keluar dari kamarnya dengan tergopoh menuju kamar mandi, dia meraih handuk dari jemuran sesaat hendak membersihkan badannya. Dia menyelesaikan prosesi mandi dengan cepat, tidak banyak yang dia lakukan hanya menyabuni badannya sekali dan gosok gigi. Jika berlama-lama di kamar mandi bisa-bisa dia tidak bisa masuk kelas karena gerbang telah dikunci satpam. Lagi pula berapa kali disabuni juga kulitnya tetap akan sama, tetap berwarna cokelat dan buluk. Amanda membawa kendaraan roda duanya dengan kecepatan tinggi, dia tidak boleh terlambat masuk. Walaupun gerbangnya nanti pasti akan dibukakan oleh Security tampan itu, jika mengetahui dirinyalah yang terlambat. Jhonny Pantau pasti punya perlakuan khusus untuknya. Gadis bertubuh gempal itu segera mengusir angan-angan yang menghampiri benaknya sesaat. Bagaimana Jhony Pantau akan membukakan pintu gerbang untuknya, satpam tampan itu tidak mengenalnya di dunia nyata. Perlakuan berbeda akan didapatkannya hanya dalam dunia khayalnya yang dituangkan dalam n****+. Hal itu pasti terjadi karena memang dia lah yang menulis ceritanya, pastilah sesuai dengan keinginannya. Terdengar bel meraung keras sesaat motor matic Amanda masuk ke dalam gerbang, gadis itu bernapas lega karena usahanya berhasil untuk tidak terlambat. Jhony Pantau sekilas melihat gadis bertubuh gempal itu, tatapannya biasa saja seolah memang tak mengenal Amanda. Bukankah satpam itu memang tidak mengenalnya? Pemuda itu hanya mengenal dan akrab dengan gadis itu di cerita n****+ yang ditulis oleh siswi kelas 11 MIPA 1. Dia berlari menuju ke ruang kelasnya yang berada di paling ujung, menyebalkan sekali mempunyai kelas yang jauh saat sedang terburu-buru seperti ini. Amanda sedikit bernapas lega saat matanya melihat Natasya dan gengnya masih berada di luar kelas, itu berarti menunjukkan guru bahasa Inggris belum masuk ke kelas. “Gua kira ada bola yang menggelinding ke sini, ternyata si Gendut lari-lari,” sambut Natasya dengan diikuti gelak tertawa anggota gengnya. Amanda berusaha mengabaikan apa yang diucapkan oleh siswi itu, dia tetap mengayunkan langkahnya menuju ke dalam kelas. Malang bagi gadis itu karena tergesa hingga menyebabkan kurang berhati-hati, kakinya tersandung oleh kaki teman se-geng Natasya yang sengaja dibuat melintang untuk menjebak gadis bertubuh gempal itu. Gadis gendut itu hilang keseimbangan, dia terhuyung ke depan dan detik selanjutnya dia menghempas ke atas lantai kelas yang berkeramik putih pucat. Suara keras terdengar karena tubuhnya terjatuh, beberapa dari siswa di kelas itu awalnya menduga ada gempa bumi sebelum tahu getaran itu diakibatkan oleh Amanda yanbg terjatuh. Koor tertawa terdengar keras membahana ke seluruh penjuru kelas, di antara gelak tawa kelas 11 MIPA 1 itu ada satu siswa yang tidak ikut menertawakan kejadian di depan kelas itu, siswi itu memandang iba dengan jatuhnya Amanda karena perbuatan jahil teman Natasya. “Ada apa ini? Kok berisik sekali,” kata seorang laki-laki berusia setengah baya yang berdiri di ambang pintu dengan tiba-tiba. Kehadiran laki-laki berpakaian kemeja hitam polos itu membuat kelas tiba-tiba hening, semua siswa segera duduk di bangku masing-masing termasuk Natasya yang tadi berada di depan pintu kelas bersama dengan gengnya. Laki-laki itu melangkah mendekati Amanda yang masih terduduk di lantai, bukan karena dia tak kuat bangun hanya saja dia malu dan tak tahu harus berbuat bagaimana. Sebuah uluran tangan diberikan ke arah gadis bertubuh gempal itu. “Mari saya bantu,” kata laki-laki setengah baya itu. Amanda tak menyia-nyiakan kesempatan itu, dia rasanya malu jika harus bangun sendiri karena kejadian tadi. “Terima kasih, Pak Malik,” kata Amanda sambil membungkukan badannya sedikit sebagai tambahan kalimat berterima kasihnya. “Iya, sama-sama. Silahkan duduk, Manda.” Gadis bertubuh gempal itu mengangguk, dia melangkahkan kakinya menuju bangkunya yang ada di paling pojok kelas. Tidak ada yang duduk bersamanya, tidak ada yang mau menjadi teman sebangku dengannya. Laki-laki setengah baya bernama Pak Malik itu berdiri di tengah kelas, matanya merayapi satu persatu siswa kelas 11 MIPA 1 yang hening. Kehadiran guru BK ini sebenarnya sangat dinantikan oleh setiap siswa di kelas manapun, penyebab utamanya adalah dia adalah sosok yang lucu dan selalu bisa memberikan motivasi dengan kalimat-kalinmat saktinya. Tetapi tidak semua menyukai guru ini , beberapa siswa yang memiliki catatan khusus enggan bersentuhan dengannya. “Assalamualaikum warohmatulloh wabarokatuh,” kata laki-laki setengah baya itu membuka kelas. “Waalaikumsalam warohmatullohi wabarokatuh,” jawab siswa-siswi yang ada di depan Pak Malik itu hampir bersamaan.  Tidak semua orang yang ada di hadapannya menjawab salam, beberapa dari mereka nampak cuek saja dengan kalimat doa yang diucapkan oleh Guru BK itu. “Mengucapkan salam itu sunnah, tapi menjawabnya hukumnya wajib. Jadi yang tadi sudah menjawab salam saya semoga mendapatkan pahala yang berlipat, rezeki yang berlimpah dan cepat menikah.” Kalimat yang diucapkan oleh Guru BK itu disambut tertawa siswa-siswi di kelas itu, beberapa dari mereka protes karena tidak mau cepat menikah karena baru kelas 10, masih ada 2 tahun setengah lagi untuk lulus. “Mohon maaf saya masuk ke kelas ini, karena saya mendapatkan kabar kalau guru yang mengajar bahasa Inggris di kelas kalian berhalangan hadir.” “Ada apa pak dengan Miss Irna, Pak? Biasanya beliau rajin sekali masuk,” celetuk salah satu siswi yang berada di sebelah kanan Pak Malik. “Saya dengar katanya anaknya sakit,” jawab Pak Malik sambil melihat ke arah siswi yang tadi bertanya. “Jadi hari ini kalian tidak akan saya ajarkan bagaimana menjawab kata I love you tapi saya akan mengambil materi bimbingan BK yang pernah saya sampaikan di kelas klasikal sebelumnya. Terlihat beberapa dari siswa tersenyum mendengar kalimat ‘menjawab kata I love you’, sudah pasti jawabannya adalah I love you too atau me too. Cukup hanya ditambahkan juga dalam bahasa Inggris di kalimat yang digunakan sebelumnya. Beberapa siswa mulai mengingat materi kelas klasikal seminggu lalu, sudah pasti guru BK ini akan menanyakan PR yang pernah diberikan kemarin sudah dikerjakan atau belum. Amanda mengeluarkan ponselnya dari saku lalu meletakkannya di bawah laci meja. Biasanya dia selalu menyimpan benda itu di dalam tas, hari ini agak berbeda karena ada seseorang yang ditunggunya untuk chat. Data internet pun sengaja dihidupkannya sejak dari rumah supaya langsung bisa diketahui saat Kakak kelasnya itu mengirim pesan. Terdengar ponselnya bergetar, ada sebuah pesan masuk. Dengan berhati-hati supaya tidak terlihat guru Bk yag ada di depan gadis bertubuh gempal itu melihat siapakah yang mengirimkan pesan untuknya. Amanda tersenyum kecil saat melihat nama yang ditunggunya itu. Jemarinya menekan layar ponsel untuk mencari tahu apa yang dikirimkan oleh Arios. “Jangan lupa, aku tunggu di kantin jam istirahat ya, Manda,” tulis pesan itu. Ada rasa gembira yang merambatinya perlahan, dadanya berdebar hebat. Ingin rasanya dia berteriak keras karena akhirnya dia bisa bertemu empat mata dengan salah satu tokoh novelnya. Karakter yang disadurnya dari karakter hidup di dunia nyata. Beberapa detik kemudian, hatinya menjadi was-was saat menyadari kebalikan dari rasa gembira itu. Mungkinkah  Kak Arios sudah tahu bahwa sosok Amanda Maharani Utami tidak se-perfect tokoh fiksi di n****+? Dalam dunia nyata sangat kebalikan 360 derajat, dia tidak sepintar, tidak secantik dan tidak menarik sama sekali untuk dikenal. Sosok Amanda hanya menyenangkan dalam dunia fiksi, tidak dalam dunia nyata. Bagaimana jika nanti setelah bertemu dengan Kak Arios dia malah kecewa melihat penampakan asli dari sosok Amanda Maharanin Utami? Akankah apa yang ada dalam benak gadis itu menjadi nyata atau selamanya membuat luka?    Amanda menghela napas dalam, dia berusaha mengusir pertanyaan-pertanyaan yang gadir di benaknya, dia berusaha berkonsentrasi dengan apa yang disampaikan oleh Pak Malik dari depan kelas.  "Apapun yang terjadi nanti di kantin biarlah terjadi," lirih Amanda pasrah.                
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN