Alasan Ardo Berubah

2123 Kata
Silla sudah yakin dengan keputusan yang diambilnya, dia menghela napas panjang dan mengembuskannya secara perlahan berulang kali. Kini dia berdiri di depan sebuah rumah mewah yang tidak lain merupakan rumah mertuanya. Kakinya pun melangkah cepat menuju pintu, ketika dia menekan bel yang dipasang di samping pintu, tak lama kemudian pintu pun terbuka. Seorang asisten rumah tangga muncul dari balik pintu. “Mama Lidya ada?” tanya Silla. “Nyonya sedang pergi, Nyonya.” Kening Silla mengernyit, tampak kecewa padahal alasannya datang ke rumah itu tidak lain untuk menemui mertuanya tersebut. “Ke mana Mama pergi?” “Ke rumah sakit, Nyonya. Nyonya Lidya sedang cek kesehatan rutin.” Detik itu juga Silla merasakan kekhawatiran dalam dirinya. “Memangnya penyakit Mama kambuh? Mama baik-baik saja, kan?” “Nyonya Lidya baik-baik saja, Nyonya. Hanya cek kesehatan rutin saja setiap minggu.” “Oh, begitu. Syukurlah.” “Siapa, Bi?” Atensi Silla dan sang asisten rumah tangga pun tertuju pada sumber suara yang berasal dari dalam rumah, ternyata itu adalah Anetta yang tidak lain merupakan adik perempuan Ardo. “Eh, Kak Silla.” Dengan riang, Anetta berlari menghampiri kakak iparnya tersebut, lalu memeluknya tanpa permisi. Anetta dengan ceria memegang salah satu tangan Silla dan menariknya agar ikut bersamanya. Mereka pun kini duduk di ruang tengah. “Kak Silla datang sendiri? Mana Kak Ardo?” Mendengar nama Ardo disebut lagi-lagi membuat Silla bersedih, kembali sakit hati jika mengingat perbuatan pria itu yang ternyata memiliki banyak kekasih di belakangnya walau mereka sudah menikah. Silla pun menggelengkan kepala. “Tidak. Aku datang sendiri ke sini.” “Kak Silla kenapa? Kok terlihat murung?” Silla tersentak kaget mendengar pertanyaan Anetta tersebut, apakah terlihat jelas dirinya sedang bersedih sehingga Anetta bertanya demikian? Padahal Silla sudah berusaha sebisanya untuk bersikap normal agar tak ada yang menyadari bahwa dirinya sedang bersedih dan patah hati. “Kenapa, Kak? Apa ada masalah?” Anetta kembali bertanya karena Silla yang tampak ragu untuk menjawab pertanyaannya. “Kak, jangan ragu atau sungkan, ceritakan saja padaku kalau ada masalah. Aku akan mencoba membantu sebisaku. Apalagi jika masalah Kakak berhubungan dengan Kak Ardo.” Silla memang ragu menceritakan masalahnya pada Anetta, karena sejak awal dia datang ke rumah itu untuk menemui ibu mertuanya. “Kak, ayo cerita. Ada apa? Kalau ada masalah jangan dipendam sendiri.” Karena Anetta yang terus memaksa, akhirnya Silla mengembuskan napas pelan, dia menyerah dan memilih menceritakan segalanya. Silla bercerita tentang ucapan Ardo ketika mereka bertemu untuk pertama kali di restoran sebelum mereka menikah. Silla juga menceritakan tentang suaminya yang tak pernah menganggapnya sebagai istri, bahkan pria itu tak pernah menyentuhnya semenjak mereka menikah. Tak pernah ada hubungan intim yang terjadi di antara mereka. Yang paling menyakitkan hingga Silla menceritakannya sambil berurai air mata adalah ketika dia memergoki Ardo yang sering mengunjungi kelab malam. Minum-minuman keras dan bermain-main bersama wanita panggilan. Tak lupa Silla pun menceritakan hasil dia yang membuntuti Ardo seharian kemarin, kenyataan menyakitkan bahwa Ardo ternyata menjalin hubungan dengan sekretarisnya sendiri dan wanita bartender di kelab yang sering dia kunjungi. “Begitu, An. Kak Ardo sangat jahat padaku. Padahal aku serius dan tulus ingin menjadi istrinya. Aku sudah siap menjalankan tugasku sebagai seorang istri. Aku juga akan berusaha untuk menjadi istri yang baik untuknya, tapi Kak Ardo sebaliknya … dia tidak pernah menganggapku sebagai istri. Dia ingin menjalani hidup bebas walau sudah memiliki istri. Bebas bermain dengan wanita nakal dan menjalin hubungan dengan dua wanita yang aku sebutkan tadi. Aku sakit hati, An. Aku tidak sanggup menjalani kehidupan rumah tangga seperti ini.” Anetta terdiam, tak mengatakan sepatah kata pun selama Silla bercerita. Dia mengulurkan tissue untuk Silla yang terus meneteskan air mata, dia juga mengusap-usap punggung sang kakak ipar untuk menenangkan dan menguatkannya. “Aku tidak menyangka Kak Ardo seperti itu, An. Ternyata sikap, ucapan dan prilakunya sangat buruk.” “Lalu apa maksud Kak Silla datang ke sini? Apa Kakak berniat mengadukan semua ini pada mama?” Silla mengangguk, tak akan memungkiri dan akan menjawab dengan jujur alasan dia datang ke rumah itu. “Ya, aku datang untuk menemui mama. Aku harus menceritakan semua ini padanya agar mama tahu. Aku sudah tidak sanggup meneruskan pernikahan ini, An.” “Maksudnya Kak Silla akan meminta cerai?” “Ya,” sahut Silla tanpa ragu, sukses membuat Anetta terbelalak sempurna. “Aku tidak akan membela Kak Ardo karena aku juga sudah tahu kebiasaan buruknya.” Silla yang sedang menundukan kepala seraya menyeka air matanya dengan tissue itu pun bergegas menatap sang adik ipar yang berkata demikian. “Apa? Kamu sudah tahu prilaku buruk Ardo? Apa mama juga tahu?” Anetta menganggukan kepala. “Ya, mama juga tahu.” “Dan mama tetap menjodohkan aku dengan Kak Ardo walau tahu dia akan menyakitiku? Walau Kak Ardo akan memperlakukanku dengan buruk dan tidak menghargaiku sebagai istrinya? Yang paling menyakitkan dia selingkuh di belakangku dengan banyak wanita? Mama tahu semua itu dan tetap menjodohkan aku dengannya, kenapa Mama Lidya setega itu padaku? Apa salahku sampai mama melakukan ini?” Air mata Silla yang sempat mengering, kini kembali berjatuhan. Wajahnya juga memerah karena amarah yang mulai naik ke permukaan. Dia kesal dan kecewa pada Lidya yang sudah tahu kebiasaan buruk putranya tapi malah menjodohkan dengannya. “Aku paham perasaan Kak Silla. Kakak sudah terlalu tersakiti karena itu marah seperti ini. Kalau aku jadi Kak Silla juga, aku akan merasakan hal yang sama.” “Artinya kamu mendukung keputusanku untuk meminta cerai?” Anetta mengembuskan napas pelan. “Aku tidak akan melarang atau mendukung keputusan Kak Silla yang ingin bercerai dengan Kak Ardo. Hanya saja ada sesuatu tentang Kak Ardo yang ingin aku ceritakan pada Kak Silla. Setelah mendengar kebenaran ini, terserah Kakak akan mengambil keputusan apa. Sekalipun Kakak tetap ingin meminta cerai, aku tidak akan berkomentar apa pun.” Satu alis Silla terangkat naik. “Memangnya apa yang ingin kamu ceritakan tentang Ardo?” “Alasan Kak Ardo tidak mempercayai wanita dan cinta lagi. Serta alasan dia tidak mau menikah dan malah senang bermain-main dengan banyak wanita di luar sana.” Silla meneguk ludah, tentu saja dia sangat ingin mengetahui hal ini. Ya, dia ingin tahu alasan Ardo yang dulu dia kenal baik, kini berubah menjadi pria b******n seperti ini. “Ya, An. Tolong ceritakan padaku. Sebenarnya ada kejadian apa sampai Kak Ardo jadi seperti ini?” Silla pun menanti dengan tak sabar Anetta yang akan menceritakan semua hal tentang Ardo yang tidak dia ketahui. “Kak Ardo dulu memiliki kekasih. Satu-satunya wanita yang sangat dia cintai. Wanita yang menjadi cinta pertamanya. Kak Ardo rela melakukan apa pun untuk wanita itu. Bahkan dia memiliki impian untuk menikah dengannya di masa depan. Kak Ardo sudah merencanakan banyak hal untuk masa depan mereka.” Silla tak bersuara, mendengarkan dengan seksama semua yang dikatakan tentang kisah Ardo di masa lalu. “Kak Ardo rela melakukan apa pun demi membuat wanita itu bahagia. Dia selalu mengutamakan wanita itu di atas segalanya. Kak Ardo juga sangat setia padanya. Hah, aku tidak tahu bagaimana menggambarkan betapa cinta Kak Ardo pada kekasihnya itu.” Ada rasa sakit di dalam hati Silla setelah mendengar hal ini. Di saat baginya Ardo merupakan cinta pertamanya, ternyata pria itu sudah memiliki seseorang yang sangat dicintainya. Silla semakin merasa cintanya bertepuk sebelah tangan. “Tapi wanita itu mengecewakan Kak Ardo.” “Memangnya apa yang dia lakukan?” tanya Silla semakin penasaran. “Dia terpikat oleh pria lain, dia berselingkuh di belakang Kak Ardo hingga akhirnya dia memutuskan hubungan mereka karena lebih memilih pria itu.” Detik itu juga Silla membekap mulut, tak sanggup membayangkan sakit hati yang dirasakan Ardo kala itu. “Wanita itu bahkan sudah menikah dengan pria pilihannya. Kak Ardo dia tinggalkan dan campakan begitu saja seolah semua cinta dan pengorbanan yang diberikan Kak Ardo untuknya tidak ada artinya sedikit pun di matanya.” Silla masih diam membisu, memberi kesempatan Anetta untuk menyelesaikan ceritanya. “Semenjak kejadian itu Kak Ardo berubah total. Dia tidak lagi mempercayai wanita, apalagi mempercayai cinta. Di matanya tidak ada wanita yang setia dan bisa tulus memberikan cinta. Dia juga bertekad tidak akan pernah menikah seumur hidupnya. Itulah sebabnya dia tidak pernah lagi serius menjalin hubungan dengan satu wanita, dia selalu bergonta ganti pasangan dan berubah menjadi pria playboy seperti sekarang.” “Mustahil. Jadi ini penyebabnya, Kak Ardo pernah dikecewakan wanita yang dia cintai?” Anetta mengangguk. “Ya, Kak.” “Lalu kenapa mama tetap menjodohkan aku dengan Kak Ardo walau tahu kejadian yang menimpanya?” “Karena mama percaya Kak Silla bisa mengubah kembali Kak Ardo.” Seketika Silla melebarkan mata. “Apa? Mama Lidya mempercayaiku bisa mengubah Kak Ardo?” “Ya, Kak. Mama menaruh harapan besar pada Kak Silla. Mama percaya Kak Silla wanita yang tepat untuk menjadi istri Kak Ardo. Walau mungkin akan sulit mengubah kebiasaan buruk Kak Ardo mengingat dulu dia pernah disakiti wanita yang dia cintai setulus hatinya, tapi sifat Kak Silla yang baik, ramah dan pantang menyerah pasti bisa meluluhkan hati Kak Ardo. Itu yang diyakini mama, Kak. Makanya mama menjodohkan kalian berdua.” Silla kembali menundukan kepala, tiba-tiba merasa malu pada dirinya sendiri. Padahal Lidya begitu percaya padanya bisa mengubah prilaku buruk Ardo dan berpikir dia bukan wanita yang pantang menyerah, tapi kenyataannya Silla kini sudah menyerah bahkan hendak meminta cerai. Silla sedang melamun, memikirkan semua yang dikatakan Anetta tersebut, dan dia tersentak kaget ketika tangannya tiba-tiba digenggam oleh sang adik ipar yang duduk di sampingnya. “Kak Silla, aku mohon jangan meminta cerai pada Kak Ardo. Mama pasti kecewa sekali kalau sampai kalian bercerai.” Silla meringis mendengar permintaan Anetta yang membuatnya kesulitan itu karena Silla masih tak yakin dia bisa mengubah Ardo agar kembali menjadi pria baik seperti yang dia kenal dulu. “Mama sedang sakit, Kak. Penyakitnya semakin parah dan kapan saja mama bisa …” Anetta tak melanjutkan ucapannya karena tak sanggup membayangkan jika sang ibu benar-benar pergi meninggalkannya karena penyakit yang dia derita. Melihat kedua mata Anetta berkaca-kaca, Silla paham betul yang akan dikatakan gadis itu meski dia tak melanjutkan ucapannya yang masih menggantung. “Keinginan mama hanya satu. Mama ingin Kak Ardo mengubah pemikirannya, tidak lagi berpikir semua wanita itu sama seperti mantan kekasihnya dulu. Masih banyak wanita yang baik dan setia. Dan mama yakin Kak Silla wanita yang tepat untuk Kak Ardo, bisa mengembalikan kepercayaan Kak Ardo pada wanita, juga bisa membuat Kak Ardo kembali mencintai wanita.” Silla menggelengkan kepala. “Tapi aku sendiri tidak yakin dengan hal ini, An. Kak Ardo sama sekali tidak tertarik padaku jadi mana mungkin dia jatuh cinta padaku. Mustahil aku bisa mengubahnya agar kembali seperti dulu.” “Mama bilang Kak Silla itu wanita yang sabar, tegar dan tangguh. Tapi kenapa Kakak menyerah begitu saja padahal kalian baru menikah beberapa hari?” Silla meneguk ludah, karena memang benar begitu adanya, pernikahannya dengan Ardo baru beberapa hari, bahkan satu bulan pun belum tercapai. “Masa kalian akan bercerai secepat ini? Memangnya Kak Silla tidak malu? Semua orang pasti membicarakan kalian.” Silla tak menjawab karena sebenarnya dia pun memikirkan hal yang sama. Dia takut akan menjadi bahan gunjingan dan ejekan orang lain karena pernikahannya yang gagal. “Kak Silla, aku mohon padamu.” “An, apa yang kamu lakukan? Cepat berdiri.” Silla panik bukan main ketika melihat Anetta yang tiba-tiba berlutut di depannya. “Aku tidak akan berdiri sebelum Kak Silla mau mengabulkan permohonanku ini. Tolong jangan bercerai dengan Kak Ardo. Sangat sulit membujuk Kak Ardo agar mau menikah dan akhirnya dia bersedia menikah dengan Kak Silla. Tolong jangan tinggalkan dia, Kak. Jangan membuat mama kecewa dan bersedih.” “Lalu aku harus bagaimana, An? Aku tidak tahan disakiti terus oleh Kak Ardo.” “Bagaimana kalau Kakak mencoba membuatnya jatuh cinta? Aku yakin Kak Silla belum melakukan apa pun untuk membuat Kak Ardo jatuh cinta pada Kakak bukan?” Silla kembali mematung dalam diam karena memang ya, dia belum melakukan apa pun untuk mendapatkan hati Ardo dan agar pria itu mau menerimanya sebagai istri sepenuhnya. “Aku tidak yakin akan berhasil, An. Kata-kata Kak Ardo tegas sekali mengatakan dia tidak tertarik padaku dan tidak akan pernah menyentuhku seumur hidupnya.” “Kak Ardo mengatakan itu?” tanya Anetta. “Ya, itulah kenapa aku putus asa seperti ini.” Anetta menggelengkan kepala tegas. “Tidak, Kak. Jangan menyerah dulu. Mari kita mencobanya dulu. Aku akan membantu Kak Silla untuk membuat Kak Ardo jatuh cinta padamu.” “Lalu bagaimana dengan wanita-wanita yang jadi kekasihnya?” Anetta mendengus. “Huh, abaikan saja mereka. Aku yakin Kak Ardo hanya main-main dengan mereka. Jika dia sudah jatuh cinta pada Kak Silla maka Kak Ardo sendiri yang akan mengakhiri hubungannya dengan wanita-wanita itu.” Silla pun hanya tersenyum kecil, dan sekarang dalam pikirannya terus terngiang sebuah pertanyaan … apa yang harus dia lakukan untuk membuat Ardo jatuh cinta padanya?
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN