Bab 47.

1906 Kata

Tak berselang lama, Nadin pun memutuskan untuk turun ke lantai dasar. Mata yang sembab, rambut acak-acakan dan jalan yang terlihat lunglai menampakkan di tak baik-baik saja untuk saat ini. "Mama, Papa." Nadin berdiri di belakang sofa tempat kedua orang tuanya duduk. Seketika Pak Aska dan Bu Dian menoleh kala mendengar suara anaknya itu. "Aku harus bersikap bagaimana? Memang terdengar berlebihan, tapi ini menyakitkan bagiku. Nggak mudah menarik ulur hati mencoba menjauh dan tiba-tiba mendekat ke seorang sahabat yang bahkan sebagai saudara kandungku sendiri. Aku mencoba menguatkan hatiku kala harus menjauh dengan kenyataan pahit, tiba-tiba kembali di dekatkan kala rasa kecewa sudah merasuk semakin dalam di hati." Nadin menangis, dia sangat rapuh jika berhubungan dengan Candra. Tak bisa dip

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN