Penculikan

2199 Kata
Fella dan Sophia masih terus berkeliling, mereka membeli benda apa pun yang memang dibutuhkan oleh Fella. Tentu saja Sophia yang membantunya memilihkan semua benda yang menurutnya cocok dikenakan oleh Fella. “Ah, jam tangan itu juga bagus. Kau harus membelinya juga, Fella.” Fella meringis, menurutnya dia sudah terlalu banyak membeli barang. “Tapi aku sudah membeli banyak perhiasan, pakaian, sepatu, tas, dan juga peralatan make up. Masa aku harus membeli jam tangan juga?” Sophia memutar bola mata. “Tidak masalah. Kau membeli seisi butik ini saja tidak akan membuat suamimu bangkrut. Jika kau mengetahui kekayaan yang dimiliki suamimu dan keluarga Romanov, aku yakin kau tidak akan peduli lagi dengan harga barang yang akan kau beli, kau pasti tidak akan segan-segan berbelanja sebanyak apa pun karena tahu persis itu tidak akan menjadi masalah untuk keluarga kaya raya sekelas keluarga Romanov. Jadi, manfaatkan kondisimu yang telah resmi menjadi bagian dari keluarga Romanov, bukankah aku sudah memberitahumu tadi dan kau juga sudah setuju?” Fella mengangguk-anggukan kepala, kini keraguan yang pernah menjangkiti hatinya, menguap entah ke mana. Dia pun setuju untuk membeli beberapa jam tangan bermerk dan mahal yang dijual di butik tersebut. “Ya, belanjaanmu sudah sempurna, semua barang yang kau butuhkan sudah kita beli. Sekarang tinggal membayar.” “Ya, ayo kita ke kasir,” ajak Fella dan kedua wanita itu pun kini melangkah ke kasir untuk membayar. “Tolong dihitung berapa total belanjaan saya,” ucap Fella pada sang kasir begitu tiba di meja kasir. “Ck, kau tidak perlu tahu berapa total belanjaanmu. Coba ke sini berikan kartu pemberian Ero.” Fella tertegun karena Sophia yang kini meminta kartu yang diberikan Ero padanya. “Ayo cepat berikan kartunya padaku, Fella.” Karena Sophia terus mendesak, Fella pun mengalah. Dia menyerahkan kartu pemberian Ero pada wanita itu. “Ini, gunakan kartu ini untuk membayar semua belanjaan itu. Kau tidak perlu memberitahukan berapa jumlahnya, langsung saja gunakan kartu ini untuk membayar semuanya.” Tentu Sophia yang mengatakan itu pada sang kasir, meralat perkataan Fella sebelumnya. Sophia lantas menoleh pada Fella. “Begitu caranya berbelanja, tidak perlu kau menanyakan berapa totalnya. Paham?” Fella pun meringis, tapi dia mengangguk karena kelak dia akan mengikuti cara yang diajarkan Sophia tersebut. Setelah selesai membayar semua belanjaan itu, kini Sophia dan Fella menyuruh empat pria bertubuh besar yang sejak tadi mengikuti mereka untuk membawakan semua belanjaan itu. “Lucu sekali, ya. Biasanya mereka bertemu sebagai musuh, tapi hari ini mereka bekerja sama membawakan belanjaanmu,” ucap Sophia sambil terkekeh, menertawakan keempat pengawal yang kini saling bahu membahu membawakan belanjaan Fella yang sangat banyak, padahal biasanya saat bertemu mereka saling menodongkan senjata. Fella pun ikut tertawa melihatnya. Hingga akhirnya mereka tiba di tempat parkir. Semua belanjaan Fella sudah dimasukan ke dalam bagasi dua mobil walau ada juga yang dimasukan ke dalam mobil karena sudah tak muat diletakan di dalam bagasi. “Fella, aku pergi dulu, ya. Kita harus berpisah sekarang.” Sophia berpamitan karena merasa tugasnya mengantar Fella berbelanja telah selesai. “Apa kau akan lanjut berbelanja? Kau belum membeli apa pun tadi?” tanya Fella penasaran rencana Sophia setelah ini. Sophia pun menggelengkan kepala. “Tidak. Aku sudah tidak berminat lagi untuk belanja, lagi pula niat awalku juga hanya jalan-jalan di sini. Sekarang aku mau pulang ke mansion, Mario pasti sudah mencariku.” Fella sempat merasa bersalah karena berpikir Sophia tak jadi berbelanja karena waktu yang dimiliki wanita itu tersita habis menemaninya memilih pakaian dan benda lainnya tadi. “Maaf, ya. Aku jadi merepotkanmu, Sophia.” Sophia berdecak seraya memutar bola mata. “Kau ini bicara apa? Aku sama sekali tidak merasa direpotkan. Justru aku senang bisa membantu dan menemanimu berbelanja tadi. Semoga lain waktu kita bisa kembali berbelanja bersama, ya.” Sophia melambaikan tangan setelah dia memeluk Fella sebentar, berpamitan karena setelah itu dia benar-benar melangkah pergi bersama dua pengawalnya. Mobil Sophia rupanya tidak diparkir di tempat yang sama dengan mobil Fella. “Apa anda ingin pergi ke tempat lain, Nyonya?” tanya salah seorang pengawal. Fella menggelengkan kepala karena tak ada lagi tempat yang bisa dia kunjungi sehingga dia pun memutuskan untuk langsung pulang. “Kita pulang ke mansion saja,” sahutnya. Lalu dia masuk ke dalam mobil setelah salah satu pengawal membukakan pintu mobil untuknya. Kedua mobil itu pun melaju dengan kecepatan sedang meninggalkan area pusat perbelanjaan. Kini mereka tengah berada di jalan raya, bergabung dengan kendaraan lainnya yang tengah berlalu lalang. Awalnya perjalanan itu baik-baik saja, tak ada hambatan yang menghadang karena jalanan pun lancar, sama sekali tidak macet. Fella juga tampak menikmati perjalanannya, dia menatap sekeliling tempat yang mobil mereka lalui, hingga saat mobil mereka memasuki kawasan menuju mansion Ero yang cukup sepi, mobil yang ditumpangi Fella tiba-tiba berhenti padahal mereka belum tiba di tempat tujuan. Tentu saja Fella terheran-heran. “Ada apa? Kenapa kita berhenti di sini?” tanya Fella pada sang pengemudi. “Itu, Nyonya. Ada yang menghadang jalan kita.” Fella pun menatap ke depan dan benar saja ada sekitar tiga mobil yang sengaja memarkirkan mobil mereka di tengah jalan untuk menghalangi mobil Fella melewatinya. “Siapa mereka? Kenapa mereka menghalangi jalan kita begini?” tanya Fella, heran bukan main. “Lebih baik anda tetap di dalam mobil, Nyonya. Jangan coba-coba keluar.” Seketika Fella meneguk ludah, menyadari ada yang tidak beres di sini begitu mendengar ucapan sang pengemudi. Terutama saat orang-orang yang berada di dalam mobil-mobil itu kini keluar, rupanya mereka pria-pria berbadan besar yang tak ada bedanya dengan anak buah Ero. “Siapa mereka?” tanya Fella lagi. Sang sopir menggelengkan kepala sebagai respons. “Entahlah, tapi saya curiga mereka musuh Tuan Ero, karena itu jangan pernah keluar dari mobil ini apa pun yang terjadi, Nyonya.” Fella melebarkan mata, dia mulai ketakutan mendengar kemungkinan mereka merupakan musuh-musuh Ero. “Tapi kenapa musuh Ero menghadang mobil kita?” “Mungkin mereka mengincar anda, istri Tuan Ero.” Fella pun membekap mulut, tidak diragukan lagi dirinya berada dalam bahaya. “Apa yang harus aku lakukan? Aku takut sekali.” “Sudah saya bilang tetaplah di dalam mobil, kami akan berusaha melindungi anda.” Fella memasang raut tegang di wajahnya terutama saat dia melihat dua pengawalnya kini keluar dari mobil dan menemui orang-orang yang menghalangi jalan mereka itu untuk bernegosiasi. Namun, yang terjadi justru perkelahian di antara mereka. Dorr! Fella tersentak kaget, tubuhnya gemetaran hebat karena melihat dua pengawalnya jatuh tak berdaya setelah orang-orang misterius itu menembak kepala mereka. “Nyonya, mereka berbahaya. Sepertinya mereka berniat membunuh kita.” “Apa yang harus kita lakukan sekarang?” tanya Fella sama paniknya dengan sang pengemudi. “Kita harus melarikan diri dari sini.” Sang sopir pun berniat melarikan diri dengan berbalik arah, tapi belum sempat mobil yang ditumpangi Fella melaju, sebuah mobil kembali muncul dan menghalangi jalan lagi. “Bagaimana ini? Mereka muncul lagi dan menghalangi jalan kita?” Fella semakin tak kuasa menahan rasa takutnya. “Hubungi Tuan Ero, Nyonya.” Walau sang sopir menyarankan hal demikian, tapi Fella tak tahu bagaimana cara menghubungi Ero, karena selain dirinya tak memegang ponsel, dia pun tak mengetahui nomor ponsel pria itu. “Cepat keluar!” teriak pria-pria itu yang sekarang sudah berdiri tepat di samping mobil Fella. “Jika kalian tidak juga keluar maka kami akan menghancurkan mobil ini.” Ancaman pria-pria itu sangat menyeramkan, Fella semakin ketakutan hingga air mata mengalir dengan sendirinya di wajahnya. “Cepat keluar!” teriak mereka lagi, lebih kencang dibandingkan sebelumnya. Bahkan sekarang mereka mulai memukul kaca mobil sehingga menciptakan suara yang terdengar sangat menakutkan di telinga Fella. “Apa yang harus kita lakukan, Pak? Apa kita akan turun?” tanya Fella pada sang sopir. Sopir itu menggelengkan kepala. “Jangan keluar, Nyonya. Di luar sangat berbahaya, cepat anda hubungi Tuan Ero dan meminta bantuan padanya.” “Tapi aku tidak ….” Belum sempat Fella menyelesaikan ucapannya, suara kaca mobil yang dipukul oleh batu secara bertubi-tubi membuat Fella tersentak kaget hingga tak mampu melanjutkan perkatannya lagi. “Cepat keluar! Atau kami akan membakar mobil ini!” Fella dan sang sopir saling berpandangan, ancaman mereka kali ini tentu saja membuat mereka sadar bahwa tak ada pilihan lain selain menuruti keinginan mereka atau mereka benar-benar akan melakukan seperti yang mereka ancamkan. “Pak, sepertinya kita harus keluar dari mobil, kita tidak akan selamat jika terus berada dalam mobil. Mereka akan membakar mobil ini.” Fella sudah tak tahu lagi harus bagaimana, dan tampaknya dia mulai pasrah menerima keadaannya yang tak berdaya ini. “Saya akan keluar dari mobil ini untuk mengalihkan perhatian mereka. Saat itu anda harus lari. Selamatkan diri anda. Apa anda mengerti?” Fella mengangguk-anggukan kepala karena dalam kondisi seperti ini dia hanya bisa mengikuti rencana yang disusun sang sopir. Sang sopir pun akhirnya membuka pintu mobil, dia keluar menemui para pria misterius yang masih menunggu Fella keluar dari mobil. Saat melihat atensi pria-pria itu tertuju pada sang sopir, Fella pun memanfaatkannya. Dia membuka pintu di sebelahnya, keluar dari mobil dengan gerakan terburu-buru, dia lantas berlari secepat yang dia bisa. “Wanita itu melarikan diri! Cepat tangkap dia!” Fella bisa mendengar dengan jelas suara teriakan dari pria-pria itu yang menyadari dirinya melarikan diri. Setelah itu, terdengar suara tembakan karena sepertinya sang sopir bernasib sama seperti pengawal-pengawal lain, tewas di tempat karena terkena tembakan. Fella tak memiliki pilihan selain mengabaikan jasad para pengawalnya, dia terus berlari untuk menyelamatkan diri. “Berhenti! Atau kami juga akan menembakmu!” Fella tak peduli dengan ancaman itu, dia tetap berlari secepat yang dia bisa. Dia tak akan membiarkan dirinya tertangkap. Namun, rupanya usaha Fella berakhir sia-sia saat beberapa pria mengambil jalan pintas dan muncul tepat di depan Fella. Wanita malang itu tak bisa melarikan diri ketika dirinya dikepung karena pria-pria itu kini berada di depan dan di belakangnya. “Pergi kalian! Jangan ganggu aku!” teriak Fella yang tentunya tak digubris oleh pria-pria itu, karena yang terjadi setelah itu adalah mereka yang berhasil menangkap Fella. Wanita itu terus memberontak mencoba melepaskan diri, tapi di saat salah seorang pria membekap mulut dan hidungnya dengan sapu tangan yang sudah dicampur dengan obat bius, seketika tubuh Fella pun lemas tak berdaya. Pandangannya mulai buram hingga akhirnya benar-benar gelap gulita. Fella kehilangan kesadarannya dan para pria itu memasukan tubuhnya ke dalam mobil mereka. Entah akan bagaimana nasib Fella setelah ini? *** Ero dan kekasihnya, Franca, tampak sedang bersenang-senang di apartemen. Mereka menari diiringi alunan musik yang mereka nyalakan dalam pemutar musik. Di meja penuh dengan makanan yang sengaja mereka pesan. Mereka berdua tampak bermesraan, berpelukan dan berciuman seraya menggerak-gerakan tubuh mengikuti alunan musik. Franca terlihat sangat seksi, hanya mengenakan kaos tanpa lengan yang tampak pas di tubuhnya sehingga lekuk tubuhnya bisa terlihat dengan jelas. Kakinya yang jenjang hanya ditutupi oleh celana pendek sebatas paha. Sedangkan Ero tak kalah seksi dengan sang kekasih, dia bertelanjang d**a karena kemeja yang tadi dia kenakan kini dilepaskan. Hanya celana panjangnya yang masih melekat membungkus kedua kakinya. Entah sudah berapa jam mereka bersenang-senang seperti itu, hingga suara bel pada pintu seketika membuat mereka menghentikan tarian. “Siapa itu yang datang? Bukankah makanan pesanan kita sudah dikirim semua?” tanya Franca heran, dia juga kesal karena kesenangannya dengan Ero menjadi terganggu. “Entahlah, aku akan melihatnya sebentar.” “Ya, jangan lama-lama, cepatlah kembali.” “Huh, kau sangat tidak sabaran.” “Hei, kita baru melakukan pemanasan, belum pada permainan inti. Aku sangat merindukanmu, Sayang. Sudah satu bulan kita tidak menghabiskan waktu bersama seperti ini.” Ero tak mengatakan apa pun lagi, dia pun berjalan menuju pintu karena bel hingga kini masih terdengar mengalun. Begitu membuka pintu, Ero menemukan salah satu anak buahnya yang berdiri di hadapannya. Raut wajah anak buahnya itu tampak panik. “Ada apa?” tanya Ero heran. “Gawat, Tuan. Ada masalah besar.” Kening Ero mengenyit dalam. “Masalah besar apa maksudmu?” “Istri anda diserang saat pulang dari pusat perbelanjaan. Semua pengawal yang menemaninya tewas karena tertembak, sedangkan istri anda … entah dibawa ke mana karena kami tidak menemukannya di mana pun.” Mendengar kabar buruk itu seketika Ero melebarkan mata. “Fella diculik maksudnya?” “Ya, Tuan,” sahut pria itu seraya menganggukan kepala. “Kurang ajar! Siapa yang berani menculik istriku?” “Kami tidak tahu, Tuan. Tapi kami menemukan surat ini di dalam mobil yang dinaiki Nyonya Fella.” Ero pun menerima secarik kertas yang diulurkan anak buahnya. Lalu membaca pesan dalam surat tersebut. Hai, Luigi. Lama tidak bertemu. Aku dengar kau sudah menikah, jahat sekali karena kau tidak mengundangku ke acara pernikahanmu. Karena aku sangat penasaran dengan istrimu, aku pinjam sebentar, ya. Semoga dia wanita yang menyenangkan. Ero meremas kertas itu, wajahnya memerah karena amarah. “Kita berangkat sekarang,” titah Ero pada anak buahnya. “Aku tahu siapa orang yang menculik Fella.” Ero pun masuk ke dalam apartemen untuk mengambil kemejanya yang tersampir di sandaran kursi. “Ero, ada apa?” tanya Franca terheran-heran melihat Ero yang terburu-buru mengenakan kemejanya seolah tengah bersiap untuk pergi. “Aku pergi dulu.” “Ke mana?” tanya Franca lagi. Namun, wanita itu tak pernah mendapatkan jawaban atau penjelasan dari Ero karena pria itu bergegas melangkah pergi. Ero tak memedulikan walau Franca terus berteriak memanggil namanya karena yang ingin dia lakukan sekarang hanyalah membuat perhitungan dengan orang yang berani mengusik ketenangannya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN