Berada Dalam Bahaya

1890 Kata
Fella hanya bisa menghela napas saat menemukan meja makan sudah penuh dengan makanan yang tampak menggiurkan jika dilihat dari penampilannya. Ada pula botol wine dengan merk terkenal sudah disiapkan bersamaan dengan makanan-makanan lezat nan mewah itu. Meja makan diletakan di sebuah taman karena di sisi kanan dan kiri dipenuhi dengan bunga-bunga yang sedang bermekaran dengan indahnya sehingga aroma wanginya pun sampai tercium oleh indera penciuman Fella. Sepertinya meja itu diletakan di taman depan jika melihat dari kondisinya. Fella tak sendirian di sana karena banyak pria berbadan besar yang sedang berjaga di sekitar taman itu seolah mereka ditugaskan oleh tuan mereka untuk memastikan Fella tak melarikan diri. Namun, sosok sang tuan belum terlihat karena dua kursi yang sudah disiapkan di depan meja makan belum diisi siapa pun. “Silakan duduk, Nona. Tuan akan segera datang. Mohon ditunggu sebentar,” ucap pelayan yang membantu Fella merias diri tadi dan kini mengantarkannya ke tempat itu. Fella pun menurut, dia mendudukan diri di kursi yang kosong, tatapannya kini tertuju pada makanan-makanan lezat yang terhidang di hadapannya. Sangat aneh, padahal makanan-makanan itu tampak menggiurkan, Fella juga seharusnya sudah merasa lapar mengingat perutnya belum diisi apa pun sejak terakhir dia makan bersama dengan Sophia di restoran yang berada di pusat perbelanjaan. Jelas itu sudah terjadi berjam-jam yang lalu, tapi perut Fella tak terasa lapar. Dia juga tak tertarik menyantap makanan-makanan itu, mungkin enggan memakannya karena kondisinya yang tengah diculik oleh sosok misterius yang hingga detik ini belum Fella temui dan membuat wanita itu penasaran bukan main. Lama Fella menunggu di sana hingga rasanya dia ingin pergi saja. Hingga suara langkah kaki seseorang yang mendekat pun terdengar. Fella menoleh ke arah sumber suara dan menemukan seorang pria muda seumuran Ero jika dilihat dari perawakannya, kini berjalan menghampirinya. Pria itu kini mendudukan diri tepat di kursi yang diletakan di seberang kursi yang diduduki Fella. Dari jarak sedekat itu Fella bisa melihat wajah si pria misterius dengan jelas. Ternyata pria itu memiliki paras yang tampan, walau ketampanannya sama sekali tak bisa membuat Fella terpesona karena yang Fella rasakan sekarang adalah amarah pada pria itu yang telah menculiknya. “Siapa kau?” tanya Fella, tak berminat untuk berbasa-basi. Pria itu tersenyum tipis. “Maaf membuatmu menunggu lama. Apa kau bosan menungguku sendirian di sini?” Alih-alih menjawab pertanyaan Fella, pria itu malah berkata demikian. Fella pun mendengus, semakin jengkel dibuatnya. “Aku tanya siapa kau? Kenapa kau menculikku dan membawaku kemari?” “Namamu Fella, benar? Kau ini istrinya Oliviero Luigi Romanov, benar?” Tatapan Fella memicing tajam, ternyata pria itu mengetahui banyak hal tentangnya. Fella pun meneguk ludah, semakin yakin dirinya diculik karena berhubungan dengan Ero. Pria di hadapannya yang hingga detik ini tak mau menyebutkan namanya itu sudah tidak diragukan lagi merupakan musuh Ero. “Jika kau sudah tahu siapa aku, untuk apa bertanya lagi?” “Wow, aku suka gayamu ini. Kau tipe wanita dingin yang sangat aku sukai. Tipe wanitaku.” Fella mengernyitkan kening karena saat dia mengabaikan pria itu dan menjawab semua pertanyaannya dengan nada ketus nan sinis, pria itu justru terlihat menyukainya. “Aku penasaran wanita seperti apa yang dinikahi Ero. Ternyata setelah aku melihatmu dari dekat, kau sangat cantik. Kau juga tipe wanita yang menyenangkan. Beruntung sekali Ero bisa memilikimu.” Fella tak mengatakan apa pun karena dari ucapan pria itu, Fella dapat menyimpulkan dia tak mengetahui alasan dirinya dan Ero bisa menikah. Fella pun meralat pemikirannya tadi, pria ini tak mengetahui semua hal tentangnya dan Ero. Namun, identitas si pria asing masih menjadi tanda tanya besar dalam benak Fella. “Sejak tadi kau terus bicara, tapi pertanyaanku tidak juga kau jawab.” “Pertanyaan yang mana maksudmu?” Fella pun memutar bola mata, tahu persis pria itu sedang mempermainkan dirinya, mungkin sengaja berpura-pura tak tahu pertanyaan yang dimaksud Fella untuk membuat wanita itu tersulut emosi dan semakin kesal padanya. “Ini sama sekali tidak lucu. Aku yakin kau tahu pertanyaan apa yang aku maksud.” Pria itu pun mengulum senyum kali ini, tak terlihat tersinggung walau sejak tadi Fella bicara dengannya sesinis itu. “Tentang siapa aku dan siapa namaku, ya? Apa kau sepenasaran itu ingin mengetahuinya?” “Tentu saja, karena itu aku bertanya. Lagi pula kenapa kau menculikku? Padahal aku tidak mengenalmu.” “Akan aku jawab semua pertanyaanmu itu, tapi sebelumnya mari kita nikmati dulu semua makanan ini. Sayang sekali makanan-makanan lezat ini tidak dimakan dan hanya dijadikan tontonan. Mari makan.” “Aku minta jawab pertanyaanku sekarang,” desak Fella tak kuasa lagi menahan rasa penasarannya. Namun, tiba-tiba pria yang sejak tadi bersikap ramah pada Fella, kini mendelik tajam, melayangkan tatapan tajam yang sukses membuat nyali dan keberanian Fella menciut. Wanita itu pun tak berani berkata-kata lagi. Dari tatapannya, Fella tahu pria itu sama berbahayanya dengan Ero. “Jangan menguji kesabaranku. Aku bilang mari kita makan dulu, setelah selesai … aku akan menjawab semua pertanyaanmu.” Fella tak menyahut lagi, dia membiarkan pria itu mulai menyantap makanannya. Namun, tidak demikian dengan dirinya. Fella sama sekali tak tertarik untuk memakan makanan itu sehingga dia hanya diam bagaikan patung, tak ada satu pun makanan yang terhidang di atas meja dia cicipi. “Kenapa kau tidak makan?” tanya si pria misterius, heran melihat Fella diam saja, wanita itu hanya memperhatikannya yang sedang makan seraya melipat kedua tangan di depan d**a. “Aku tidak lapar,” sahut Fella, masih sesinis dan seketus sebelumnya. Si pria mendengus. “Mustahil. Mana mungkin kau tidak lapar setelah melihat makanan-makanan lezat ini terhidang di depanmu.” “Aku memang tidak lapar. Jadi, kau saja yang makan dan setelah itu cepat jawab pertanyaanku tadi.” Pria itu tertawa seolah yang dikatakan Fella itu sebuah lelucon lucu di telinganya. “Baiklah. Kuharap kau tidak akan menyesal karena sudah menyia-nyiakan semua makanan lezat ini. Sayang sekali, padahal semua makanan ini aku sengaja siapkan untukmu.” “Aku tidak membutuhkannya karena yang aku inginkan sekarang adalah kau melepaskan aku. Biarkan aku pergi dari sini.” Pria itu mengibas-ngibaskan garpu di tangannya, pertanda bahwa dia tak berniat sedikit pun melepaskan Fella. “Aku tidak akan membiarkanmu pergi dari sini begitu saja, tapi kau tenang saja karena aku tidak akan menyakitimu. Baiklah, jika kau tidak mau ikut makan denganku, tunggulah sampai aku menyelesaikan makanku. OK?” Fella tak mengatakan apa pun, tapi tetap melayangkan tatapan tajam pada si pria yang kembali melanjutkan aktivitas makannya dengan lahap. Fella rasanya bosan menunggu karena seolah sengaja membuat Fella merasa kesal, pria itu dengan sengaja memakan makanannya dengan perlahan. Dia mencicipi semua makanan di atas meja dan tak lupa menenggak wine mahal yang juga tersedia di sana. Menggoyang-goyangkan wine di dalam gelas berkaki, Fella gemas bukan main melihat kelambanan pria itu padahal dia sudah menunggunya selesai makan sejak tadi. “Apa kau sudah selesai? Kau tidak lupa kan aku sedang menunggumu memberikan jawaban atas semua pertanyaanku tadi?” Pria itu mendengus mendengar Fella yang kembali membahas pertanyaannya yang memang belum mendapatkan jawaban. “Huh, kau ini sangat tidak sabaran, ya. Tapi baiklah, karena makanku sudah selesai, akan kujawab semua pertanyaanmu tadi.” Fella menatap lekat wajah pria itu, mendengarkan dengan seksama apa pun yang sebentar lagi akan keluar dari mulutnya. “Namaku Fazio Romanov.” “Romanov?” Kening Fella mengernyit dalam begitu mendengar nama itu. “Apa kau masih anggota keluarga Romanov?” Pria itu mengangguk. “Tentu saja. Aku masih bagian dari keluarga Romanov.” “Kau masih saudara Ero?” “Sepupunya lebih tepatnya.” Tatapan Fella semakin memicing tajam, tak menyangka yang telah menculiknya dan membunuh anak buah Ero yang ditugaskan menjaga dirinya ternyata masih saudara Ero. “Kenapa kau melakukan ini padaku? Padahal ternyata kau masih saudara Ero.” “Aku memang sepupu Ero, tapi di saat yang bersamaan aku ini musuh besarnya.” Fazio menyeringai saat mengatakan ini. “Aku sangat membenci Ero dan aku tidak akan pernah setuju jika sampai dia yang diresmikan menjadi kepala keluarga Romanov yang baru. Dibandingkan Ero, aku lebih mendukung Enzio yang menjadi kepala keluarga Romanov yang baru menggantikan Paman Graziano.” “Kau membenci Ero dan tidak setuju dia diresmikan menjadi kepala keluarga Romanov yang baru, tapi kenapa kau malah menculikku seperti ini? Memangnya apa salahku padamu?” “Huh, karena kau merupakan alat yang bisa membuat Ero mendapatkan posisi kepala keluarga Romanov yang baru jika sampai kau melahirkan seorang anak laki-laki untuk Ero. Aku …” Fazio menunjuk dirinya sendiri. “… tidak akan membiarkan Ero mendapatkan keturunan laki-laki, dengan begitu posisi kepala keluarga Romanov yang baru akan jatuh pada Enzio.” Fella meneguk ludah, dia sadar dirinya berada dalam bahaya karena entah apa yang direncanakan Fazio untuk membuat Ero kehilangan harapan untuk memiliki keturunan anak laki-laki. Sebuah pemikiran buruk pun terbesit di benak Fella, mungkinkah pria di hadapannya itu berniat melenyapkannya? Berniat membunuhnya seperti yang dia lakukan pada anak buah Ero tadi siang? Fella menelan ludah, dia menyadari harus secepatnya melarikan diri dari Fazio jika ingin selamat. “Ero pasti akan marah karena kau menculikku seperti ini. Dia pasti akan mencariku dan menolongku,” ucap Fella mencoba memprovokasi Fazio walau dia tak yakin Ero benar-benar akan datang untuk menyelamatkannya. “Huh, yakin sekali kau Ero akan datang ke sini untuk menyelamatkanmu. Itu belum tentu karena aku yakin dia bisa dengan mudah mendapatkan penggantimu. Tapi aku tidak akan tinggal diam. Selama Ero berusaha mendapatkan anak lak-laki untuk memenuhi syarat dari Paman Graziano agar bisa dipilih menjadi penerus keluarga Romanov, selama itu pula aku akan menyingkirkan semua wanita yang Ero manfaatkan untuk melahirkan keturunannya.” “A-apa kau berniat membunuhku?” Seringaian Fazio semakin lebar. “Kau pandai sekali. Tentu saja itulah yang akan aku lakukan. Tapi jangan khawatir karena sebelum membunuhmu, aku akan memberikan kesenangan dulu untukmu. Jadi, bagaimana kalau kita mulai bersenang-senang dulu malam ini? Aku pasti akan memanjakan tubuhmu itu, Sayang.” Fazio menjulurkan lidah dan menjilati bibirnya sendiri, membuat Fella bergidik ngeri karena semakin ketakutan pada rencana jahat Fazio yang sudah bisa dia tebak. Tanpa pikir panjang, Fella pun bangkit berdiri dari duduk, dia lalu berlari untuk menyelamatkan diri. Sayangnya niat Fella untuk melarikan diri itu sudah terbaca oleh Fazio dan anak buahnya karena kini semua anak buah Fazio yang berjaga di sekitar taman ikut berlari mengejar Fella. “Tangkap wanita sialan itu. Jangan biarkan dia lari!” teriak Fazio, memberikan perintah pada semua anak buahnya. Sedangkan Fella terus berlari mencoba menyelamatkan diri. Namun, secepat apa pun larinya tentu dia tak sanggup mengimbangi para anak buah Fazio yang berlari mengejarnya, mereka jauh lebih cepat dari wanita itu sehingga Fella yang malang akhirnya tertangkap. “Lepaskan aku. Lepas!” teriak Fella sambil memberontak pada dua anak buah Fazio yang memegangi dirinya. “Tuan, kami berhasil menangkapnya.” Fella semakin ketakutan karena kini dirinya kembali berhadapan dengan Fazio yang wajahnya memerah entah karena apa. “Bagus. Sekarang berikan dia padaku. Biar aku sendiri yang membawanya.” Setelah berkata demikian, Fazio pun menggendong Fella, meletakan wanita itu di pundaknya seolah tubuh Fella merupakan karung beras dan seringan kapas baginya karena Fazio tak terlihat kesulitan membawanya. Fazio membawa Fella ke kamar di mana wanita itu bangun pertama kali, membanting dengan kasar tubuh Fella ke atas ranjang. “Apa yang akan kau lakukan padaku, b******k?!” teriak Fella. Namun, hanya dengan melihat Fazio yang tengah membuka pakaiannya, Fella pun menyadari dirinya memang berada dalam bahaya karena pria itu berniat melecehkan dirinya. Fella yang malang tak tahu bagaimana caranya menyelamatkan diri dalam situasi seperti ini.

Cerita bagus bermula dari sini

Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN