"Apa jawabanku begitu penting bagimu?" bukannya menjawab, Adelia mengembalikan pertanyaan. Seharusnya pria ini tidak terpaku pada sesuatu yang salah. Bukankah seharusnya Damian semakin kecewa dan membencinya. Bukankah saat ini dia layak mendapatkan makian untuk pria ini. Tapi mengapa, yang dia harapkan tidak terjadi sama sekali. Saat dia menyatakan ini, seperti ada ribuan pisau yang menusuk-nusuk kembali hatinya. Sebenarnya, bukan hanya Damian saja yang merasakan sakit tetapi dia juga jauh lebih sakit saat jelas-jelas sadar dengan kejahatan yang sudah dirinya perbuat. Kejahatan yang terpaksa dia harus lakukan dan mengorbankan ketulusan orang lain merupakan tindakan yang dia benci yang pada akhirnya dirinya harus tempuh juga. Sejak awal, saat dia mulai memahami arti kelahirannya, dia
Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari