Ternyata hanya hitungan bulan Leyna bisa merasa tenang. Kini, air mata kembali mengalir deras di pipinya. Kesedihan dan kekecewaan itu tak mampu ia bendung. Bahkan, ia tidak tahu lagi bagaimana harus bersikap setelah ini. “Kenapa, Ken? Kenapa harus kamu? Dan kenapa harus sekarang?” Jika Ken yang merupakan sandaran utamanya saja mampu berkhianat seperti ini, lalu pada siapa lagi Leyna harus percaya? Leyna menghapus air matanya dengan kasar saat mendengar suara gerbang terbuka. Ia bergegas ke kamar mandi untuk mencuci wajahnya, berusaha menghapus sisa-sisa air mata di pipinya. Saat Ken masuk ke kamar mereka, Leyna berpura-pura sedang memainkan ponselnya. Ia tidak menoleh sama sekali ke arah Ken, bahkan saat lelaki itu duduk di sampingnya. “Hey, suaminya pulang masa dianggurin. Hello kiss