Bab 2: Kimmy

1212 Kata
Kimmy memasuki kamar mandi, dimana tak banyak orang berlalu lalang sebab kelas akan segera mulai, mengunci bilik, Kimmy menduduki toilet yang sama sekali tak dia buka demi bisa menangis dengan terisak. Air mata seolah enggan untuk berhenti sejak dia mengetahui kebenrannya semalam. Bahkan seolah belum puas untuk menangisi nasibnya, sejak pagi dia kembali menangis. Sesekali Kimmy menaikan kaca matanya yang melorot dan mengembun, karena seluruh tubuhnya yang berguncang sebab tangis yang tak juga terhenti. Puas menangis Kimmy memasuki kelas, setelah merapikan rambutnya di wastafel, meski Kimmy tahu penampilan kuyu nya tak bisa di sembunyikan. Saat menginjakkan kakinya di kelas, Kimmy sempat terpaku pada Mike yang ada di belakang tempat pemuda itu biasa duduk. Hati Kimmy terasa teriris mana kala melihat penampilan Mike yang segar dan tampan, begitu berbanding terbalik dengannya. Tentu saja Mike tidak akan terpengaruh, sebab dia yang menjadikannya mainan, sedangkan Kimmy adalah satu- satunya yang tersakiti. Kimmy mendudukkan diri di kursinya, dan mencoba fokus untuk belajar saat dosen memulai pelajarannya. Sepulang kuliah Kimmy pergi bekerja paruh waktu seperti biasa, dan saat ini Kimmy justru memilih mengambil dua sift agar bisa sibuk dan melupakan seluruh masalahnya. Hari- hari berlalu dan dijalani Kimmy, meski dengan perasaan yang hancur Kimmy berusaha tetap berdiri dan tegar, entah kenapa ini begitu memengaruhinya, apakah karena Mike adalah cinta pertamanya? Ciuman pertama? Bahkan Kimmy memberikan tubuhnya pertama kalinya untuk pria itu, jadi Kimmy sangat terluka. Kimmy bahkan sangat iri pada teman- temannya yang bebas berhubungan dan berganti pasangan tanpa merasa sakit saat hubungan mereka berakhir. Tapi, Kimmy justru masih berkubang dalam kesedihannya, meski sudah satu bulan ini dia mencoba jalani. "Daddymu adalah pria yang tampan. Bahkan banyak wanita yang mengejarnya dulu. Tapi siapa sangka ketampanannya menjadikannya pria b******k dan meninggalkan kita." Saat ini Kimmy mengingat perkataan Mommynya, tentang pria yang harusnya melindunginya sebagai kepala keluarga, tapi malah menorehkan luka, dan awal baginya membenci pria tampan tukang tebar pesona seperti Mike, tapi justru dia juga terjebak dalam permainan Mike yang terkenal tampan di kampusnya. Dan kini dia semakin yakin jika pria seperti Mike yang memiliki ketampanan di atas rata- rata memang b******k. Dengan teganya mempermainkannya hanya karena Kimmy selalu menatap dengan tatapan tak suka pada Mike yang selalu di kerubungi gadis- gadis kampus. Hingga suatu hari pria itu mendekatinya, entah karena rayuan Mike memang racun membuatnya terpesona dengan mudah, atau dirinya memang murahan yang dengan mudahnya terjerat rayuan Mike dan dalam satu bulan Kimmy menyerahkan segalanya pada Mike, ya ... segalanya. Cinta dan kehormatannya. "Kaca mata kamu ini, membuat kamu semakin cantik bukannya jelek, siapa yang berani bilang pacarku jelek." begitu kata Mike, dan bagaimana bisa Kimmy tak terpesona, apalagi tatapan Mike padanya terlihat tulus dan penuh cinta hingga dia selalu tersipu dibuatnya. Tapi kini kenyataan menamparnya, cinta Mike palsu, begitupun perlakuan pemuda itu padanya. Dulu saat usianya sepuluh tahun, Daddynya meninggalkannya dan pergi bersama wanita lain, mengatakan kalau dia tak lagi mencintai Mommynya dan dengan mudahnya mengatakan jika dia bosan dengannya. Mommynya yang saat itu tengah sakit memohon agar Daddynya tak meninggalkan mereka, tapi Daddynya tak peduli dan tetap pergi. Saat itu Kimmy hanya mampu menatap sedih pada perlakuan Sang Daddy, dia bahkan tega mendorong Mommynya karena menghalanginya untuk pergi. Setelah kepergian Daddynya, sakit yang di derita Mommynya semakin parah hingga dia meninggal dunia. Kimmy yang saat itu masih berusia sepuluh tahun harus hidup sebatang kara dan menjadi yatim piatu, ya ... yatim piatu, sebab sang Daddy yang dengan teganya pergi meninggalkannya, telah ia anggap mati. Sejak saat itu Kimmy membenci pria tampan dan tukang tebar pesona, karena merasa mereka seperti Daddynya, yang akan pergi karena merasa bosan pada Mommynya. "Kau tidak lihat dirimu Carlote, membosankan!" Kimmy tersentak dari tidurnya, sejak sekian lama Kimmy melupakannya, kini dia kembali bermimpi saat dimana sang Daddy meninggalkannya, dan berkata bosan pada Mommynya. Kimmy meremas rambutnya frustasi. "Kamu hanya mainan Kimmy, jangan bermimpi!" Kejam, kenapa mereka kejam padanya. Kimmy mengusap air matanya lalu bergumam "Bangun Kimmy, sudah satu bulan, dan lihatlah, dunia tetap berputar." ya, sudah satu bulan tapi Kimmy masij terpuruk. Kimmy bangun dari baringannya lalu membersihkan diri, hari ini dia kuliah sore, jadi pagi ini dia akan ke toserba untuk melakukan shift pagi. setelah memastikan penampilannya rapi, Kimmy bergegas keluar rumah. "Kimmy, kau akan bekerja?" baru saja menutup dan mengunci pintu salah satu tetangganya menyapa. "Ya, Jean, kau habis olah raga?" tentu saja karena dia melihat tetangganya mengenakan kaos olahraga dengan handuk kecil menggantung di leher, juga tubuhnya yang berkeringat membuat Kimmy yakin Jean habis oleh raga. Jean mengangguk "Kau juga harus melakukannya agar lebih sehat Kim, lihat tubuhmu, sangat kurus dan terlihat lemas." Kimmy menunduk melihat dirinya, memang benar jika di bandingkan dengan Jean, tubuhnya terlihat seperti sudah tua. Sedangkan Jean, meski ramping beberapa bagian tubuhnya berisi, membuatnya terlihat menarik. Kimmy menghela nafasnya "Aku tak punya waktu, lagi pula aku juga bisa melakukannya sambil bekerja." Kimmy tertawa kecil "Bukankah kita hanya perlu berkeringat?" Jean mendengus "Tentu saja berbeda, kau ini." Kimmy mengelak saat Jean akan memukulnya menggunakan handuk kecil yang dia tarik dari bahunya. "Sudahlah Jean aku harus segera pergi." "Hey, Kimmy kau sudah sarapan bukan?" Kimmy bergegas menuruni tangga, menghiraukan Jean yang memanggilnya, bisa di bilang selama ini Jean juga selalu perhatian padanya, wanita itu sangat baik dan berkata "Anggap aku sebagai kakak mu." Dan Kimmy beruntung mendengar ucapan itu. "Dasar, kenapa aku melihat dia semakin kurus saja," gumam Jean, dan Kimmy masih bisa mendengarnya. Kimmy melihat pergelangan tangannya, kulit putih pucatnya juga terlihat tulang keringnya, di pergelangan tangannya. Ya, dia rasa juga begitu. Memilih menghiraukan Kimmy menaiki sebuah Bis selama beberapa menit hingga tiba di sebuah toserba 24 jam tempatnya bekerja selama ini. "Hay, Kimmy kau sudah datang?" Kimmy tersenyum menatap Roger, teman kerjanya. "Ya, kau bisa bersiap untuk pulang," ucapnya sambil membuka jaketnya dan menampakan tubuhnya berbalut seragam toserba tersebut. "Baiklah." Roger memasukan ponsel ke dalam tasnya yang tergantung, lalu meraih dua bungkus Roti dan dua kotak s**u. "Seperti biasa," ucapnya meletakan ke empat benda itu di depan Kimmy untuk dia bayar. "Nafsu makanmu bertambah Ro?" tak biasanya Roger membeli dua bungkus roti, biasanya hanya satu, itu pun untuk sarapannya sebelum pulang. Roger menggeleng "Tidak, yang satu ini untukmu," katanya sambil memberikan satu kotak s**u dan satu bungkus roti pada Kimmy. Kimmy tertegun, lalu mengerjap beberapa kali, "Kau?" "Tampangmu terlihat seperti kau belum makan selama seminggu kau tahu," ejeknya. Kimmy mencebik, tapi dia tahu jika Roger tak bermaksud mengejeknya, jadi dia kembali tersenyum "Terimakasih Ro." Roger mengangguk "Jangan membawa masalahmu pada nafsu makanmu, kau bisa mati." Roger mengusak pucuk kepala Kimmy lalu pergi meninggalkan Kimmy yang masih tersenyum haru. Ya, seharusnya Kimmy tak boleh menyerah, sebab masih ada orang- orang di sekelilingnya yang peduli padanya. Jadi Kimmy menghela nafasnya dan memakan Roti pemberian Roger sebelum ada pembeli masuk. Dan benar saja saat roti dan susunya berhasil di telan, seorang pembeli wanita masuk dan pergi ke rak untuk mengambil barang, lalu membawanya kepada Kimmy untuk ia bayar. "Ada yang aneh?" tanya si pembeli pada Kimmy yang menatap barang beliannya. "Oh- ti- tidak, Maaf," ucap Kimmy tergagap. Kimmy segera meraih pembalut di depannya dan melakukan scan "Silahkan, terimakasih sudah berbelanja." Setelah pembeli pergi Kimmy kembali gelisah, saat menyadari jika bulan ini dia belum mendapat tamu bulanannya. "Tidak mungkin kan?" Kimmy menelan ludahnya kasar, lalu tatapannya jatuh pada alat tes kehamilan yang ada di rak tak jauh darinya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN