Sandiwara Dimulai

1179 Kata
Rea melirik jam di dinding, sudah hampir jam pulang kantor. Kai sedang tidak ada di tempat. Bos nya itu sedang sibuk akhir-akhir ini. "Rea ... makan bareng yuk sepulang kantor nanti, aku yang traktir." Ajak Adi, rekan kerjanya pada Adrea. "Wah ... mau makan dimana ?" Tanya Adrea semangat kalau soal makanan. Adi tersenyum melihat Adrea yang tidak pernah jaim. "Terserah kamu, tapi kamu keberatan gak kalau aku ajak makan bebek goreng.Kebetulan saudaraku ada buka gerai bebek goreng enak," ajak Adi yang disambut dua jempol Rea tanda setuju. "Tapi setelah maghrib ya, aku selesaikan berkas ini dulu," ucap Adrea yang dibalas anggukan Adi. Sementara itu di tempat lain, tampak Alfan sedang memeriksa berkas di tangannya dengan teliti lalu membubuhi tanda tangan setelah dirasa cukup bagus laporannya, sesuai dengan keinginannya. "Kafi .. apa jadwalku hari ini ?" Tanya Alfan pada asisten pribadinya. "Jadwal hari ini cukup longgar, Pak Alfan hanya ada jadwal makan malam bersama Pak James dari Kencana Hotel," ucap Kafi yang dibalas anggukan Alfan. "Baiklah, aku akan pulang terlebih dahulu," ucap Alfan lalu segera berdiri dari kursinya. Mengancingkan jas nya lalu berjalan keluar kantor diikuti Kafi di belakangnya. Malam hari tampak Adrea tertawa senang setelah menikmati makan malam bersama Adi. Mereka berdua berjalan beriringan menuju tempat parkir. Lalu berpisah karena Adrea naik motor sendiri. Sialnya saat di jalan,motornya tiba-tiba mati. "Aduh ... kejadian lagi, Adrea oh Adrea kenapa gak cek bensin dulu,"omel Adrea pada dirinya sendiri.Ia lalu mendorong motor matic, mencari pom bensin atau warung yang menjual bensin sambil terus mengomel. Tiba-tiba sebuah mobil berhenti tepat di samping motornya. Adrea berdiri kaget. Pikirannya berkelana membayangkan dirinya diculik seperti di film-film yang pernah ia tonton. Dengan gerak cepat, Adrea segera memarkir motornya lalu bersiap dengan segala kemungkinan yang akan terjadi. Pintu mobil terbuka, tampak sosok yang beberapa hari ini dikenalnya, keluar sambil tersenyum. Berdiri disana, Alfan, dengan kemeja yang digulung dan rambut sedikit berantakan. "Rea ... Kamu kenapa ?" Tanya Alfan yang segera menghampiri gadis yang dengan penuh percaya diri mengaku diri sebagai istrinya. "Loh ... Kamu naik mobil siapa ? Kamu sudah kembali ke rumah lagi ? Orang tuamu sudah memaafkanmu ?" Bukannya menjawab, Adrea malah balik bertanya bak petasan. Alfan tertawa pelan lalu menggeleng. "Oh ... Itu mobil bos ku, aku sudah dapat pekerjaan jadi OB.Kebetulan sopir pribadi bos sedang tidak masuk, jadi aku menggantikannya untuk sementara," ucap Alfan sambil menunjuk pada mobil yang terparkir. Pintu mobil kembali terbuka, menampilkan sosok yang tidak dikenal Adrea, tapi itu pasti bos nya Alfan, dilihat dari jas mahal yang digunakan. "Oh Pak, maaf menunggu lama. Ini teman saya, motornya bermasalah. Kalau tidak keberatan saya akan menemaninya dulu hingga motornya menyala kembali," ucap Alfan sopan pada Kafi yang mengangguk dengan canggung, tapi berusaha mengikuti sandiwara Alfan. Kafi tersenyum mengingat Alfan yang meminta tolong padanya saat melihat Adrea. Flashback Alfan kaget melihat Adrea dari kejauhan.Sepertinya ada masalah dengan motor gadis itu. "Kafi ... hentikan mobilnya," ucap Alfan pada Kafi yang segera menyuruh sopir menghentikan mobilnya. "Copot jas mu," perintah Alfan pada Kafi yang bingung, karena Alfan juga melepas jas nya. "Bapak mau ngapain ?" Tanya Kafi dengan wajah penuh tanda tanya. "Pakai jas ku," ucap Alfan yang segera dipatuhi Kafi tanpa banyak berdebat. Perintah Alfan adalah hal yang tidak bisa dibantahnya. Sedangkan Alfan sendiri segera menggulung kemejanya, membuat kusut kemeja dan juga sedikit membuat berantakan rambutnya. "Nanti bermainlah sandiwara sebagai bos ku pada gadis di depan itu, kamu paham ?" Kafi hanya mengangguk walau belum bisa mencerna dengan baik keinginan bos nya. Alfan meminta Kafi untuk menggantikannya makan malam bersama James, dan juga menyampaikan permintaan maafnya, belum bisa duduk bersama. Setelah itu, Alfan memerintahkan sopir untuk segera jalan lagi dan mendekat ke arah Adrea. Flashback off "Baiklah, kamu urus dulu motornya, aku akan pergi sendiri saja," ucap Kafi yang dibalas senyum Alfan. Setelah mobil pergi, tampak Alfan membantu Adrea untuk mendorong motornya. "Motornya kenapa ?" Tanya Alfan sambil berjalan. "Bensinnya habis," jawab Adrea sambil menatap Alfan. "kenapa melihatku seperti itu ?" tanya Alfan sedikit canggung. "Selamat ya, akhirnya kamu dapat kerjaan bagus," ucap Adrea tulus yang dibalas anggukan Alfan. "Hmm ... Kamu sudah makan ?" Tanya Adrea lagi yang dibalas gelengan Alfan. "Setelah dapat bensin, cari makan yuk," ajak Adrea yang dibalas gelengan Alfan. "Setelah dapat bensin, sebaiknya kita pulang saja. Aku akan masak makan malam sendiri," ucap Alfan tanpa melihat ke arah Adrea yang hanya manggut-manggut. "Emangnya kamu bakalan mati ya kalau makan sembarangan," omel Adrea pelan pada Alfan yang hanya tertawa. "Pasti yang jadi istri kamu, kasihan banget hidupnya. Enggak bisa jajan sembarangan, enggak bisa jajan pentol goreng,tahu goreng, makanan pinggir jalan," gumam Adrea lagi yang membuat Alfan makin tertawa. "Suara tawa kamu renyah banget ya," ucap Adrea yang membuat Alfan segera terdiam. Setelah mendapatkan bensin, Alfan segera menggonceng Adrea untuk pulang. Sesuai janjinya, Alfan meminjam dapur Adrea dan mulai memasak makan malam seadanya. Adrea memperhatikan Alfan yang sedang memasak sambil sesekali melihat ponselnya. Seperti melihat Kai yang sedang memasak. Sepertinya ia akan mencicipi masakan Alfan, karena makan bebek goreng dengan porsi kecil, tidak membuatnya terlalu kenyang. “Makanlah, kamu jangan terlalu sering makan-makanan siap saji. Tidak baik untuk kesehatanmu.” Alfan menyodorkan hasil masakannya pada adrea yang segera meletakan ponselnya dan mulai mencicipi masakan Alfan. “Hmm .. enak, seperti sedang makan - makanan yang dimasak oleh Pak Kai,” ucap Adrea lalu mengambil sesuap lagi dan melahapnya dengan penuh selera. “Apa kai sering memasakan makanan untukmu ?” tanya Alfan ingin tahu, karena dia dan Kai pernah belajar bersama. Mereka pria yang menggunakan rasa untuk mengikat lidah, sebelum hati juga akan ikut terikat. Adrea mengangguk. “Tidak sering sih, Pak Kai terkadang membawakanku makan siang, atau terkadang aku akan makan bersamanya saat Arka ikut ke kantor. Andai Pak Kai memintaku menjadi Mamanya Arka, pasti aku akan sangat setuju. Pak Kai laki-laki dengan pesona yang membuat jantung selalu berdebar. Dia tipe dingin sekaligus hangat bersamaan.” Adrea memuji Kai setinggi langit. Alfan hanya tersenyum menanggapinya. Siapa yang tidak kenal Kai, si playboy yang selalu membuat para gadis bahkan janda bertekuk lutut. Tapi pada akhirnya menyerah pada Nadine. “Aku akan sering memasak untukmu jika itu bisa membuatmu tidak memujinya terlalu tinggi, telingaku gatal mendengar pujianmu pada si playboy itu.” Alfan menimpali ucapan Adrea yang membuat gadis itu menghentikan tangannya di udara, urung mengambil makanannya lagi.” “Apaan sih ... aku hanya suka sama Arka, lagian benar kok yang aku katakan tentang Pak Kai, sekarang kan dia sudah jadi mantan playboy, ingat ya mantan palyboy !” Adrea menegaskan ucapannya, benar-benar gigih dalam membela Bos nya. Tapi walau itu alasan Adrea, pujian untuk Kai yang terselip, tetap saja tidak menyenangkan pada pendengaran Alfan yang tidak suka dibandingkan. “Habiskan makanmu, setelah itu pergilah tidur, aku harus segera pergi,” ucap Alfan lalu berdiri dari duduknya, melepaskan celemek dan segera keluar dari dapur tanpa menyentuh hasil masakannya. Adrea tidak menanggapi dan terus menghabiskan makannya. Kehadiran Alfan sepertinya membawa keberuntungan pada selera makannya. Masakan yang dimasak pria tersebut sangatlah mewah bagi lidah kampungnya. Anggap saja sebagai balas budi karena dia telah membantu pria itu, walau kesalahan bermula dari dirinya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN