Selamat membaca.
___
Kadang, aku tidak mengerti dengan diriku sendiri, aku ingin kembali, tapi, aku juga tidak ingin bertemu dengan kamu lagi, jadi, apa yang sebaiknya aku lakukan saat ini?
---
Sama seperti kemarin, kemarinnya, dan kemarinnya lagi, Aluna kembali duduk di sebelah Rama, sejak kemarin ia sudah mengatakan bahwa ia akan kembali bersama dengan Rama lagi dalam teman satu bangku, Aluna tidak banyak menjawab pertanyaan Hana yang selalu bertanya kenapa ia jadi pindah tempat duduk bahkan sampai detik ini, sama seperti saat ini, saat ia, Hana dan Putri berjalan kearah kantin diwaktu istirahat, perempuan itu kembali dicerca dengan banyaknya pertanyaan kenapa Aluna jadi seolah menjauh dengan Andre, karena itu semua sangat jelas terlihat, dua orang itru benar-benar menjauhkan diri dari masing-masing.
“Iya, gue dulu pacaran sama Andre,” ucap Aluna yang mulai kesal karena Hana masih saja menanyakan hubungannya bersama dengan Andre, dan sekarang ia dan Andre juga sudah berpisah, jadi Aluna akan mengatakan semuanya, menjawab apa yang menjadi pertanyaan orang-orang tentang hubungannya dan juga Andre.
“Oh, wow,” ucap Putri merespon, ia benar-benar terkejut dengan jawaban yang dikatakan oleh Aluna, jujur saja, Putri sebenarnya tidak ingin banyak tahu tentang hubungan dua orang yang selalu digembor-gemborkan ini, Putri hanya mengikuti alurnya saja, ia percaya dengan apa yang dikatakan orang-orang, kalau Aluna dan Andre memang memiliki hubungan, ya berarti jadian, kalau mereka memang tidak ada hubungan ya yasudah, mereka memang tidak ada hubungan, sesimpel itu padahal, dan menruut Putri mengikuti hubungan orang lain juga tidak ada untungnya bagi hidupnya.
“Gila, gue kaget banget, padahal ketahuan banget sih kalian memang punya hubungan,” kata Hana lagi, ia sebenarnnya memang sudah tahu, dikasih tahu Agus kemarin, tapi, ia memang hanya ingin memastikan kepada Aluna juga.
Aluna mengangkat bahunya lalu tersenyum, mungkin bagi sebagian orang, hubungan orang lain memang menjadi kosumsi publik, tapi bagi Aluna yang dahulunya sempat mendapatkan hal tidak mengenakan tentang hubungannya bersama dengan Andre, membuat perempuan itu menutup semua rahasia hubungannya dengan Andre, walau memang semua sangat terlihat jelas saat ia bersama dengan Andre.
Saat tiba di kantin, Hana dan Putri memilih untuk memesankan makanan mereka dan Aluna, sedangkan Aluna mendapatkan tugas mencari kursi untuk mereka, lambaian tangan Agus dari pojok sana membuat Aluna berjalan dengan wajah datar kearah laki-laki itu berada, tidak, bukan karena ada Andre di samping laki-laki itu hingga Aluna sama sekali tidak memberikan senyumnya, tapi karena ya, ia tidak ingin senyum, Agus memberikan meja kosong yang memang dicarikan Aguas untuk Hana dan Putri serta Aluna.
“Thank’s, Gus,” ucap Aluna kepada laki-laki itu, lalu duduk di meja yang kosong itu sambil menunggu Hana dan Putri yang datang.
Agus mengangguk dan kembali kepada mejanya, kembali memakan mi ayamnya.
Tidak lama membuat Aluna menunggu, dua perempuan, yang bisa dikatakan dua temannya kini, kembali dengan membawa makanan untuk masing-masing mereka, terkecuali punya Aluna. “Kata Bang Ari, tomatnya lagi abis, dia bentaran buka tomat dulu, nanti gue ambilin mi ayamnya,” ucap Hana, dia memang berniat untuk kembali lagi ke tukang mi ayam itu setelah meletakan nasi gorengnya.
Aluna yang mendengar itu menggeleng dengan cepat, mengatakan bahwa ia saja yang akan mengambil pesanan mi ayamnya sendiri, membuat Hana awalnya menolak karena ini sudah menjadi tugasnya, tidak, ia akan mengambilkan mi ayam itu untuk Aluna, tapi Aluna tetap saja memaksa apa yang ingin ia lakukan, dan memenangkan perdebatan itu karena Aluna melangkah pergi begitu saja tanpa mau mendengarkan apa yang dikatakan oleh Hana.
Sylena yang baru saja menerima piring gado-gado pesanannya, akhirnya berjalan untuk mencari bangku kosong, perempuan itu menangkap satu bangku kosong, yang letaknya berada di dekat bangku Kak Andrean Hanif, kakak kelas yang beberapa hari lalu meminta nomor ponselnya.
Sylena sendiri tidak tahu pasti untuk apa laki-laki itu meminta nomor ponselnya, tapi, Sylena tetaplah Sylena, ia akan memberikan nomornya dan membalas pesan laki-laki itu, Andre terlihat seperti laki-laki baik, tap recordnya di sekolah juga baik, jadi menurut Sylena laki-laki itu tidak berbahaya, lagi pula Sylena memang tengah ingin memalingkan pikriannya dari Sandy yang masih saja kaku dengan perasaannya.
“Misi Kak, tempat ini ada orangnya?” Tanya Sylena kepada dua orang yang ada di hadapannya, jujur saja, kalau dua orang ini adalah satu angkatan dengan dirinya, maka jelas sekali Sylena tidak akan mengatakan hal sesopan itu, ia pasti bicara dengan santai, tapi, sebelum berucap tadi Sylena bisa melihat dengan jelas lambang yang digunakan dua perenpuan yang ada di depannya ini, berbeda dengan dirinya. “Bisa saya duduk di sini, kak?” sambung Sylena langsung.
Putri menggeleng, melihat Aluna yang ada di belakang adik kelasnya itu. “Iya, ada orangnya ….,”
“Sini aja Syle, duduk di samping gue,” itu saura Andre, laki-laki itu memanggil Sylena sambil mengunyah batagornya, ia juga melambaikan tangannya kepada Sylena, adik kelas yang baru saja ia dekati, agar bisa melihat keberadaannya, ya, Andre berucap hal itu, karena kantin lagi penuh, dan siaalnya tempat itu milik Aluna, ia tidak mau Aluna kehilangan tempatnya, Andre tidak mau Aluna kesusahan.
Sylena berdiri, ia juga menundukan kepalanya saat di belakangnya ada Aluna, dan saat ia menjauh dari sana, Aluna langsung menduduki bangku yang tadi Sylena ingin duduki, “oh, bangku Kak Aluna,” batin Sylena, syukur lah ia tidak jadi duduk di situ.
Aluna melakukan apa yang sehausnya ia lakukan, ia juga sama sekali tidak tertarik dengan apa yang dilakukan Andre kepada adik kelas itu, dari ujung matanya Aluna memang melihat bahwa perempuan itu duduk di samping Andre, tidak sampai di situ Andre juga terdengar begurau dengan perempuan itu, Aluna akhirnya mencoba mencuri pandang, adik kelas itu tidak kaku seperti dirinya saat bersama dengan Andre, beberapa kali Aluna mendengar bahwa adik kelas itu juga membalas candaan Andre.
Sebelum benar-benar makan, Aluna terdiam, hatinya sedikit tersentil, sejak ia masuk ke sekolah ini, rasanya Aluna tidak pernah tidak makan bersama dengan Andre dengan status tidak lagi bersama seperti ini, maksudnya walau ia memang tidak selalu makan atau beristirahat bersama dengan Andre, tapi hubungan mereka baik-baik saja, berbeda dengan sekrang, ia dan Andre benar-benar terasa jauh.
Aluna juga merasakan bahwa ia harus mandiri sekarang ini, sudah tak ada lagi perisai untuknya, Aljeno, Andre, dua orang yang menguatkannya, dua orang yang selalu menjaganya, dua orang yang selalu bersamanya, kini benar-benar menjauh dari dirinya.
Aluna tidak tahan mendengar suara tertawa laki-laki yang dulu ia sayangi dengan sangat itu, bersama dengan adik kelas itu, Aluna sama sekali tidak bisa menahan saat dirinya mendengar gombalan-gombalan Andre yang kini tak lagi untuknya, nafsu makan Aluna benar-benar langsung hancur, perempuan itu memilih untuk pergi dari tempat duduknya, padahal mi ayam dengan asap yang berada di atanya sama sekali belum ia sentuh. “Ah, gue mau ke kolam, mau cek baju renang, soalnya hari ini latihan,” ucap Aluna bebrohong kepada Putri dengan Hana saat dua orang perempuan itu menahannya untuk pergi.
Putri menggeleng, perempuan itu sekali lagi menahan Aluna untuk tidak pergi, Aluna harus makan lebih dahulu baru boleh berkegiatan lagi, “Makan dulu aja Al, nanti kita temenin yak ke kolamnya,” ucap Putri mencoba untuk menaham perempuan itu, ya, Putri tahu keadaan Aluna yang semakin ke sini semakin pendiam, ia hanya tidak ingin Aluna sendiri itu saja, karena dulu Aluna yang selalu bersama denagn Andre, berbeda dengan sekarang, sekarang Aluna hanya memiliki dirinya saja.
Kadang, Aluna benar-benar tidak suka untuk berteman dengan perempuan, perempuan itu kadang tidak mengetri perasaan Aluna, bukan, sebenarnya bukan itu masalahnya, masalahnya adalah karena mereka tidak mengerti Aluna, berbeda dengan Andre dan Aljeno yang sudah berteman dengannya sekian tahun, dua laki-laki itu selalu menuruti apa yang dikatakan Aluna.
Aluna tidak menjawab perkatan dari dua orang itu, ia tidak mengiyakan atau menolak apa yang dikatakan Putri, perempuan itu tetap saja melangkah meninggalkan kantin, meninggalkan dua temannya itu, dengan tatapan Andre yang mengikuti dari belakang, ya, Andre dengan jelas mengawasi apa yang dilakukan Aluna, perempuan itu belum makan, sama sekali belum menyentuh mi ayamnya, dan dia sudah pergi begitu saja.
___