Sunshine's POV "Jadi, kenapa kau ingin aku menciummu, Sunshine?" Berbaring di kasur yang sama dengan Lucifer tidak semenyeramkan yang kupikirkan. Meskipun, aku masih belajar mengendalikan jantungku untuk tidak berdebar berlebihan untuknya. Sejauh ini, belum ada perkembangan. Meskipun kasur ini mampu menampung kami berdua, aku tetap bisa mencium aroma tubuhnya. Merasakan kehangatan tubuhnya dari bagaimana dia menghadapku dengan mata hitamnya yang tidak pernah beralih dari wajahku. Bukan salahku jika aku gugup diperhatikan seperti itu oleh pria setampannya. Tidak ada alasan untukku tetap berbohong, karena Lucifer memang setampan itu hingga terkadang dia mencuri napasku. Dan setengah gadis di Kota New York juga sepandapat denganku. "Untuk mengetes sesuatu." Sambil menatap langit-langi