Pernah merasa menjadi orang paling menyedihkan atau menjadi orang paling tidak beruntung di dunia ini?
Kebanyakan orang pasti pernah dan begitu pula dengan Jiwon, yang harus melewatkan libur akhir pekannya dengan membersihkan apartemen Kyuhyun.
Demi apapun, Jiwon sangat tidak memahami pola pikir Kyuhyun, hari ini ataupun nanti. Untuk apa membeli apartemen jika tidak ditinggali? Sengaja dibeli agar berdebu dan bisa ia bersihkan? Dan kenapa harus ia yang membersihkan? Haruskah Jiwon menulis di dahi Kyuhyun bahwa ia SEKRETARIS, bukan pembantu?
"Kenapa diam saja? Cepat bersihkan!" Kyuhyun membuyarkan semua lamunan Jiwon, menyingkirkan jiwa setan yang tersembunyi dalam raga Jiwon dan beradu dalam kepasrahan.
Tapi tidak, ia tidak ingin pasrah lagi hari ini. Ia harus mencari tahu kenapa Kyuhyun memberikan tugas pembantu padanya. Karena gaji tinggi? Jiwon tahu berapa gaji rata-rata seorang pembantu, jika gaji pembantu dan sekretaris digabungkan maka nilainya akan lebih besar dari gajinya saat ini.
"Kenapa ...."
"Karena kau membuat kopiku asin!" Kyuhyun menyela ucapan Jiwon dengan sangat tegas, membuat Jiwon terasa dilempar ke jurang begitu dalam.
Bagaimana Kyuhyun tahu? Pertanyaan ini serasa tidak penting lagi bagi Jiwon, sebab ia sedang memikirkan bagaimana nasibnya setelah Kyuhyun tahu perbuatannya. Mungkin ia tidak hanya disuruh membersihkan apartemen berdebu ini, tapi juga rumah Kyuhyun yang ia ketahui sangat besar.
"Aku tidak melakukannya, Presdir. Itu pasti kesalahan Ibuku." Jiwon masih saja mengelak, bahkan sampai menuduh ibunya. Benar-benar anak durhaka! Tapi, Jiwon terpaksa melakukan ini dan berharap Kyuhyun tidak jadi menghukumnya.
Pembelaan Jiwon sama sekali tidak berguna, karena Kyuhyun terlihat tidak melunak. Bahkan sekarang Kyuhyun sudah memberikan sapu dan alat pel pada Jiwon. Jangan lupakan tatapan horor Kyuhyun, yang terlihat seperti tatapan pembunuh berdarah dingin. Membuat nyali Jiwon menciut, hingga memilih untuk segera membersihkan apartemen Kyuhyun.
Saat Jiwon sedang sibuk membersihkan apartemennya, Kyuhyun duduk santai di sebuah kursi dan menatap sekretarisnya merangkap sebagai pembantu. Tapi ini memang pantas untuk Jiwon, karena sudah berani padanya. Memberikan kopi asin pada atasan? Itu sama seperti Jiwon menggali kuburannya sendiri.
Sementara Jiwon nampak berulang kali mengepalkan tangan, ketika ekor matanya tidak sengaja melihat Kyuhyun begitu santai dalam menatap penderitaannya. Membuat Jiwon berpikir, tidakkah Kyuhyun punya sedikit hari nurani?
'Mana ada setan yang memiliki hati nurani? Kau gila, Kim Jiwon!' Jiwon menggerutu dalam hati, sembari terus melakukan pekerjaan yang bukan tugasnya. Tidak seorangpun tahu betapa besar keinginan Jiwon untuk mengelap wajah Kyuhyun dengan alat pel kotor di tangannya.
****
Di sebuah rumah makan khas Korea milik Jang Nara, terlihat seorang pria sedang memasuki rumah makan yang nampak tidak begitu ramai. Ia mengedarkan pandangannya ke segala penjuru, mencari sosok sang pemilik rumah makan yang merupakan sahabatnya dari SD, SMP, SMA dan telah menjadi sahabat terbaiknya.
"Nara!" pria ini memanggil Nara dengan sedikit berteriak, sembari melambaikan tangan.
Nara sontak berdecak ketika melihat sosok pria yang memanggilnya dan ia bingung kenapa sifat pria itu tidak pernah berubah, selalu saja memanggilnya dengan teriakan. Kemudian dia akan tersenyum seakan menjadi makhluk tanpa dosa, padahal selalu nyaris membuat ia tuli.
Dengan sedikit rasa kesal, Nara menghampiri pria bernama Gong Yoo itu. Wajah kesal Nara terlihat dengan jelas sekarang. "Kenapa selalu saja berteriak seperti bocah?!" kesal Nara.
"Dan kau selalu saja tidak terbiasa dengan hal itu. Aku ini kakak kelasmu. kenapa kau selalu membentakku? kau benar-benar." Gong Yoo membalas ucapan Nara dengan nada santainya. Gong Yoo berteriak untuk memastikan Nara mendengar suaranya.
Beginilah mereka jika bertemu, seperti kucing dan anjing, atau Tom and Jerry. Hingga menjadi pusat perhatian dari semua pelanggan, juga Oh Hae Ra, satu-satunya pelayan di rumah makan milik Nara. Meski begitu, persahabatan mereka sangat dekat dan dulu sempat saling menyukai, sebelum akhirnya memutuskan menjadi sahabat saja.
"Ada yang ingin aku bicarakan, ayo!" tanpa menunggu persetujuan, Gong Yoo langsung menarik tangan Nara dan mengajaknya keluar dari rumah makan.
****
"Ayo jodohkan anak kita." Gong Yoo bicara dengan santai, sementara Nara nyaris menyemburkan kopi di dalam mulutnya.
Entah apa yang salah dengan sahabatnya, Gong Yoo tiba-tiba datang, lalu mengajaknya ke sebuah cafe dekat rumah makan dan sekarang mengatakan ingin menjodohkan anaknya dengan Jiwon. Ini benar-benar gila! Tapi beginilah Gong Yoo, suka melakukan semua hal sesukanya tanpa memikirkan orang lain.
"Aku bahkan belum tahu seperti apa anakmu dan kau juga belum tahu seperti apa anakku. Mana bisa menjodohkan mereka? Tidak mungkin!" Nara memberi penekanan diakhir kalimatnya, dan ia memang belum tahu seperti apa anak Gong Yoo karena ia pindah ke Busan setelah lulus SMA dan baru kembali ke Seoul 3 tahun lalu.
Gong Yoo diam sejenak, memikirkan kalau ucapan Nara ada benarnya. Namun ini bukanlah akhir dari segalanya, ia akan membuat perjodohan ini benar-benar terjadi. Ia dan Nara baru kembali bertemu sekitar 2 tahun lalu di salah satu coffee shop, setelah tidak saling mengabari selama puluhan tahu. Dan jujur saja, ia senang setelah mengetahui kalau Nara memiliki anak perempuan, membuat ia begitu ingin menjodohkan anaknya dengan anak Nara.
"Kita adakan makan malam saja. Jadi, kita bisa saling tahu." Gong Yoo memberikan saran, namun ia malah mendapat gelengan dari Nara.
"Jiwon tidak suka perjodohan. Lagipula, sudah ada pria yang menyukai anakku, bahkan mengatakan ingin menikahinya." Inilah alasan kenapa Nara menggeleng, dan seketika membuat wajah Gong Yoo terlihat lesu.
Memang sudah ada seorang pria yang sangat mencintai Jiwon, namun dia menunjukkannya dengan cara tidak biasa. Sayangnya hanya Nara dan pria itu yang tahu tentang ini, sebab Jiwon tidak memiliki kepekaan sedikitpun.
"Kalau begitu, kita saja yang berkencan."
'Byur'
Kali ini Nara benar-benar menyemburkan kopinya, setelah Gong Yoo kembali bicara. Dan sungguh sial bagi Gong Yoo, karena semburan kopi Nara jatuh tepat di wajahnya, bahkan setelah itu Gong Yoo harus kembali menerima jitakan dari Nara.
"Jangan asal bicara atau aku akan menghajarmu!" ancam Nara, dan siapa sangka langsung membuat Gong Yoo diam sembari mengelap wajah juga mengelus kepalanya.
Bagi yang belum mengenal Nara dengan sangat baik pasti akan mengira kalau dia adalah wanita yang anggun dan penuh kelembutan. Tapi, Gong Yoo tegaskan kalau faktanya tidak seperti itu! Nara akan sangat menyeramkan kalau sedang marah dan tidak segan menghajar siapapun yang telah berani membangkitkan jiwa setan dalam dirinya.
****
Bagaimana kondisi Jiwon sekarang?
Jika pertanyaan itu muncul, maka jawabannya adalah jauh dari kata baik. Jiwon baru saja selesai menyapu sekaligus mengepel, dan sekarang harus membersihkan kaca apartemen Kyuhyun. Sementara sang pemilik, Cho Kyuhyun, masih duduk manis di tempatnya sambil bermain game di ponselnya.
Terdengar beberapa kali gerutuan keluar dari mulut Kyuhyun, sebab ia kalah dalam permainan. Namun gerutuan Kyuhyun tidak sebanyak gerutuan dalam hati Jiwon, yang telah merasa kehilangan akhir pekan karena makhluk menjengkelkan bernama Cho Kyuhyun.
Sebenarnya apa tujuan Kyuhyun memperlakukannya seperti ini, selain karena kopi asin? Kenapa ia dibuat seakan belajar menjadi ibu rumah tangga? Ingin rasanya Jiwon bertanya, tapi nanti ia paling akan mendapat tatapan horor atau ancaman pemecatan. Andai ada kompetisi boss paling menjengkelkan di dunia ini, maka Kyuhyun pasti akan Jiwon daftarkan dan dijamin menang.
"Kyuhyun!" seseorang tiba-tiba memekik, begitu masuk ke apartemen Kyuhyun.
Pandangan Jiwon dan Kyuhyun kompak beralih ke sumber suara. Mereka melihat seorang wanita yang menurut Jiwon cantik sedang berjalan mendekati Kyuhyun, lengkap dengan senyum manis di bibirnya.
~Chu~
Wanita itu memberikan kecupan manis di pipi kiri Kyuhyun, tanpa mempedulikan wajah tidak suka Kyuhyun. Belum lagi Jiwon yang menatapnya dengan tatapan bingung. Jiwon bertanya-tanya siapa wanita itu?
•••••••
bersambung