Sungguh, Jiwon tidak menyangka kalau akhir pekannya kali ini akan bertambah buruk seiring berjalannya waktu. Ia sudah membersihkan apartemen Kyuhyun, padahal itu bukanlah tugasnya. Sekarang, ia harus menggendong Han Byul entah ke mana. Cukup tahu saja saja, meski tubuhnya nampak kecil, namun Han Byul sangatlah berat.
Sedangkan Kyuhyun sama sekali tidak berniat menggantikan Jiwon. Kyuhyun hanya fokus berjalan dan seolah sengaja meninggalkan mobil agar Jiwon bisa menggendong Han Byul lebih lama. Anggaplah ini sebagai hukuman tambahan atas kesalahan fatal Jiwon, yaitu memberinya kopi asin.
"Makanya lain kali berpikir dulu sebelum mencari masalah denganku!" Kyuhyun berucap dengan setengah berbisik, kemudian tersenyum penuh kemenangan karena berhasil membuat Jiwon kesal.
Menyesal? Baik, Jiwon akui kalau ia sangat menyesal telah memasukkan garam ke dalam kopi Kyuhyun. Tapi, haruskah menghukum sampai seperti ini? Tidak adakah belas kasihan dari si annoying boss itu? Ia juga manusia, butuh waktu menikmati akhir pekan setelah bekerja keras dalam waktu lama.
"Biar aku saja yang menggendong Han Byul, kau terlihat seperti orang tidak makan selama berhari-hari," uca Kyuhyun dengan sangat menjengkelkannya. Kata-kata seperti ini tidak akan pernah terlupakan dari mulut Kyuhyun, bahkan disaat ia membantu Jiwon sekalipun.
"Ayo, Han Byul bersama Ayah saja." Kyuhyun mengambil Han Byul dari punggung Jiwon, kemudian ia menggendongnya dengan cara yang sama.
Akhirnya beban berat telah hilang dari punggung Jiwon, membuat Jiwon tersenyum lega. Tapi senyum Jiwon hanya bertahan beberapa detik saja, sebab ia tiba-tiba mendapat tatapan tidak enak dipandang dari Kyuhyun. "Presdir, Anda baik-baik saja?" tanya Jiwon, dengan sedikit nada takut.
Tidak ada jawaban dari Kyuhyun, ia hanya mengarahkan pandangannya ke bawah, tepatnya ke kaki. Apa yang terjadi? Ternyata, Jiwon telah menginjak kaki si annoying boss yang berbalut sepatu mahal buatan luar negeri.
Begitu mengetahui kesalahannya, Jiwon segera menjauhkan kaki yang baru saja membuat masalah. Bisa-bisanya si kaki menginjak kaki annoying boss, tidak tahukah kalau ini akan menjadi masalah besar? Setelah ini, ia pasti tidak hanya harus minta maaf, tapi juga di wajibkan membersihkan kaki Kyuhyun.
"Maafkan aku," ujar Jiwon, lengkap dengan ia membungkuk di depan Kyuhyun.
Sesaat setelah selesai membungkuk, Jiwon kembali berdiri dengan tegak dan menatap ekspresi Kyuhyun. Masih sangat tidak bersahabat, seperti itulah ekspresi Kyuhyun sekarang. Bahkan Kyuhyun kembali melirik sepatunya, membuat Jiwon memahami apa yang harus dilakukan. Ya, apalagi kalau bukan membersihkan sepatu Kyuhyun.
"Baikkah." Jiwon tersenyum manis pada Kyuhyun, kemudian berjongkok dan mengeluarkan tisu untuk mengelap sepatu Kyuhyun.
Karena ini memang salahnya, jadi, Jiwon tidak begitu kesal ataupun marah. Hanya saja, haruskah di depan umum? Memang ia tidak menjadi pusat perhatian, tapi orang yang melintas pasti akan berpikir kalau ia adalah pembantu. Awalnya Jiwon berpikir begitu, namun tidak lagi setelah seorang nenek lewat di belakangnya.
"Dia berbakti sekali pada suaminya." Nenek itu bicara, sembari berjalan dan menenteng beberapa barang belanjaan.
Mata Jiwon seketika membulat dan Jiwon juga sampai menoleh pada nenek itu dengan menunjukkan tatapan tidak percaya. Suami? Gila! Ia bisa mati muda kalau harus memiliki suami seperti Kyuhyun. Kenapa ia begitu sial hari ini? Apa dewi keberuntungan sangat tidak berpihak padanya?
'Menyedihkan, Kim Jiwon. Hidupmu benar-benar menyedihkan!' ucap Jiwon dalam hati ketika kembali membersihkan sepatu mahal Kyuhyun.
Sedangkan Kyuhyun dan Han Byul tersenyum girang melihat kekesalan Jiwon, mereka juga diam-diam melakukan high five. Mereka nampak sangat bahagia, seakan baru saja mendapat hadiah. Adakah yang setuju kalau mereka disebut sebagai geng Evil?
****
Matahari nampak telah tenggelam, hari pun sudah pasti menjadi gelap. Bersamaan dengan tenggelamnya matahari, berakhir juga penderitaan Jiwon diakhir pekan ini. Jiwon pulang dalam keadaan yang bisa dikatakan mengenaskan, wajah kusut dan mulut tidak berhenti menggerutu.
Jiwon duduk di kursi, lalu menidurkan kepalanya di atas meja makan. Lelah. Bosan Jiwon mengungkapkan kata itu dalam hati karena tidak seorangpun bisa membebaskannya dari rasa lelah. Ia kehilangan akhir pekan, kehilangan waktu tidur, dan hanya mendapat rasa lelah setelah seharian bersama geng evil.
Tunggu, berhubungan tentang geng evil. Benarkah Han Byul anak Kyuhyun? Dari wajah mereka tidak mirip, tapi dari sifat amat sangatlah mirip dan bisa dikatakan kalau Han Byul adalah versi lain dari Kyuhyun.
"Aish! Kenapa aku jadi mengurusi mereka? Kau benar-benar sudah gila, Kim Jiwon!" Jiwon kembali menggerutu, lalu memeriksa ponsel yang sejak pagi diam di saku celananya.
[Besok, pukul 6:30 pagi aku tiba di Korea. Jangan lupa menjemputku, Lazy Girl!]
Wajah lelah Jiwon seketika sirna begitu saja setelah membaca pesan dari seseorang, bahkan sekarang Jiwon sudah bersorak dan meloncat tidak jelas. Membuat Nara yang baru saja keluar dari kamar kebingungan, sebab tidak biasanya Jiwon bahagia setelah seharian menghabiskan waktu bersama Kyuhyun.
"Tumben sekali kau bahagia setelah menghabiskan waktu dengan Kyuhyun." Nara bicara, setelah ia berdiri di sebelah Jiwon.
"Siapa bilang aku bahagia karena Kyuhyun? Aku bahagia karena Sehun akan kembali ke Korea!" ucap Jiwon girang, namun Nara justru terlihat seperti mengkhawatirkan sesuatu.
"Kau masih menjalin hubungan dengan Sehun?" Inilah yang Nara khawatirkan. Bukan Nara tidak menyetujui Jiwon bersama Sehun, tapi justru keluarga Sehun lah yang tidak menyukai Sehun bersama Jiwon.
Sehun adalah pewaris dari Sehan Group, perusahaan besar dan sama besarnya seperti Hanyoung Group. Sudah jelas alasan kenapa keluarga Sehun tidak menyukai Jiwon? Benar, karena Jiwon tidak sederajat dengan keluarga Oh. Terdengar agak konyol, sebab di zaman seperti ini masih saja mementingkan derajat dan selalu merendahkan orang yang tidak sederajat atau tidak satu kasta.
Namun inilah kenyataan, di mana cinta tidak selalu mendapat persetujuan dan dukungan. Mengakibatkan Jiwon dan Sehun harus menjalin hubungan secara diam-diam setelah Sehun melanjutkan pendidikannya di Inggris 4 tahun lalu.
"Maafkan aku, Bu. Aku sungguh tidak bisa berhenti mencintai Sehun." Jiwon menjawab pertanyaan Nara dengan sangat lemah, sekaligus merasa bersalah karena tidak mengikuti nasihat ibunya untuk berhenti berhubungan dengan Sehun.
"Ibu memintanya demi kebaikanmu. Kenapa kau tidak mengerti juga?!" Nara bicara pada Jiwon dengan sedikit bentakan, sebab ia sungguh tidak memahami pemikiran Jiwon.
Untuk apa mempertahankan cinta tanpa persetujuan? Tidakkah Jiwon lihat betapa besar kebencian keluarga Oh padanya?
Mungkin Nara salah, salah memilih tempat pelarian agar Jiwon melupakan Sehun. Seharusnya ia tidak memilih Seoul, karena Seoul ternyata adalah tempat tinggal keluarga besar Sehun, selain Busan. Tapi mau kemanapun ia membawa Jiwon pergi, rasanya akan percuma saja jika Jiwon masih menjalin hubungan dengan Sehun.
"Maafkan aku." Hanya ini yang bisa Jiwon ucapkan, lalu setelahnya ia meninggalkan Nara.
Nara terlihat menghela napas berat, mencoba menahan rasa amarahnya. Nara hanya tidak ingin Jiwon tersakiti karena kebencian keluarga Oh, tapi Jiwon justru mencari kebencian, seakan tidak ada pria lain di dunia ini. Sehun memang baik, tapi ia yakin ada yang lebih baik dari Sehun, hanya Jiwon belum menyadari itu.
•••••
bersambung ...