Kebusukan [3-B]

1534 Kata
... Minggu selalu menjadi pujaan. Walau hanya sejenak melepas penat dari kesibukan pelatihan yang menguras waktu dan energi. Karena tak boleh keluar camp, libur pun mereka hanya bisa tidur Semua gara-gara Shun. Ialah yang mempertimbangkan ketiadaan pulang kampung bagi peserta traine. Libur ya untuk istirahat. Kalau saat libur peserta latihan boleh keluar camp, konsentrasi mereka bisa rusak. Itu memperbesar kesempatan terjadinya p*********n kedua. Bayu sedang menyender di pembatas jalan depan suatu bioskop. Ia baru menonton film dengan seorang gadis. Kaget juga dia saat tahu slogan peraturan ada untuk dilanggar berlaku juga di Jepang. Gadis yang ditunggunya keluar dari toilet bioskop. Tergesa-gesa dihampirinya Bayu dengan wajah gugup. Aduh, ini seperti kencan, kicaunya dalam hati sambil tersipu. Ia mengajak Bayu melanggar peraturan dengan menerobos pagar pembatas yang rusak karena insiden lalu. Ia merasa takkan punya kesempatan kalau dalam camp. “Reika-san, apa pikiranmu tentang perang ini? Terutama, Ceaen Treated,” tanya Bayu. Ia ingin didengarnya pendapat orang lain mengenai kekuatan mahadahsyat itu. “Begini, aku tak menganggapnya kesalahan. Bisa jadi Tuhan meninggalkan Ceaen Treated untuk melindungi dunia. Yang terjadi saat ini murni kesalahan manusia,” terang Reika yakin. “Jika kau bisa melakukan apa pun pada Ceaen Treated, apa yang akan kau lakukan?” Tep! Langkahnya terhenti. Angin yang berdesir menerbangkan beberapa helai rambutnya yang selalu diikat miring ke kiri. “Aku akan melindunginya. Setidaknya sampai Tuhan memberitahu apa yang harus manusia lakukan.” Bayu mencemooh niatan Reika sebagai upaya tanpa makna. Reika seperti tokoh utama sok jagoan yang berpikir bisa melindungi dunia dengan diri yang lemah. Dikepalkan tangannya di d**a. “Biar saja lemah! Jika berusaha dengan kuat pasti akan tercapai apa pun keinginan kita. Setiap tokoh utama yang kuat selalu mendahulukan niat ketimbang kekuatan itu sendiri.” “Bagaimana kau ingin menyampaikan tujuan muliamu itu pada semua orang?” Reika menaruh telunjuknya di dagu. “Dengan menguasai banyak bahasa, mungkin? Ada hal yang bisa dipahami tanpa kata-kata. Tapi jika bisa menjelaskannya dengan ucapan kurasa akan lebih gampang.” Detik berlalu. Waktu pun terlewat. Sepanjang perjalanan mereka menuju suatu restauran, Bayu sadar ia mulai terpesona dengan gadis di dekatnya. Reika merasa momennya sudah klop banget. Bayu sudah mulai terangsang akan keberadaannya. Jika ia ungkapkan perasaannya sekarang, kemungkinan besar... “Bayu-kun, Reika-san, nggak nyangka kita ketemu di sini,” sapa seorang gadis kencang. Seenak udel dia bergabung di meja Bayu dan Reika. “Hari ini banyak yang kabur juga, kok.” Reika terbakar api kekesalan. Bisa-bisanya datang pengganggu di saat sepenting ini. Cewek ini mau aku bunuh, ya? Ia merutuk sendiri dalam hati. Bayu mulai berbincang akrab dengan Shinyou. Membuatnya makin terpanggang saja. “Suatu saat nanti aku ingin berpasangan dengan Bayu-kun juga,” katanya ganjen. Membuat Reika ingin muntah. Jangan-jangan Shinyou mengincar Bayu juga? Statusnya sebagai komandan pasukan perlawanan p*********n waktu itu memang membuat popularitasnya mendekati ketos dan waketos. “Gimana kalau habis ini kita pergi ke pemandian campuran?” rayu Shinyou makin gawat (pemandian campuran di Jepang membiarkan laki-laki dan perempuan berendam dalam satu kolam). Tanpa ragu Reika menarik tangan Bayu meninggalkan restauran. Alasannya khawatir Rinji curiga. Kalau yang kabur banyak, kelamaan bakal ketahuan juga. “Kita nggak bisa ninggalin Shinyou-chan, Reika-san. Ayo kita ajak dia balik,” pinta Bayu sambil melepaskan pegangan tangan Reika. Gadis itu terdiam di tempatnya berdiri. Bayu menjauh sama seperti hilangnya kesempatan untuk menyatakan cinta. Kembali ke camp pelatihan. Ia bertemu Shun dan Shinyou. Bayu sendiri belum kembali. Shun bersumpah membuat Bayu makan udon lewat hidung begitu ia pulang. Sampai ketahuan membiarkan peserta pelatihan keluar, Shun will die! “Bakal kupresto tuh anak ntar malem,” tekad Shun bulat. Reika memegang pundak Shun yang berapi-api, “Oozaki-san, saat berpisah denganku, Bayu-kun bilang ingin kembali bersama Shinyou-chan. Sebelum menyiksanya, pertimbangkanlah untuk menanyakan pendapatnya dulu.” Shun langsung membenahi posisi berdirinya. Sampai terlihat cengok atau linglung, pamornya sebagai ketos top bisa runtuh. Ia sudah dengar kalau Reika akan jadi pasangannya selama wajib militer. Body hot, tampang oke, perfecto! Dibungkukkan tubuhnya, “Reika-san, yoroshiku onegaishimasu. Aku mohon bantuannya.” Beberapa jam kemudian di kamar Bayu dan Shun. Pemuda itu tiba dengan wajah cerah dan wangi parfum yang rasanya Shun kenali. Bukankah ini..., praduga merajai kepalanya. . . . Dua minggu kemudian. Memasuki bulan kedua wajib militer sesi kedua. Kegiatan klub demi memberi refreshing pada peserta pelatihan resmi dibuka. Kanbara bertanya-tanya kenapa Shun berwajah pucat sejak awal pembukaan. Peresmian ini bukanlah murni keputusannya! Bahkan, kegiatan klub yang ia anggap merusak konsentrasi pun bukan keinginannya. Semua gara-gara semua ketua kelas memimpin gerakan demo dan perang dingin besar-besaran pada ketos. “Jadi itu alasan tubuhmu mengurus belakangan,” kata Bayu. Di pikirannya, stres pasti menjadi beban berat. Lain pendapat Kanbara, “Shun-kun tambah kurus soalnya dia pasti nggak dapat tempat buat makan. Atau kakinya dijegal setiap membawa makanan.” “Budaya bully Jepang ngeri juga,” kata Bayu. Dibandingkannya dengan bully di negaranya dulu. Hmm… hmm… “DIAM, k*****t! OSIS sudah sering dapat kecaman kayak gini. Alasanku tambah kurus nggak berhubungan sama pemberontakan mereka,” tegas Shun. Bayu dan Kanbara kompakan menutup mulut. Mereka menatap Shun dengan pandangan flirting. “Kalo bukan itu pasti berhubungan sama cewek,” simpul Bayu asal. Dalam pandangannya, laki-laki menguruskan tubuhnya hanya karena diminta sama ceweknya. Pandangan yang sempit. “Hubungannya sama Archipelagia kali. Innovator itu kan ngambekan. Bisa jadi dia bete liat Shun gendut,” katanya diakhiri tawa. Ucapa Bayu dan Kanbara mendidihkan api emosinya yang memang sudah meluap sejak tadi. Ia jadi punya ide untuk membalas mereka. Khe khe khe. “Peresmian sekaligus pembukaan kegiatan klub selama pelatihan ini sekaligus menjadi ajang pendaftaran untuk klub-klub baru. Aku mau lihat perjuangan kalian.” Picingan iblis tersirat jelas dari matanya. Sesuai rencana awal, Bayu akan bergabung dengan klub merangkai bunga dan klub shogi. Demi itu ia sudah mencuri waktu istirahat untuk searching hal yang berhubungan dengan itu semua. Berbeda dengan Kanbara yang sejak SMA belum pernah masuk klub. Semua itu merepotkan. Lebih baik belajar untuk jadi pewaris perusahaan. Tapi mencoba bergabung ke klub di situasi antik begini tampaknya layak dicoba. Ia akan bergabung dengan klub berburu (kombinasi klub menembak dan klub menunggang kuda). Shun tertawa terbahak-bahak saat mengingat tujuan dua sohibnya. “Cowok lemah kayak Kanbara mau masuk klub berburu? Bisa-bisa kamu yang diburu. HWAHAHA!!!” tawanya sampai menjedot-jedotkan kepala ke pintu. Bayu langsung merangkul tubuh Kanbara. “Shun-kun, kau harus menghargai perjuangan seseorang.” “Lagian aku sudah latihan naik kuda sama Bayu. Aku pasti bisa,” tekadnya. Bayu lantas menggaruk pipinya yang tak gatal. “Yaahh… (baru ‘naik’ saja, sih).” “Kalau kalian segitu yakinnya, orang yang nggak keterima di klub tujuan mereka wajib makan udon dari hidung!” tantang Shun. Udon merupakan bakmi khas Jepang yang diameternya besar. “Kita akan ketemu lagi di tempat ini habis penutupan. Clear?” Bayu dan Kanbara hanya mengangkat tangan mereka lemah. “Clear~.” Mereka bertiga pun berpisah di depan gedung asrama. Dengan tekad bulat akan diwujudkan niat. Dengan keyakinan mantap akan didapatkan keinginan. Ketiganya berjalan menuju tempat klub-klub tujuan mereka membuka stand. Pengusung stand adalah anggota inti klub Shihara High. Beberapa jam kemudian. Penutupan diadakan dengan meriah. Rinji rupanya senang juga dengan situasi begini. Ia kira anak-anak elit itu sombongnya selangit. Ternyata mereka lebih mudah diatur dari yang ia pikirkan. Mungkin karena mereka memiliki ketua yang baik, pikirnya singkat. Di depan asrama siswa setelah mulai sepi. Shun, Kanbara dan Bayu berjalan patah-patah menuju tempat yang sudah dijanjikan. Sore ini mereka akan menguak hasil pendftaran ke klub tujuan awal mereka. Dengan tampang pucat Shun berkata, “Jangan aku duluan.” Bayangan menghirup udon dari hidung menggentayangi otak Bayu. Untung perjanjiannya bukan makan nasi lewat hidung. Di Indonesia, ia pernah lihat orang makan paku keluarnya di hidung. Mungkin ia juga bisa. Toh udon kan lembek. “Aku ditolak. Kata senior, aku terlalu keras untuk klub itu. Aku malah diterima klub berkuda.” Kanbara mulai berani bersuara, “Aku ditolak. Saat mencoba menunggang kuda, kudanya ngamuk dan membawaku lari sampai ke dalam hutan. Dan lagi, aku nggak kuat bawa senapan. Aku diterima di klub balet.” Cih! Kalau mereka sudah jelas nggak keterima. Tapi kalau orang seperti Shun mengaku ia juga ditolak di klub karate, mau ditaruh di mana mukanya? Mana mereka melihat Shun dengan tatapan kucing garong gitu lagi. “Pelatih bilang lebih baik tenaga kugunakan untuk belajar mengendalikan Archipelagia. Semua klub beladiri menolakku. Aku hanya diterima di klub antariksa dan penjelajahan ruang angkasa (klub yang nggak aku banget).” “Jadi kita semua ditolak,” ratap Kanbara dramaking. “Kuharap kita nggak jadi makan udon lewat hidung,” usul Kanbara mantap. Shun dan Bayu mengangguk setuju. Plak! Seseorang memukul kepala Shun dengan buntelan kertas. “Dame! Jangan! Lelaki Jepang harus memegang semangat samurai. Samurai selalu menepati janji yang dibuatnya.” Bayu ingin ngacir. Toh dia bukan orang Jepang. “Bayu-kun, Indonesia juga punya semangat garuda, kan?” Jadilah rencana istirahat mereka sebelum memulai kegiatan klub besok tertunda. Rinji getol memboyong mereka bertiga ke kantin untuk menyeruput udon lewat hidung. Di hadapan ketiganya terhidang udon dengan aroma memikat luar biasa. Tampilannya menarik sedemikian rupa. Yang ada mereka malah mual melihatnya. “Ini akan jadi malam yang menyenangkan,” kata Rinji dengan seutas senyum iblis.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN