KESEPAKATAN AYAH VS RAFFA

1059 Kata
Kejutan kedua adalah Halim mengatakan akan membatalkan lamaran yang sudah dijadwalkan dua bulan, lagi padahal seluruh keluarga besar sudah tahu Yunita akan segera menikah setelah lamaran dan persiapan pernikahan telah mereka cicil agar semua siap pada waktunya. Tentu saja mereka kaget dan tak percaya. “Ada apa Lim? Kenapa kamu berubah? Kamu berniat membuat malu saya di semua kerabat?” kata ibu Yunita. “Mohon maaf Tante, saya sebenarnya juga nggak mau ini terjadi. Tetapi saya menilai ternyata Yunita bukan sosok yang saya kenal,” kata Halim. Halim menyebut nama Yunita padahal biasanya dia memanggilnya Uni ini tentu saja kejutan ketiga bagi orang tua Yunita. “Ada apa sebenarnya?” tanya papanya Yunita yang berupaya lebi sabar dari istrinya. “Kamu memanggil kami dengan sebutan tante dan om, lalu kamu juga mengatakan pembatalan lamaran dan sekarang kamu menyebut nama Uni menjadi Yunita, apa yang terjadi?” “Tiga hari lalu saya memergoki Yunita dengan seorang lelaki. Saya buat rekamannya, Tante sama Om bisa lihat di ponsel saya ini,” Halim memperlihatkan bagaimana di tempat umum Yunita mencium lelaki tersebut setelah diberi hadiah. Tentu saja kedua orang tuanya tak bisa mengelak. Tapi mereka bisa membantah mungkin itu adalah hadiah dari seorang rekanan atau apa kan? “Mungkin Tante sama Om mau bilang itu adalah rekanan atau paman atau apalah agar saya mau mengerti kalau itu hanya salah paham. Sebelum saya minta bertemu malam ini saya sudah menyelidiki semua hal soal Yunita.” “Lelaki tersebut bernama Justin, dia punya istri, dia pengusaha dan dia punya banyak perempuan simpanan, termasuk Yunita ini saya sertakan beberapa foto bagaimana hubungan mereka,” Halim bicara dengan bukti. Sebagai pengacara dia terbiasa dengan itu. Kedua orang tua Yunita kaget melihat banyak foto Yunita dan lelaki tersebut dengan pose yang sangat akrab bahkan ada satu foto memperlihatkan pasangan itu menggunakan pakaian renang Yunita hanya menggunakan bikini yang sangat minim dan mereka sedang berpelukan erat di sebuah kolam renang hotel entah di mana. “Selain dengan Justin, Yunita juga punya satu orang lain. Kekasih tempat dia mengeruk harta. Saya tidak berani mengatakan ini pada Om dan Tante kalau saya tidak punya bukti.” “Ini lelaki tersebut,” kata Halim memperlihatkan foto satu lelaki cukup umur dengan perut gendut mata sipit. Usianya seumuran dengan usia papanya Yunita dan banyak foto kebersamaan Yunita bersama lelaki tersebut yang tentu saja sama-sama vulgar, sama seperti dengan Justin. “Dan fakta terakhir yang saya temui. Maaf saya tidak tahu ini bayi siapa. Tapi ternyata Yunita pernah menggugurkan kandungan. Yang mengantar ajudan bapak Salim ini,” ucap Halim memperlihatkan bukti surat rekam medis saat Yunita melakukan aborsi terjadi tujuh bulan lalu. “Jadi jelas ya Tante. Bukan saya ingin membuat malu, tapi memang anak Tante yang membuat Tante malu. Kelakuan anak Tante benar-benar membuat saya bersujud pada ibu saya, karena selama ini Ibu saya ini menentang hubungan saya dengan Yunita. Kenapa beliau menentang? Karena sejak dulu saya sering merengek uang untuk jajannya Yunita. Untuk beli laptop Yunita, untuk service motornya Yunita, bahkan untuk ponsel barunya Yunita. Selalu dia minta kepada saya dan saya yang masih kuliah tentu tak punya apa pun, sehingga saya akan menangis pada ibu saya.” “Berkali-kali ibu saya memang menyuruh saya putus dengan Yunita, tapi saya teramat cinta pada anak Tante dan Om. Saya anggap dia sangat naif, polos, dan lugu. Bahkan saya belum bisa mencium bibirnya. Dia bilang sebaiknya kami jaga jarak. Kami hanya berpegang tangan dan mencium pipi saja. Itu batasan yang Yunita berikan. Saya sangat salut pada perempuan suci seperti dia. Saya puja dia dengan segala kehebatannya menjaga diri. Ternyata kesuciannya hanya kamuflase. Dia malah sudah menggugurkan kandungan yang entah anak siapa. Tapi mungkin dia katakan bahwa itu anaknya Pak Salim, sehingga ajudan Pak Salim yang mengantar dia ke dokter kandungan.” “Jelas ya Tante. Mohon maaf saya tak akan pernah menjadi menantu Tante,” kata Halim setelah membeberkan fakta bagaimana kelakuan Yunita pada kedua orang tuanya. “Baik, Bapak, Ibu, kami mohon pamit karena niat kami hanya menyampaikan pembatalan itu saja,” kata Sundari sambil berdiri. Dia pun mengulurkan tangan tapi kedua calon besannya benar-benar masih syok sehingga tidak menyambut uluran tangan Sundari. Sundari dan Halim langsung pergi meninggalkan pasangan suami istri itu. ≈≈≈≈≈ “Ayaaaaaaah!” teriak lelaki kecil berwajah bulat berpipi chubby. “Hallo jagoan,” jawab Adit. Dia langsung mengangkat lelaki kecil itu ke atas dan memutarnya membuat Raffa sangat senang. Farhan dan Adit datang lebih dulu ke resto tempat mereka bertemu. Lalu tetiba masuk Raffa datang sendirian belum ada sosok perempuan yang mengantarnya masuk. Adit dan Farhan dari lapangan berdua, jadi tak bersama Wintha. “Mana mamamu?” tanya Farhan masih celingak celinguk karena kakak perempuannya belum datang. “Mama ada di mobil. Tadi aku diantar oleh om satpam yang dipanggil mama untuk antar aku ke sini,” jawab Raffa. Farhan tentu bingung ada apa dengan Wintha membiarkan putranya datang masuk lebih dulu. “Kamu mau makan apa?” tanya Adit pada Raffa. Dia tidak peduli pada Wintha. “Kentang goreng sama ayam,” jawab Raffa cepat. “No, big NO. Kamu terbiasa makan junk food seperti itu. Kamu harus banyak makan sayur,” kata Adit. “Tapi aku maunya kentang goreng sama ayam,” rajuk Raffa. “Oke Om akan belikan kamu kentang goreng dan ayam tapi harus dengan sayuran. Kamu harus makan capcay sayur. Kalau capcay sayur sudah habis satu mangkok baru boleh makan kentang dan ayamnya. Kalau tidak Om tidak mau lagi bertemu denganmu,” ancam Adit. “Aku akan makan sayur satu mangkok, oke no problem. Tapi jangan pernah bilang OM, karena ini adalah AYAH,” jawab Raffa sambil telunjuknya ditekan-tekan ke ddada Adit. “Wow naga kecil mengancam,” kata Adit. Farhan terbahak mendengar kata-kata Adit. “Oke, aku akan menerima dipanggil kamu ayah dengan catatan anak ayah itu harus menurut semua yang ayahnya ajarkan, yaitu harus selalu baik, tidak boleh nakal dan makan sayuran juga selalu menurut sama mama dan pamannya,” Adit menerima permintaan Raffa dengan tantangan atau syarat. “Deal,” jawab Raffa dengan tengilnya. “Mbak tolong untuk capcay kuahnya dibuat potongan sayurannya lebih kecil dan tingkat kematangannya lebih matang ya. Jangan setengah matang karena buat anak-anak. Lalu tambahkan banyak udang yang dikupas,” pinta Adit saat memberikan pesanan yang dia tulis. “Baik Pak, saya mengerti apa yang Bapak minta untuk anak Bapak,” jawab pelayan resto.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN