Setelah susah payah menyeretnya sampai rumah, aku membaringkan orang ini di sofa ruang tengah rumahku. Saat aku memerhatikan wajah orang ini ... dia terlihat seperti pemain film yang berasal dari Eropa gitu.
Karena terlihat orang ini tidak akan sadar dalam waktu yang lama, aku pun pergi mandi untuk membersihkan badanku dari keringat, menggunakan piyama dan segera kembali ke ruang tengah untuk memeriksa keadaan orang aneh itu. Namun aku melihat Marchi—blabla sedang mengendap-endap mengitari rumahku.
“Wayo!! Mau maling ya!!” Teriakku spontan saat melihat tingkah lakunya.
Marchi—blabla ini langsung tersentak kaget, dan membalikkan tubuhnya menghadapku. “Bu-bukannnn, kaget saja tiba-tiba sadar sudah ada di tempat yang tidak aku kenali, kamu nyulik aku ya!?” tuduh Marchi—blabla ini sambil mengangkat tangannya menunjuk ke araku.
“Enak saja! Aku nolong kamu, tahu! Tiba-tiba narik orang terus tiduran di aspal. Lagian kenapa coba tadi tidur-tiduran di aspal? Kalau mau berjemur ya di pantai!” Jawabku yang malas bersikap sopan karena asal tuduh orang aneh ini.
“Oh..” kata Marchi—blabla ini sambil menurunkan tangannya yang tadi menunjukku. “Ya makasih kalau gitu ... Lagi pula tadi aku bukan tiduran di aspal, tapi...” *guuuuu tiba-tiba ada suara aneh, seperti suara monster yang sedang menahan kuap.
Aku terkejut karena mendengar suara aneh itu, aku langsung menyapu pandang ke setiap sisi rumahku.
Marchi—blabla itu berdeham pelan, “Ah, maaf tadi itu suara perutku, terakhir makan saat aku berumur 3 tahun, saat itu—“
Aku memotong lagi perkataan orang aneh ini yang mulai ngelantur. “Bukannya tadi aku sudah memberimu makan?”
“Porsi sekecil itu mana bisa memuaskan anak naga yang ada di perutku!” balas Marchi—blablba yang anehnya malah terlihat bangga.
“Hallo, polisi. Ada orang aneh masuk ke rumahku,” kataku sambil menempatkan ponsel ke telingaku.
“Eh, wey! Bercanda!” katanya cepat sambil menarik ponsel yang masih menempel di telingaku. “Tapi sungguh … aku lapar. Sudah tiga hari aku belum makan …” katanya dengan wajah yang terlihat lebih sedih dari sebelumnya.
Aku menyipitkan mataku melihat orang aneh ini dari ujung kaki sampai ujung kepalanya. Setelah mendesah panjang, akhirnya aku berkata, “Baiklah, baik. Aku akan membuatkanmu makanan,” kataku setelah merasa kasian pada Marchi—blabla ini, sampai tiduran di aspal gitu lagian.
Aku melihat senyuman tersungging di wajah orang aneh itu, “Terima kasih! Aku tidak tahu bagaimana rasa perutku yang kosong ini saat memakan masakan gratis, pastiii enakkk banget karena terakhir makan saat aku berumur 3 ta—“ *blak. Karena merasa omongannya mulai ngelantur lagi, aku melemparkan bantal sofa ke wajah orang itu, dan mulai memasak makan malam.
.
.
“Rumahnya bagus, kamu tinggal di sini sendiri?” tanya Marchi—blabla itu yang sekarang lagi jalan-jalan santai mengitari rumahku.
“Iya, kedua orang tuaku bekerja sebagai arkeolog, mereka ada di Indonesia sekarang. Katanya sedang meneliti apa Indonesia itu adalah Atlantik yang dulu menghilang. Yaaa semacam itulah,” Jawabku sambil mencoba mengambil garan dan gula yang ada di atas laci. Di pikir-pikir kenapa garam dan gula itu ada di tempat yang sulit dijangkau?
“Ohhh... kau tidak takut aku akan menyerangmu atau apalah itu ketika tahu kau tinggal sendiri?”
Aku menatap wajah orang itu dengan tajam. Kemudian mengusap pisau yang kugunakan untuk memotong sayuran dengan sayang. “Dari kelas satu Sekolah Dasar, aku sudah belajar masak. Sampai saat ini, kemampuanku dalam menyiapkan bahan masak adalah menguliti, memotong dan mencincang …”
Wajah orang itu langsung panik seketika. “Yaampun, aku hanya bercanda!”
Aku hanya mendengus kesal padanya, kemudian melanjutkan kegiatanku yang sedang memotong sayuran.
“Sejak kapan kau tinggal sendiri?” tanyanya lagi. Sepertinya dia tidak akan pikiran untuk berhenti bicara …
“Dari kelas dua Sekolah Menengah Pertama, sudah tiga tahunan lebih lah.”
“Hooo hebat juga. ngomong-ngomong, umurmu berapa?”
Aku berdeham sedikit karena melihat ulahnya ini. “Enam belas tahun, kenapa? Kamu sendiri berapa tahun? Sepertinya sudah om-om,” kataku sambil melirik penampilan aneh orang ini dari ujung kaki sampai ujung kepala.
“Enak saja om-om. Aku delapan belas tahun. Masih muda tahu,” jawabnya yang akhirnya duduk di kursi meja makan. Sepertinya ia sudah selesai melihat-lihat sekitar rumah.
Aku melirik orang aneh ini lagi dari atas sampai bawah. “Tetep aja seperti om-om,” jawabku tidak ingin kalah. “Jadi? Kenapa ngakunya kau belum makan tiga tahun?” Lanjutku bertanya sambil memindahkan makan malam yang baru selesai ku masak.
“Hahaha, enggalah, terakhir makan pas aku melakukan perjalanan ke dunia ini, kira-kira tiga hari lalu lah. Lidah ku terpeleset mau bilang hari malah tahun,” jawab Marchi—blabla ini sambil menatap panci sup yang aku buka di depannya dengan matanya yang bercahaya itu.
“Efek belum makan parah, ya? Sampai tiduran di aspal gitu, yaudah makan nih. Tapi setelah selesai makan, kau pergi ya,” kataku sambil menyendoki sup daging yang kubuat, tanpa basa-basi Marchi—blabla ini langsung menyantap sup yang kuambilkan tadi.
Sebenarnya aku hanya kebagian nasi dan sup 1 mangkuk saja, sisanya di makan orang itu semua. Padahal, aku buat makanan ini untuk porsi enam orang, gembul juga ya dia, padahal wajahnya tampan begitu.
“Haaa..makasih makanan nyaaaaaaaa~ kenyang–kenyang,” kata Marchi—blabla itu sambil tiduran di sofa ruang tengah ku.
“Ehh! Ehh!! Enak banget tiduran abis makan, bantuin beresinnn!!” Sahutku padanya.
“Ahh capek akuuuuuuuuuu, hari ini aja boleh ga aku nginep di sini? besok-besok aku janji deh bakal cari tempat tinggal.”
“Ehhh? di kasih hati minta jantung ya! Engga-engga-engga. Apa kata tetangga nanti kalau liat aku bawa orang asing masuk ke rumah terus ga keluar semalaman?”
“Tenang-tenang, bilang aja kemarin kamu nyelametin orang asing yang belum makan tiga tahun, dan~ aku ini dari kerajaan sihir! Merqopolish! Seharusnya kau bangga karena kau satu-satunya orang yang kuberi tahu tentang ini,” katanya sambil memukul dadanya dengan bangga.
“Merqo—apa? Gini ya, kamu tuh kebanyakan nonton anime, jadi chuunibyou[1]. Dari tadi ngacoooo terus ngomong nya, kalau kamu benar dari kerajaan sihir, seharusnya kamu juga bisa sihir, dong? coba buktiin! Kalau kamu buktiin terus aku bibsa percaya, kamu boleh tinggal di sini. Sampai ... sampai orang tuaku pulang!!” kataku dengan nada tantangan di dalam nya. Lagian, mana ada sihir dan sebagainya? Orang ini hanya kebanyakan nonton anime saja. Seharusnya dari awal aku sudah menyadarinya setelah melihat pakaiannya yang aneh itu. Sepertinya ia sedang cosplay[2] menjadi seorang penyihir?
Orang aneh ini langsung mengangkat alisnya tinggi-tinggi, kemudian berkata, “Wah wah yang bener?” dia menggosok-gosokkan tangannya bersemangat. “Oke, kamu mau aku buktiin apa biar kamu percaya kalau aku bisa sihir?”
Lah dia terima tantangan yang aku kasih, batinku. “Hmm... coba, bersihin piring kotor yang ada di meja sampai bersih seperti belum dipakai tadi!”
Marchi—blabla ini tertawa geli “Lah, itu sih gampanggg ... tutup mata kamu dulu.”
Aku mendengus tidak percaya, dan menutup mataku sesuai perintahnya itu ... 3 detik... 5 detik... 6.5detik... 7.7detik... “Selesai ~ buka matamu.”
Aku membuka mataku ... dan ... piring-piring kotor yang tadinya ada di atas meja makan lenyap entah ke mana, mungkin dia menyembunyikannya di bawah meja?
Aku pun berjalan mendekati meja makan, dan mengecek sekelilingnya. Tapi aku tidak menemukan piring itu di mana pun. Ia sembunyikan di mana piring-piring yang kotor itu? Kalau ia simpan di rak piring, piring-piring itu juga pasti masih kotor. Karena tidak mungkin ia membersihkannya dalam waktu yang cepat …
Aku memeriksa rak piring yang berada di dapur, dan terkejut saat melihat piring-piring itu sudah tersusun rapi dan bersih di tempatnya. Aku berdeham pelan untuk menyembunyikan keterkejutanku tadi, kemudian berkata, “Bo-boleh juga trik mu. Tapi aku masih belum percaya.”
“Hah? belum percaya? Katanya tadi beresin piring ini bisa buat kamu percaya?” Jawab orang itu sambil menyilangkan tangannya di d**a.
Aku berdeham sedikit, karena memang benar yang dia katakan itu. Tapi ga mau gitu aja aku nerima orang aneh itu di sini. “Aku belum percaya sampai kamu ... sampai kamu ngeliatin trik sihir kamu pas aku lagi buka mata, tadi kan kau menyuruhku untuk menutup mata. Mana bisa aku percaya,” jawab ku cari-cari alasan.
“Jiahh ... nih ya kalau kamu liat aku pakai sihir, takutnya nanti kamu pingsan. Terus bilang ‘Wow a***y, gimana caranya noh? Ajarin ajarin!!’ Nanti ngefans sama aku tiba-tiba gimana?” Jawab dia sambil mengibaskan rambut panjangnya yang sebahu diikat satu itu.
Aku tertawa geli saat mendengar perkataannya itu. “Dih ... aku cuman mau mastiin kalau kamu bukan tukang tipu yang numpang makan dan tidur di rumah seorang gadis yang tinggal sendiri, tahu!?” Jawabku dengan wajah yang cemberut.
Sekarang gantian Marchi—blabla ini yang tertawa. “Oke ... oke. Bagaimana kalau terbang? Di dunia ini kalau terbang harus pakai alat besar yang bisa terbang entah apalah itu kan?” kata dia sambil menggerakan tangannya seperti mengibaskan sayap.
Kata-kata itu membuat ku sediikiiiiit tertarik, tapi kalau pakai trik biasanya kan butuh pengaman atau semacam nya? Apa dia bisa? “Oke. Coba buktiin, tapi aku juga mau ikut. Hehe,” jawabku terdengar seperti anak kecil yang minta permen.
“Hadeuh, kalau kamu berat aku ga kuat mengangkatmu!” kata Marchi—blabla itu sambil mengeluarkan sebuah benda yang berbentuk bola dari entah berantah.
“Enak saja! Beratku hanya ... hanya tidak berat, kok!” Jawabku sedikit menggerutu.
“Haha berapa beratnyaaa? Ya gamasalah lah, asal kamu bisa pegangan yang kencang saja. Nih, kita terbang pakai alat ini,” kata Marchi—blabla ini mengikuti suara Doramamon (Nama disamarkan).
Sedikit tertarik, aku mendekatkan diriku untuk melihat benda itu lebih dekat, tapi memang itu cuman bola. “Apa ini? Inikan hanya bola? Jangan nge-harkos-in gitu dong ah.”
Marchi—blabla itu hanya tersenyum mendengar celotehanku, lalu menggoyang-goyangkan jari telunjuknya di depan wajahku, “Ckck jangan salah. ini itu—“ Ia pun memantulkan bola itu kelantai, tiba-tiba bola itu berubah bentuk menjadi papan luncur. Papan luncur yang mengambang di udara …
Aku sedikit mundur karena terkejut. Apa ini benar-benar sihir? Atau trik juga? Tapi ... benda ini mengambang di udara. Melihat papan luncur itu yang benar-benar mengabaikan yang namanya gravitasi, tanganku menyusuri bagian bawah dan atas benda itu.
Benda itu benar-benar melayang! Tidak ada tali tidak terlihat atau apalah itu yang bisa membuatnya tertahan di udara.
Marchi—blabla pun menaiki papan luncur itu dengan mudah. Meski dengan beban tubuhnya, papan luncur itu tetap mengambang di udara! “Nah, katanya mau coba? Sini, pegang tanganku,” katanya sambil mengulurkan tangannya padaku.
Setelah menelan ludah kering dengan usaha yang lebih, aku pun menerima uluran tangan Marchi—blabla ini. Dengan mudah ia menarik tubuhku ke atas papan luncur itu. Menahan tubuhku yang sedikit oleng karena gerakan yang tiba-tiba dengan meletakkan tangannya di pinggangku.
Awalnya aku tidak percaya, tapi benda ini benar-benar melayang! Terbang! Padahal, aku dan Marchi—blabla ini berada di atasnya. Tapi benda ini tidak jatuh. Saat aku coba memegang pinggir papan luncur yang melayang itu, ternyata memang benar tidak ada tali atau alat pengaman lainnya yang bisa menahan benda ini untuk tetap melayang.
“Bagaimana? percaya dengan sihir?” Tanya Marchi—blabla sambil melirikku.
“I-ini sih trik juga bisa!” kataku sambil berdiri tegak lagi, masih tidak ingin percaya semudah itu.
“Haha, bener-bener keras kepala ya, oke biar kamu percaya, siap-siap terbang ya!! satu..dua—“ Marchi—blabla ini pun menghitung mundur mengambil ancang-ancang.
Dan aku langsung sadar ancang-ancang untuk apa. “Eh!! Tunggu-tunggu aku belum siap aaaaaa!” Tiba-tiba saja papan luncur itu membawa ku dan Marchi—blabla terbang menembus langit malam.
Note:
[1] Chuunibyou: Sstilah bahasa Jepang sehari-hari untuk remaja yang memiliki delusi berlebihan.
[2] Cosplay: Permainan kostum atau cosplay (コスプレ Kosupure) adalah istilah bahasa Inggris buatan Jepang (wasei-eigo) yang berasal dari gabungan kata "costume" (kostum) dan "play" (bermain). Cosplay berarti hobi mengenakan pakaian beserta aksesori dan rias wajah seperti yang dikenakan tokoh-tokoh dalam anime, manga, dongeng, permainan video, penyanyi dan musisi idola, dan film kartun.