Siksaan

1134 Kata
Langkah kaki cepat dan berat terdengar di telinga Bianca yang hanya mampu mengangkat sedikit bagian wajahnya. Ia bergetar dan memiliki firasat buruk tentang Aro, namun tidak dapat berbuat apa-apa. "Nyonya muda, mari saya bantu!" kata Marlon dengan suara yang lembut. Saat itu, matanya sama cemas dengan Bianca. Sebab, Aro adalah satu-satunya teman bicara Marlon. Meskipun selama ini, Aro hanya menjawab satu dua patah kata saja atas pertanyaan panjang lebar dari bibir Marlon yang cerewet. Marlon memapah tubuh mungil Bianca. Dengan langkah setengah menyeret, gadis tersebut mengikuti arah kaki Marlon yang terlihat gusar. "Mereka, ke mana mereka akan membawa Aro?" tanya Bianca yang masih bergerak ke arah kamarnya. "Apa yang akan mereka lakukan kepadanya?" Marlon hanya diam. Ia tidak dapat membayangkan, kekejaman seperti apa yang anak buah lainnya dan Jack lakukan kepada Aro. Apalagi ia tampak begitu marah tadi, bisa-bisa Jack melepaskan kulit dari daging milik Arogan. "Sa-saya tidak tahu, Nyonya muda. Yang jelas, Aro tengah melindungi Anda dari kemarahan tuan Jack. Sebaiknya, Anda masuk ke dalam kamar dan menguncinya rapat-rapat! Jangan lupa untuk mematikan lampu, agar setelah tuan besar kembali, ia berpikir bahwa Anda sudah terlelap. Dengan cara seperti itu, tuanku tidak akan mengganggu, atau pun menyiksa Anda." "Tidak, saya ingin menyusul Aro. Lepaskan saya!" pekik Bianca dengan mata yang berkaca-kaca. "Apa Anda ingin semakin membahayakan nyawanya? Saat ini, ia pasti sudah disiksa, hanya untuk melindungi Anda. Mohon mengertilah, Nyonya!" pinta Marlon hampir menangis. Bianca terdiam sambil menatap Marlon. "Saya mohon, katakan, apa yang kamu ketahui tentang Aro?!" Bulir-bulir air mata Bianca semakin turun. Marlon menggeleng kuat, "Saya tidak tahu, Nyonya. Bahkan saya sendiri juga tidak mengetahui apa pun tentang diri saya. Sebelum masuk ke dalam ikatan kuat bersama tuan besar, kami dicuci otak terlebih dahulu. Setidaknya, itulah yang diutarakan paman Sam." "Paman Sam? Siapa dia? Di mana?" "Maaf, Nyonya. Untuk saat ini, saya juga tidak tahu," sesal Marlon dan dari sorot matanya, ia terlihat begitu ketakutan. "Saya mohon, masuklah ke dalam kamar Anda dan lakukan apa yang baru saja saya katakan! Setidaknya, Anda harus bisa menghargai pengorbanan Arogan." Bianca menunduk untuk menyembunyikan air matanya yang semakin terkuras, "Baiklah, saya mengerti." Bianca mulai mengunci mulutnya dan berjalan ke dalam kamar seperti 'tak memiliki nyawa. Marlon meninggalkan kamar Bianca, lalu ia kembali ke dalam kamarnya sendiri, untuk bersembunyi di dalam lemari pakaian. Tubuhnya terlihat bergetar hebat, tampaknya ia juga begitu ketakutan. Sementara Bianca, ia langsung melakukan apa yang Marlon sarankan. Hanya saja, ia tidak dapat merenda bulu mata karena hati dan pikirannya selalu tertuju pada Arogan. Sekitar 90 menit sendiri di dalam kamar yang gelap, Bianca mendengar suara ketukan pintu yang kuat dan berulang, bersama teriakan yang gahar. Namun ia ingat semua pesan Marlon dan mempraktikkannya dengan baik. Setelah 10 menit, suara-suara yang menakutkan dan berasal dari Jack tersebut berhenti. Bianca pun merasa cukup lega. Ia berharap, Aro juga dalam keadaan baik-baik saja dan esok hari, ia dapat berjumpa dengan Arogan demi memastikan keadaannya. Sementara ditempat lain, Aro tergeletak dengan luka pukulan di sekitar wajah. Selain itu, punggung Aro juga penuh dengan sisa cambukan yang keras, hingga mengeluarkan darah segar dari kulitnya yang robek. Tubuhnya yang sudah tidak berdaya, ditinggalkan begitu saja. Bagi Jack, jika beruntung, maka Aro akan kembali ke penginapan esok hari. Namun jika ia malang dan dimangsa oleh hewan buas, hatinya juga merasa puas. Bianca melewati malam bersama ketakutan dan kesedihan. Matanya sulit untuk merapat, sementara wajah Aro terus bermain pada lensanya yang berwarna hitam terang dan bulat besar. Mata bening itu tidak hentinya mengeluarkan air jernih yang menggambarkan luka hatinya. Kemudian ia terbayang akan semua perkataan Marlon. 'Sa-saya tidak tahu, Nyonya muda. Yang jelas, Aro tengah melindungi Anda dari kemarahan tuan Jack. Sebaiknya, Anda masuk ke dalam kamar dan menguncinya rapat-rapat! Jangan lupa untuk mematikan lampu agar setelah tuan besar kembali, ia berpikir bahwa Anda sudah terlelap. Dengan cara seperti itu, tuanku tidak akan mengganggu apalagi menyiksa Anda.' 'Apa Anda ingin semakin membahayakan nyawanya? Saat ini, ia pasti sudah disiksa, hanya untuk melindungi Anda. Mohon mengertilah, Nyonya!' Kalimat-kalimat dari mulut Marlon terus bergema di telinga Bianca dan itu membuatnya merasa bersalah dan semakin terpuruk di dalam kesendirian. Setelah melewati keadaan yang menyeramkan karena waktu memang terus berputar dengan sendirinya, Bianca terbangun dari tidur sejenak yang tidak ia sengaja. Matanya terbelalak dan ingatannya kembali kepada Aro. Dengan mengangkat tubuh sangat cepat, Bianca berlari ke arah yang tidak ia ketahui demi mencari sosok Arogan. Suara tapak kaki lincah terdengar pada lantai papan penginapan mewah. Entah di mana yang lainnya, semua terasa hampa dan tampak sepi. Bianca merasa seperti diasingkan ke tempat yang jauh dari manusia lainnya dan kehidupan. Setibanya di ruang tengah, Bianca semakin meningkatkan kecepatan gerakan kakinya. Ia tidak perduli akan kemarahan Jack yang mungkin saja akan segera menghabisinya. Tiba-tiba, mulut Bianca ditutup oleh sebuah tangan yang terasa besar dan dingin. Tubuh Bianca tertarik ke belakang dan jantungnya berdetak begitu kencang. Lalu dengan cepat, ia membalik tubuh. Bianca hanya ingin tahu tentang siapa yang berniat untuk menyekapnya. Gerakan tiba-tiba Bianca tersebut, membuat Aro tidak menyadarinya. Aro pikir, ia hanyalah gadis lemah yang tidak berdaya dan kurang memiliki respon tubuh yang baik. Saat mereka saling menatap jaraknya hanya sebatas lima jari. Bianca akhirnya mengetahui bahwa tangan besar itu adalah milik Aro. Ketika berhadapan, mata mereka saling bertemu, sinyal jantung dalam rasa cinta pun, berkedip manja dan saling menyahut. Aro menurunkan tangannya dari bibir Bianca yang ranum. "A-Aro?" ucap gadis tersebut yang merasa senang karena masih dapat melihat teman bicaranya tersebut. "Hah," keluh Aro sambil menunduk dan menjauhkan tubuh dari Bianca. "Apa yang Anda lakukan, Nyonya? Seharusnya, Anda masih berada di dalam kamar. Matahari pun belum muncul," sambungnya dengan suara yang lemah. "Kamu, bagaimana keadaan kamu?" "Marlon menolong dan mengobati saya dengan baik. Anda tidak perlu khawatir!" "Tidak perlu khawatir kamu bilang?" tanya Bianca dengan nada tinggi. "Bahkan saya hampir tidak bisa tidur semalaman." "Sittt." "Ayo saya bantu ke kamar!" "Tidak perlu, Nyonya. Sebaiknya Anda kembali ke dalam kamar Anda saja!" "Tidak mau ... ." Aro menatap Bianca yang tampak manja subuh ini. "Saya antar dulu, lalu mengganti pakaian kamu dengan yang kering. Setelah itu baru kembali ke kamar saya titik." "Hah, baiklah," sahut Aro yang tidak mampu berdebat saat ini. Lagipula, tuan besarnya sedang bersenang-senang di tempat lain dan biasanya akan pulang ketika matahari terbenam kembali. Bianca langsung memapah Arogan yang lemah. Di kamar ujung, gadis itu membaringkan tubuh kekar Aro menyamping. Saat itu, Bianca tidak mengetahui apa yang terjadi pada punggung Aro dan Aro pun tidak berniat untuk memberitahukannya. Lagipula, menurut Arogan, luka berat itu hanya akan membuat Bianca semakin merasa bersalah dan menderita. 'Tak lama, Bianca ingin membantu Aro mengganti pakaiannya, namun Marlon datang dan Aro memohon kepada Bianca untuk kembali ke dalam kamarnya serta beristirahat. "Tapi ... ." "Tolonglah, Nyonya!" "Baiklah." Bianca terpaksa meninggalkan Aro begitu saja. Bersambung.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN