“Aku harus mati!” kata Rosemary Gold yang tengah berdiri di pinggir jalan.
Dia mengepalkan tangannya erat-erat. Tekadnya sudah sangat bulat untuk mati hari ini. Ketika Rosemary melihat sebuah mobil melaju dengan kecepatan tinggi, dia berlari ke tengah jalan menghadang mobil tersebut.
“Ahk!” Rosemary Gold berteriak. Bahkan sebelum mobil itu mengenai tubuhnya.
Matanya terbelalak melihat ke arah mobil yang berhenti di depannya. Tubuh Rosemary seketika bergetar. Jantungnya terasa akan jatuh. Kematian yang dia harapkan tidak menjemputnya saat itu.
Pria di dalam mobil keluar dengan amarah di wajahnya. Dia menutup pintu mobilnya dengan kasar. Matanya melotot pada Rosemary yang membeku di tempat.
“Kamu ingin mati? Dasar gadis bodoh. Jika kamu ingin mati jangan berlari ke depan mobilku. Gantung saja dirimu di dalam kamar.” Ujar pria itu dengan nada lantang, membuat Rosemary bergeming.
“Apakah dia sudah tidak waras?”
“Sepertinya dia depresi. Di mana orang tuanya?”
“Mungkin saja dia dibuang oleh orang tuanya, sehingga menjadi depresi.”
Orang-orang bergumam di pinggir jalan menyaksikan ketidakwarasan Rosemary Gold.
Sementara, pria itu mendecih kesal, lalu masuk ke dalam mobilnya. Pria itu tidak menghiraukan Rosemary yang masih bergeming. Lantas dia melajukan mobilnya menerjang kerumunan jalan raya.
Rosemary masih bergeming di tengah jalan. Gadis berambut dark gray itu memandang ke arah kerumunan yang sedang membicarakan tingkah tidak warasnya.
Air mata Rosemary seketika jatuh dari pelupuk. Kali ini, percobaan bunuh dirinya gagal lagi. Rosemary sangat kecewa. Dia bukan kecewa karena dikatakan tidak waras oleh orang-orang, tetapi dia kecewa karena tidak mati.
Dia menatap n****+ yang tergeletak di atas aspal. n****+ yang ingin dia masuki karena plotnya sangat menarik. Rosemary Gold mengambil n****+ tersebut dan memeluknya dengan erat. Lantas dia berlari meninggalkan kerumunan, menutup telinganya rapat-rapat agar tidak mendengar ucapan-ucapan yang sudah sering didengarnya.
Rosemary Gold adalah mahasiswi jurusan hukum yang sangat menyukai n****+ fantasi-romantis. Dia memiliki keinginan untuk masuk ke dalam dunia n****+ seperti protagonis dalam n****+ yang dia baca.
Namun, aksi bunuh dirinya telah gagal untuk kesekian kalinya. Orang tua Rosemary sudah menyerah dengan kelakuan tidak warasnya. Ketimbang membawa Rosemary ke ke rumah sakit jiwa yang hanya akan mempermalukan nama keluarga Gold, mereka membiarkan Rosemary melakukan percobaan bunuh diri. Mereka sudah lelah dengan tingkah tidak waras Rosemary. Lagi pula, Rosemary Gold sama sekali tidak mendengarkan orang tuanya. Maka dari itu, dia diabaikan oleh keluarganya, diabaikan oleh teman-temannya.
Meskipun begitu, Rosemary tidak peduli dan tetap pada pendiriannya. Dia malah menguatkan keinginannya untuk masuk ke dunia n****+. Seperti para protagonis wanita yang berpetualang di sana, lalu hidup bahagia dengan protagonis pria.
Keinginan yang sangat tidak waras!
Pertama kali Rosemary Gold mendapatkan n****+ fantasi-romantis di sebuah toko buku. Seseorang menyarankannya untuk membeli n****+ berjudul ‘World Of Love’ n****+ bertema reinkarnasi ke dunia n****+.
Sejak itulah Rosemary mengumpulkan n****+-n****+ dengan tema yang sama dan memiliki keinginan untuk masuk ke dunia n****+. Dunia yang hanya ada dalam imajinasi penulis, sedang Rosemary Gold tidak berpikir demikian. Dia menganggap semua yang dia baca dalam n****+ tersebut adalah kenyataan. Dia berpikir bahwa dunia tersebut nyata dan berada di sisi lain dunia.
Rosemary Gold sampai di rumahnya. Dia menghela napas sebelum masuk ke dalam rumah. Kemudian mengedarkan pandangannya, tetapi tidak menemukan siapa pun di dalam sana.
“Aku lupa kalau mereka sedang berlibur.”
Rosemary menghembuskan napas lega. Keluarganya sedang berlibur dan dia hanya tinggal sendirian di rumahnya.
“Mengapa mereka menganggapku tidak waras? Aku ingin mewujudkan impianku, apakah itu salah?” gumam Rosemary dengan nada lelah.
Naik ke kamarnya dengan langkah malas, Rosemary membuka pintu kamarnya, lalu menghempaskan badannya ke atas ranjang dengan kasar.
Hari ini sangat melelahkan baginya.
“Mengapa selalu gagal?” dia bertanya sambil menatap langit-langit kamarnya.
Semenjak beberapa bulan yang lalu, Rosemary Gold menjadi pendiam. Dia lebih banyak menghabiskan waktunya untuk membaca n****+ dan berimajinasi.
Dulu Rosemary Gold adalah gadis yang sangat ceria dan memiliki cita-cita menjadi seorang pengacara. Namun, karena sebuah n****+ dia melupakan impiannya.
“Apakah gantung diri akan sangat menyakitkan?”
Rosemary tiba-tiba bangkit. Dia mengamati langit-langit pada kamarnya. Lantas dengan cepat mencari tali ke gudang.
Dia menemukan sebuah tali yang cukup panjang. Kemudian bergegas kembali ke kamarnya.
Tali tersebut dikaitkan pada langit-langit kamarnya dengan bantuan sebuah kursi sebagai pijakan kakinya.
“Pria itu mengatakan kalau gantung diri di kamar, maka aku akan mati. Kebetulan sekali mereka tidak ada di rumah. Jadi, tidak akan ada yang menolongku dan aku bisa pergi ke dunia novel.”
Kepalanya dimasukkan ke dalam lubang tali. Lantas Rosemary menendang kursi pijakannya. Tali tersebut menjerat lehernya, hingga mata Rosemary terbelalak. Mulutnya menganga seperti ingin mengatakan sesuatu, tetapi dia sendiri kesusahan untuk bernapas.
Kaki Rosemary menggelinjang. Dia semakin kehabisan napas karena tali yang menjerat lehernya semakin erat.
“Ha … ha!” Rosemary semakin kehabisan napas, serta pikirannya sudah kalang kabut.
Ternyata sesakit ini rasanya ketika orang-orang mencoba mencabut nyawanya. Jika Rosemary tahu akan sesakit itu, dia mungkin akan mengurungkan niatnya.
Perlahan tubuh Rosemary berhenti menggeliat. Napasnya semakin melemah, tetapi dia masih sadar dalam kurun waktu beberapa detik. Dia merasakan jantungnya berhenti berdetak dan darah tidak lagi mengalir dalam venanya.
Akhirnya aku mati. Gumam Rosemary dalam hatinya ketika pandangannya sudah mulai buram.
“Rosemary!” panggil seorang pria yang membuka kamar Rosemary secara tiba-tiba. Jantung pria itu berdegup kencang menyaksikan leher putrinya tergantung pada seutas tali di langit-langit kamarnya. “Gadis tidak waras!” teriaknya.
Raymond Gold bergegas memegangi kaki Rosemary. Dia mendongak dan melihat pada Rosemary yang kehabisan napas.
“Emma cepat bantu aku! Gadis ini bunuh diri lagi. Dia benar-benar sudah keterlaluan.”
“Memang separah apa keadaannya saat ini?” wanita berambut pirang dengan kecantikan bak bintang film memasuki kamar Rosemary dengan santai. Dia adalah ibu tiri Rosemary, tetapi dulu dia menyayangi Rosemary yang ceria.
Namun, Emma sudah menyerah akan ketidakwarasan yang dilakukan oleh Rosemary, sehingga dia menjadi tidak begitu peduli. Toh, Rosemary akan selamat, pikirnya.
Keluarga Gold baru saja datang dari liburan ke luar kota selama beberapa hari. Raymond Gold memutuskan untuk melihat keadaan Rosemary setelah dia sampai di rumahnya. Akan tetapi, yang dia dapati malah Rosemary yang tergantung di langit-langit kamarnya.
“Dia sudah tidak waras, Raymond. Sudah cukup dengan ketidakwarasan ini. Aku sudah sangat lelah.” Emma Gold memijat pelipisnya karena merasa pusing dengan keadaan yang dia dapati setelah kembali dari liburan.
“Emma!” bentak Raymond Gold.
“Baiklah, baiklah. Kamu tidak perlu membentakku.” Dengan enggan Emma membantu Raymond Gold menyelamatkan Rosemary.