3. Asylum

1155 Kata
“Pasien bernama Rosemary Gold, seseorang dari keluarga Gold mencarimu.” Ujar seorang petugas medis wanita ketika memanggil Rosemary yang berada di dalam bangsalnya. Dia membuka pintu bangsal Rosemary, dan menyuruh dua orang petugas laki-laki masuk ke dalam. Rosemary tengah menatap ke arah mereka dengan pandangan redup. Kelopak matanya hanya terbuka setengah, sedangkan bulu mata tebalnya tidak lagi lentik seperti dua bulan lalu. Ya, Rosemary Gold dinyatakan kehilangan akal sehatnya dua bulan lalu. Lantas dia dengan paksa di bawa ke Asylum tempat yang mana dia berada saat ini. Tempat yang menjadi rumah barunya dan harus dia terima, meski Rosemary menolak dan menyatakan dirinya tidaklah tidak waras. Tubuh Rosemary sangat kurus seperti dia tidak makan dengan benar selama dua bulan terakhir. Memang, Asylum menjadi tempat paling berbahaya baginya karena pasien lain mengambil jatah makanannya. Para petugas medis hanya membiarkan saja, dan tidak membantu Rosemary. Mereka hanya menertawakan Rosemary yang memasang wajah penuh amarah dan sorot membunuh yang sangat kuat. “Hei, gadis tidak waras cepatlah naik ke atas kursi roda!” perintah salah satu petugas medis berdagu kotak. Rosemary hanya menatap mereka dengan diam. Ekspresi datarnya senantiasa menjadi penghias wajahnya. Saat ini Rosemary sedang duduk di lantai dingin tanpa alas sambil memegang sebuah buku di tangannya, yang tidak lain adalah sebuah n****+ yang dia bawa dari kediamannya ketika petugas Asylum membawanya dengan paksa ke dalam mobil ambulans. “Aku masih waras.” Teriak Rosemary, suaranya bergetar marah, serta tatapan menghunus di lemparkan pada petugas medis berdagu kotak itu. “Apa? kau waras? Kalau kau waras untuk apa kau terkurung di dalam ruangan gelap dan pengap ini?” pria itu menggelengkan kepalanya, lalu dia kembali berucap dengan kasar, “lihatlah betapa buruknya dirimu sekarang!” “Mana ada orang gila mengaku kalau dirinya gila? Sudahlah, Mark. Kita angkat saja dia.” “Mengapa kalian masih mengobrol? Cepat bawa dia keluar.” Teriak petugas wanita yang berdiri di luar bangsal dengan nada kesal. Dia bertolak pinggang menyaksikan perdebatan mereka di dalam bangsal. “Aku sudah tidak tahan lagi dengan bau di sini. Cepatlah!” perintahnya agar mereka cepat-cepat membawa Rosemary keluar dari bangsal. Keadaan bangsal yang Rosemary tempati sangat kumuh seperti jarang dibersihkan. Bau pesing dan kotor4n bercampur menjadi satu, sehingga siapa saja yang berada di dalam sana merasa tidak nyaman. Namun, tidak dengan Rosemary yang sudah sangat terbiasa. “Jon, bantu aku mengangkat gadis ini. Dia sangat kotor karena tidak mandi selama beberapa hari. Benar-benar menyebalkan karena harus mengurus orang tidak waras seperti dia.” Ujar Mark jejap ketika dia mengangkat tubuh Rosemary bersama rekannya Jon—ke kursi roda yang sudah mereka siapkan. “Aku sudah bilang kalau aku tidak tidak waras!” Teriak Rosemary dengan nada lantang sambil menjambak rambut Mark. “Ah! Gadis tidak waras, jangan berani menjambak rambutku.” Mark dengan kesal meraih tangan Rosemary dan mencubitnya dengan kasar, hingga membuat Rosemary menangis. “Hentikan Mark! kau menyakitinya. Meskipun dia tidak waras, tetapi dia juga manusia.” Cegah jon menghentikan intimidasi yang dilakukan oleh Mark kepada Rosemary. Jon menatap iba pada Rosemary yang tersedu sambil memeluk n****+ yang senantiasa dia bawa. “Huh!” Mark keluar dari bangsal dengan langkah cepat, memperbaiki tatanan pada rambutnya yang dijambak oleh Rosemary. Sementara, Jon mendorong kursi roda Rosemary. Membawa gadis itu keluar dari bangsal. Setidaknya, Jon masih punya rasa kemanusiaan, meski dia juga tidak senang ketika harus mengurus Rosemary. Di antara semua pasien Asylum hanya Rosemary Gold yang sangat mampu membuat para petugas medis menjadi naik darah. Gadis itu sangat menyebalkan juga menjadi cengeng sewaktu-waktu, tetapi kadang juga bisa menjadi sangat pemarah dan memiliki tatapan tajam bak psikopat. “Tuan, waktu Anda hanya 10 menit. Jadi tolong pergunakan waktu Anda dengan sebaik mungkin.” Kata wanita itu pada Raymond Gold yang tengah menunggu kedatangan putrinya. Meskipun Raymond Gold terlihat tidak peduli, tetapi hatinya teriris oleh sembilu melihat keadaan Rosemary seperti mayat hidup. Dia bergegas menjangkau gadis itu dan memindainya dengan teliti. Raymond Gold geram karena Rosemary tidak mendapatkan perawatan yang semestinya, terlihat dari keadaannya yang tidak terawat dan makin memburuk. “Kenapa putriku menjadi seperti ini? Aku tidak membawa putriku kemari untuk dianiaya, melainkan supaya dia bisa sembuh. Apakah kalian semua di sini sudah tidak waras dan tidak memiliki kompetensi untuk merawat seorang pasien? Aku membayar mahal untuk pengobatan putriku, tetapi kalian malah memperlakukannya lebih hina daripada binatang?” cecar Raymond Gold dengan amarah yang membara di pada getaran nadanya. “Tuan Gold, Anda pikir kami tidak memberikan pengobatan yang semestinya pada putri Anda? Dialah yang tidak mau bekerja sama dan selalu menolak ketika diberikan obat. Dokter sudah menyerah dengannya. Dia sangat beruntung karena rumah sakit ini masih mau menerimanya. Mengapa Anda malah marah dan tidak mau bersyukur?” sergah petugas medis wanita tersebut dengan nada tinggi pula. “Ayah,” panggil Rosemary lirih. Raymond Gold segera berjongkok di depan Rosemary dan menghiraukan petugas medis itu. “kau mengenaliku, Nak?” Rosemary mengangguk. “Ayah, aku ingin pulang. Aku tidak mau … berada di sini … cepat bawa aku pulang … di sini … di sini sangat menakutkan, Ayah.” Ucap Rosemary terbata-bata. “Ka-kau,” Raymond Gold senang karena putrinya dapat mengenalinya, hingga dia tidak mampu berucap untuk beberapa saat. “Rosemary, Ayah akan membawamu pulang ketika kau sudah dinyatakan sembuh. kau tidak perlu khawatir karena Ayah pasti akan membawamu pulang. Ini semua salah Ayah karena telah membiarkanmu menjadi seperti ini, Rosemary. Andaikan saja … andaikan saja Ayah memperhatikanmu dengan lebih baik lagi.” Raymond Gold tak kuasa menahan air matanya sehingga dia terisak di depan Rosemary, sedangkan gadis itu mengulum senyum licik. Sementara, petugas wanita tadi memutar bola mata malas. “Waktu berkunjung sudah habis, Tuan Gold, Anda bisa kembali menjenguk putri Anda Minggu depan. Mark, Jon cepat bawa pasien kembali ke bangsal.” Mark serta Jon melaksanakan perintah dari wanita itu, mendorong kursi roda Rosemary. “Rosemary, Ayah akan segera membawamu pulang. kau harus bekerjasama dengan dokter agar kembali pulih.” Rosemary menengok kebelakang, memberikan anggukan pada Raymond Gold. Lantas dia kembali diantar menuju bangsalnya. “Sudah jam makan siang. Kalian selesaikan tugas kalian, setelah itu pergi makan siang. Aku akan pergi lebih dulu.” Ujar wanita itu, berlalu meninggalkan mereka di tengah perjalanan menuju bangsal Rosemary. “Bukankah dia juga harus makan siang?” Jon bertanya. “Mungkin petugas dapur sudah membawakan makan siangnya. Ngomong-ngomong, Jon, aku ada urusan mendesak dengan pasien lain. kau antar dia ke bangsal. Oke?” pinta Mark dengan smirk halus pada ujung bibirnya yang tidak diketahui oleh Jon. Jon mengangguk; polos. “Baiklah.” Dia melanjutkan mendorong kursi roda Rosemary, tetapi setelah beberapa langkah, Jon berhenti. “Uhm, sepertinya aku harus segera ke kamar mandi. Nona Gold, apakah kau mau menunggu di sini? Aku tidak akan lama.” Rosemary memberikan tatapan persetujuan pada Jon, sehingga pria itu tidak ragu untuk meninggalkan Rosemary sendirian. Di tengah koridor sepi, tetapi Rosemary dapat merasakan kehadiran orang lain di sana. Dia mendongak dan tersenyum karena para pasien lain akan segera menghampirinya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN