Tubuhnya terlentang melawan matahari yang bersinar pada puncaknya. Begitu terang dan panas terik seperti akan membakar kulitnya. Suasana di sekitar sangat senyap, tidak ada suara sama sekali mengusik gadis yang matanya masih tertutup. Meskipun matahari tengah menyengat kulitnya dengan panas yang luar biasa.
“Dia sepertinya akan sadar.”
“Nona tidak mati, dia hanya pingsan.”
Bau menyengat seperti sampah menusuk indra penciumannya, barulah pada saat itu, gadis tersebut menggerakkan kepalanya, tetapi matanya masih tetap terpejam seakan enggan untuk menyapa sang mentari yang tengah berada di atasnya.
“Haruskah kita mencari sesuatu untuk melindunginya dari sengatan matahari?”
“Sengatan matahari bisa membangunkannya. Jadi biarkan saja agar Nona cepat terbangun.”
Untuk beberapa saat dia semakin intens menggelengkan kepalanya karena bau busuk yang menyengat hidungnya. Dengan memaksakan kelopak matanya agar terbuka, dia mendapati sinar matahari menyapanya lebih dulu.
“Kenapa kita tidak menggoyangkan badannya saja?”
“kau pikir kita bisa menyentuhnya dengan tangan kita?”
Kemudian, dia kembali menutup matanya karena sang mentari sangat menyilaukan kedua matanya. Dia mencoba menggerakkan tangannya hanya sekadar untuk menutupi matanya sengatan sinar matahari.
“Aku lupa. Eh, dia menutup matanya lagi. Apa perlu kita mengambil air dan menyiramkannya?”
“Silahkan saja jika kau ingin lenyap dari dunia ini ketika Nona terbangun nanti. Jangan salahkan aku karena tidak memperingatkanmu.”
Perlahan dia membuka matanya kembali dengan sedikit takut-takut kelopak matanya bergetar bersamaan dengan bulu matanya yang tebal dan panjang.
Mata gadis itu tidak terbuka sepenuhnya karena cahaya matahari masih bisa masuk melalui celah-celah pada jarinya. Dia mengamati di sekitarnya, tetapi tidak ada siapa pun.
“Akhirnya, Nona membuka matanya.”
“Apakah dia bisa mendengar atau melihat kita?”
“Aku tidak yakin.”
Dia merasakan keheningan masih menyelimuti tempat di mana dia terlentang melawan matahari. Seingatnya dia berada di Asylum dan dianiaya oleh para pasien sampai dia merasa jantungnya telah berhenti berdetak. Namun, yang terjadi saat ini membuatnya kebingungan.
Gadis itu bangun dan menegakkan badannya dengan tiba-tiba. Dia mengamati tangannya, serta jari-jari yang masih utuh, mengamati badannya yang baik-baik saja tanpa ada luka sedikitpun. Lantas meraba wajahnya, meski tidak begitu lembut, tetapi tidak ada bekas luka baru. Terakhir dia menyentuh kepalanya dengan kedua tangan. Dia sangat ingat kalau kepalanya dihantam menggunakan n****+ tebal oleh salah satu pasien.
“Ah! Dia membuatku kaget saja. Mengapa bangun dengan tiba-tiba?”
“Nona apakah Anda bisa melihat kami?”
“Apakah aku sudah mati dan berada di neraka sekarang, ataukah masih hidup, tetapi dibuang?”
Hanya rasa lelah yang dia rasakan menekan seluruh badannya. Rosemary merasakan sengatan matahari semakin membuat kulitnya terbakar. Dia menyentuh tenggorokannya yang terasa kering.
“Dia tidak bisa melihat ataupun mendengar kita setelah pengejaran itu. Nona tidak sadarkan diri selama dua hari menyebabkan mata batinnya tertutup.”
“Lalu apa yang harus kita lakukan?”
“Untuk sementara kita hanya perlu tetap berada di sisinya sampai mata batin Nona terbuka kembali.”
“Ah, aku haus sekali. Ke mana mereka membuangku? Selama dua bulan dikurung dalam sangkar yang dinamakan Asylum, akhirnya mereka melepaskanku juga. Haha … haha!” Rosemary tertawa renyah. Dia merasakan kebebasan karena telah berada di ruang terbuka dan dapat melihat matahari kembali. Dia tidak terkurung lagi dalam sangkar bau. Akan tetapi, dia juga merasakan kekecewaan karena orang tuanya menganggapnya tidak waras hingga membuangnya.
“Mengapa dia tertawa seperti kehilangan akal? Apakah p*********n itu membuatnya tidak waras?”
“Jaga mulutmu!”
“Cogh! Cogh! Jack s**t! Aku sangat haus. Di mana tempat ini?” mata Rosemary memindai keadaan sekitar yang dilingkupi oleh pepohonan besar dan semak-semak berduri. “Hollyshit! Bukankah ini hutan?!”
Dia berada di tengah pepohonan besar menjulang tinggi. Namun sinar matahari masih dapat masuk menembus pepohonan tersebut. Sementara, semak-semak berduri yang belum pernah Rosemary lihat sebelumnya berada di sela-sela pohon. Tempat itu tidak terlihat memiliki jalan keluar masuk.
Rosemary tertawa getir melihat pemandangan sekitarnya. Dia kebingungan dan bertanya-tanya pada dirinya sendiri.
Rosemary sebenarnya waras, tetapi dokter Black dengan tega mengatakan bahwa, dia tidak waras sehingga orang tuanya membiarkan dia dirawat di Asylum.
Dengan terpaksa Rosemary tidak melawan, semasih dia bisa membawa satu n****+ bersamanya karena Emma Gold telah membakar koleksi n****+ Rosemary. Hanya satu n****+ yang dapat dia selamatkan dari kemarahan Emma, dan setelah itu dia mengamuk segera dibawa ke Asylum.
“Hahaha!” Rosemary tertawa sambil menangis di waktu yang bersamaan. Dia merasa terpuruk dengan keadaannya saat ini.
“Dia baru sadar kalau saat ini sedang berada di dalam hutan tertutup. Jangan-jangan dia kehilangan ingatannya.”
“Bukan itu yang harus kita pikirkan sekarang. Melainkan bagaimana menuntun Nona agar bisa keluar dari hutan ini.”
“Dia tidak bisa mendengar ataupun melihat kita, dan kita tidak bisa menyentuhnya. Aku tidak mau terkurung dalam hutan ini. Aku ingin pulang ke kastil dan makan masakan enak.”
Rosemary beranjak, tetapi dia mendapati sesuatu yang cukup aneh. Dia baru sadar kalau pakaian yang dia kenakan tidak sama seperti pakaian yang dia gunakan di Asylum. Pakaian yang dia kenakan memang kotor dan compang-camping, tetapi saat ini dia mengenakan gaun aneh yang tidak pernah dia lihat, bukannya mengenakan seragam pasien.
“Gaun? Kenapa aku bisa menggunakan gaun aneh ini? Aku juga tidak mengalami luka. Kenapa sangat aneh?Aku sangat penasaran ke mana mereka membuangku.” Dengan kekuatan yang masih tersisa dia berjalan perlahan-lahan sambil mencari jalan keluar. “Tidak ada jalan yang dapat aku temukan.”
Kaki Rosemary terhenti karena dia hanya dapat melihat semak-semak berduri dan pohon-pohon besar.
“Baguslah kalau Nona ingin keluar dari hutan ini. Sekaranglah saatnya kita bisa keluar dari hutan ini.”
“kau tidak lihat kalau tempat ini tidak memiliki jalan? Mereka menghempaskan tubuh Nona kemari.”
“Aku lupa! Aku lupa! Tidak bisakah kita saja yang keluar dari sini?”
“Kalau begitu kau pergi duluan. Aku akan bersama Nona sampai dia bisa keluar dari sini dengan selamat.”
“Aku putus asa.”
“Bagaimana cara mereka membawaku kemari? Aku harus keluar dari sini dan membalas dendam.” Teriak Rosemary dengan nada tinggi hingga burung-burung beterbangan dari dahan pohon besar.
Mereka tampaknya takut akan gema dari teriakan Rosemary. Kedua makhluk yang tak terlihat itu ikut terlonjak kaget. Bisa-bisanya di tengah hutan seperti ini Rosemary berteriak lantang.
“Dia akan membuat dirinya tertangkap jika masih impulsif seperti ini.”