Bab 100 Kepanikan Arkan

1258 Kata
“Sayang. Aku pikir kamu akan suka liburan di tempat ini,” bujuk Lisa kepada Arkan. Wanita berpakaian dress merah nan elegan itu terdiam sejenak. Lalu, dengan sedikit keragu-raguan di hatinya, melanjutkan dengan nada bersalah. “Maafkan aku karena ternyata tiba-tiba harus menghadiri pesta seperti ini.” Sang aktor yang sibuk berdiri menghindari kerumunan di sisi jendela kaca tinggi, tidak menjawab apa pun. Keningnya mengencang hebat sembari meminum minumannya. Mata menatap ke arah luar langit malam yang berbintang indah. Wajah Lisa memuram dengan cepat. Pria itu lagi-lagi bersikap dingin. Menghadiri pesta ini bukanlah kesengajaan. Memang karena kebetulan saja dari pihak agensinya mendapat undangan di sebuah pesta sosialita kelas atas dengan banyak calon sponsor yang hadir, mau tak mau dia pun harus datang ke tempat ini meski dalam keadaan mendadak mendapat tugas tersebut. Supermodel cantik ini menduga kalau Arkan berpikir pasti tengah menjebaknya untuk dipamerkan di depan semua orang. Sikapnya yang tidak masuk akal akhir-akhir ini dan seolah mulai menunjukkan sifat posesif, serta keras kepalanya, membuat pria itu jelas-jelas ingin menjaga jarak meski pada akhirnya akan membujuknya dengan sangat menenangkan. Namun, Lisa tahu, kalau Arkan tidak suka wanita manja dan cengeng yang mengemis hanya demi cinta. Lisa hendak mendekat, membujuknya kembali, tapi keduluan seorang pendatang yang muncul tiba-tiba dari arah tak disangka-sangka. “Ah! Aktor nasional kita! Arkan sang Top Star!” seru seorang pria umur 40 tahunan dengan wajah bangga, berpakaian jas ala pebisnis kelas atas. Berjalan ke arah Arkan yang berbalik ketika namanya disebut. Sebelah kening Arkan naik dengan ekspresi terkejut. Aktor tampan kita ini memakai tuxedo hitam dengan sangat menawan dan gagah. Gaya rambut formalnya menambah kesan kuat dalam pembawaan dan sikapnya. Angkuh, dingin, dan arogan di saat yang sama. Tetap berkharisma dan menggoda para hati tamu wanita yang diam-diam mengamatinya dari jauh sejak tadi. “Tuan Ferdinand? Lama tidak jumpa,” balasnya cukup antusias, menerima jabat tangan sang lawan bicara. Pria bernama Ferdinand itu mengangguk sembari tertawa bangga, lalu melirik ke arah Lisa yang berdiri 1 meter darinya. “Dia benar-benar tunangan yang cantik. Aku harap persiapan pernikahan kalian berjalan lancar sampai hari H. Jangan pikirkan masalah gosip yang sedang merajalela saat ini. Itu hanya bumbu-bumbu menarik agar membuat semuanya menjadi lebih bersemangat. Bukan begitu, Nona Lisa?” Pria tadi yang sudah selesai berjabat tangan dengan Arkan, kini menoleh ke arah Lisa, mengulurkan tangan yang disambut sangat ramah dan sopan oleh sang wanita. “Senang bertemu dengan Anda juga, Tuan Ferdinand. Ayah saya pasti sangat senang mengetahui Anda telah kembali dari luar negeri.” Tuan Ferdinand tertawa bangga. “Ayahmu memang sangat menarik! Kapan-kapan, aku akan datang berkunjung ke rumah kalian. Eng... atau... aku berkunjung ke rumah baru kalian saja nantinya?” godanya dengan nada dan sikap dibuat-buat, terlihat alami dalam menjilat kedua orang di depannya. “Tentu saja. Kenapa tidak, Tuan Ferdinand? Sebuah kebanggaan Anda bisa hadir di acara resepsi pernikahan kami nanti. Apalagi datang berkunjung ke rumah kecil kami nantinya,” ujar Lisa merendah, tersenyum lebar, dan melirik ke arah Arkan yang ternyata sama sekali tidak memperhatikan perbincangannya dengan tamu pria itu. Wajah kelam Lisa jatuh dengan cepat. Apa yang sedang dipikirkan oleh tunangannya? Apakah karena wanita yang sudah tidur dengannya baru-baru ini? Hati Lisa tenggelam hebat. Dia tahu soal wanita yang datang ke kamar Arkan di saat dirinya keluar menemui orang penting. Bagaimana dia bisa tahu? Tentu saja dia tidak mematai-matainya seperti dulu, melainkan karena tidak sengaja. Tidak sengaja mendengarkan erangan panas dari balik pintu kamar pria itu. Mungkin saking panasnya kegiatannya dengan wanita sialan yang entah siapa itu, membuatnya lupa kalau mereka sedang berada di hotel. Untungnya, ruangan yang mereka pilih adalah ruangan VIP yang jarang bisa dipesan oleh orang biasa. Jadi, tidak banyak yang tahu soal kebiasaaan Arkan kembali kumat. Sayangnya, walaupun itu adalah ruangan VIP yang dijadikan tempat memadu kasih, kegiatan mereka sepertinya terlampau liar sampai ruangan yang seharusnya bisa meredam suara di dalam, malah bisa lolos samar-samar sampai terdengar di depan pintu dengan sangat menjijikkan. Saat Lisa berdiri di depan pintu dan berniat membunyikan bel malam itu, hawa dingin langsung menggigitnya dari dalam. Dirinya bagaikan jatuh ke jurang tergelap, serasa langit jatuh menimpa kepalanya. Walau sudah tahu kalau Arkan adalah seorang playboy handal, tetap saja hatinya yang lemah lembut dan rapuh penuh cinta terhadap sang pria bisa tergores dan terluka dengan mudah. Entah Arkan berbohong di panti asuhan dulu kepada media, atau sekarang dia kembali pada kebiasaan buruknya karena stres semua kontrak dan jadwalnya ditahan oleh sang manager. Lisa tidak tahu pasti penyebabnya. Arkan punya temperamen buruk di saat kemarahannya sudah mencapai batas. Sangat buruk sampai semua orang harus berpikir ekstra untuk tidak membuatnya menjadi semakin parah. Dirinya sendiri yang terkenal dengan reputasi suka merajuk jika sedang badmood, sampai-sampai tidak berdaya dan mengalah untuk tidak menyinggung sang aktor. Tuan Ferdinan kembali tertawa. “Baiklah! Kalau begitu, aku permisi dulu! Istriku sudah mencari-cariku di seberang sana. Jangan sampai aku yang kelihatan bersama aktor tampan yang sangat terkenal ini malah dicap puber kedua. Bahaya, bukan?” sindirnya dengan kening digerak-gerakkan jahil, menatap Arkan dengan sedikit godaan berbahaya akan reputasi playboynya. “Anda bisa saja, Tuan Ferdinand,” balas Arkan kecut, tapi tetap profesional meladeninya, karena dia tahu siapa pria tua itu di dunia bisnis selama ini. “Jaga Lisa baik-baik. Dia adalah harta karun yang sangat langka. Kalian benar-benar serasi. Aku rasa, sudah saatnya petualangan panasmu berakhir, Nak. Punya anak itu sangat menyenangkan, loh!” Arkan tertawa dingin samar-samar mendengar nada bicaranya yang menggurui, apalagi berkata begitu sambil menepuk-nepuk sebelah bahunya dengan gaya sok bijak dan kebapakan. Jiak saja dia bukan pria yang dikenal oleh ayahnya, sudah pasti tidak akan menahan diri seperti ini. Begitu Tuan Ferdinan pergi, Arkan bergegas menepuk-nepuk jasnya yang disentuh olehnya tadi seolah membersihkan debu kotor menjijikkan di sana. “Jangan tersinggung begitu. Bagaimanapun, apa yang dikatakannya tidak ada salahnya, bukan? Aku harap kamu tidak akan marah dan memasukkannya ke dalam hati. Saran dan nasihatnya memang bagus. Punya anak memang adalah ide yang sangat menarik.” Arkan yang mendengar ucapan Lisa yang sangat lembut penuh bujuk rayu, sama sekali tidak tergerak, dia malah meliriknya dingin dengan wajah gelap menakutkan. Lisa tidak mundur! Dia malah mendekat dan meraih sebelah lengannya sebelum membuka komentar soal anak yang dibahasnya. Kemudian tersenyum licik yang anggun sembari berbisik diam-diam di dekatnya, “kalau kamu ingin aku berubah, dan sesuai dengan apa yang kamu inginkan, bukankah kamu juga harus melakukan hal yang sama?” “Apa kamu sedang mengancamku?” sinis Arkan, hendak menyentak lepas pelukan lengannya. Lisa tidak goyah, dia harus melakukan sesuatu sebelum rencana pernikahannya dalam bahaya! Lengan sang aktor dipeluk semakin kuat. “Mengancam? Kenapa kamu merasa seperti itu? Apa takut karena kejadian kemarin? Atau sama sekali tidak punya hati nurani merasa bersalah di hadapan tunanganmu ini?” Mendengar sindiran tajam, tapi diucapkan sangat halus dan super lembut itu, membuat sang aktor jadi semakin menggelap menakutkan. “Kalau sudah tahu, sebaiknya diam saja. Pernikahan kita bukanlah pernikahan sungguhan sejak awal. Jangan berharap yang tidak-tidak dalam hubungan ini.” “Kamu dingin sekali, Arkan sayangku,” bisik Lisa mesra, mendekatkan tubuhnya hendak mengecup sebelah pipi sang pria dengan nekatnya, tapi segera ditahan karena ponsel sang pria berbunyi. Tubuh Lisa hampir jatuh ke belakang, kesal bukan main! “Apa?! Apa katamu?!” seru Arkan kesal kepada orang di seberang telepon, keningnya mengencang hebat seperti ada api yang membara di kedua bola matanya. “Benar. Kamu tidak salah dengar. Casilda dibawa keluar oleh salah seorang tamu di klub kami,” balas Elric dengan nada genit yang menggoda. Hati Arkan sang Top Star seketika jatuh ke titik beku. Wajahnya sangat gelap mengerikan!
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN