Bab 81 Kemurniannya Direnggut oleh Sang Aktor 3

1533 Kata
*** WARNING: RATE 21 PLUS *** BIJAKLAH DALAM MEMBACA! SEMUA INI HANYALAH IMAJINASI DAN KARANGAN AUTHOR. YANG J E L E K DAN BURUK, JANGAN DITIRU! MOHON MAAF ATAS KETIDAKNYAMANANNYA! ---------------------------------------------- "Tentu saja itu adalah urusanku," bentaknya geram, meraih dagu Casilda, mendongakkannya kuat, mata saling bertemu. "Kamu lupa? Kamu sekarang adalah milikku! Kamu terikat kontrak denganku." Casilda meringis gelap, sudah mau menggigit wajah Arkan sampai robek-robek rasanya! "Aku bilang akan melunasi denda kontraknya juga, kan?! Aku akan membayarmu!" kekeuh Casilda menatapnya murka, sudah merasa gila karenanya. Arkan hanya memberikan tatapan malas, tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Casilda. "Kamu sungguh ingin jual diri? Jika tidak sanggup disentuh olehku saja, bagaimana yang lain? Kamu hanyalah kumpulan lemak, juga sudah tidak perawan, apalagi tidak menarik sama sekali seperti gembel. Pria mana yang sudi membelimu selain rasa kasihan seperti yang aku miliki?" "CUKUP! Rasa kasihan? Kamu pikir itu rasa kasihan?! Aku tidak butuh rasa kasihanmu! Untuk apa kasihan kepadaku? Otakmu rusak?! Simpan saja itu untuk dirimu sendiri!" "KAU!" geram Arkan, mencubit dagunya hingga Casilda merintih sakit. Matanya menyipit marah. "Lepaskan aku!" bentak Casilda galak, wajahnya mengeras kuat. Arkan tertawa jahat, "lepaskan? Aku belum memeriksa di bawah sini!" Arkan mencengkeram celana dalamnya sambil bertatapan mata dengan sang wanita yang kembali syok. Pria kurang ajar! maki Casilda dengan hati mendingin. "Lepaskan aku! Apa kamu tidak jijik menyentuhku?! Lepassss!!!" peringat Casilda murka, menggeliatkan diri hendak lepas sekuat tenaga, tapi gerakan itu malah membuat dadanya sang aktor menyalakan api yang membakar aliran darah prianya secara perlahan. Denyar aneh mulai muncul di kedua mata Arkan, saliva ditelan kuat. "Aku belum memeriksa benda kotormu ini. Jadi, jangan banyak bergerak!" geram Arkan, menahan kuat kedua tangan Casilda dengan satu tangan hingga sang wanita menjerit bagaikan tulangnya akan patah. Sementara tangan satunya sudah menarik turun benda segitiga itu dari peraduannya. "Sakit! Dasar pria jahat!" jerit Casilda penuh emosi, dadanya naik-turun. Tidak kepikiran lagi soal Arkan yang sudah berbuat hal tidak bermoral di tubuhnya. Kedua tulang pergelangan tangan Casilda benar-benar sudah mau hancur oleh tekanan pria itu di atas kepalanya! Air mata wanita ini bahkan sudah meluruh semakin banyak, meringis kesakitan luar biasa. Kakinya di bawah sana hendak melawan, tapi kedua kaki Arkan menahannya dengan sempurna. Dengan cepat, Arkan membuka resleting celananya sembari mencium gelisah dan tak sabaran di ceruk leher Casilda untuk merangsangnya. Napas sang aktor pendek-pendek oleh desakan biologis dari seorang pria dewasa. Ratu Casilda Wijaya membatu hebat. Dunianya seolah runtuh, gelap dan sunyi. "Ayo, kita periksa benda kotor milikmu di bawah sana," bisik Arkan jahat dengan suara rendah seksinya, lalu mengulum mesra dan nakal daun telinga sang wanita. Hati Casilda mendingin hingga ke titik beku. Dia benar-benar sungguh sial bertemu pria seperti Arkan. Semua harga dirinya benar-benar ditelanjangi dan diinjak-injak tanpa ampun. Setelah dipermalukan dan dihina dengan kejamnya, kini pria itu ingin menodainya? Tatapan mata Casilda berubah hampa, berhenti melawan setelah paham usahanya sia-sia belaka. Terdiam kaku menatap langit-langit mobil, persis boneka rusak yang bodoh, dan saat ini di bawah sana, milik Arkan sudah saling sapa dengan miliknya. Hati Casilda retak jutaan keping, mencelos dingin, menarik segala ekspresi dari wajahnya yang sudah mirip mayat itu. Sekujur tubuhnya kehilangan tenaga, mata dipejamkan pasrah, dan air matanya meluruh hebat tiada henti. Hatinya seperti dipotong. Sakit sekali! Sedangkan Arkan yang ada di atas tubuhnya, meremas kedua tangan Casilda yang ditahannya kuat-kuat, lalu merendahkan bagian bawah tubuhnya menekan tubuh Casilda sambil mendesah pelan. Bibir pria ini gemetar merasakan sensasi bagaikan disetrum listrik itu. "Aaah... Casilda... " bisik Arkan seksi, mendongakkan kepalanya sambil memejamkan mata, merasakan kenikmatan lega menghantam sekujur tubuhnya. Suara sang aktor sangat lirih dan merdu di udara. Tubuh Casilda menegang pucat. Mulut terkunci, matanya terpejam lebih kuat. Kedua tangannya yang ditekan oleh Arkan mengepal erat menahan rasa sakit dan putus asa yang mengiris-ngiris hatinya. Ekspresi wanita yang memejamkan mata ini, begitu sedih dan terluka. Terisak pelan dan lirih. Sang aktor terus mendesah nikmat, sangat seksi dan bersemangat menikmati kegiatannya itu. "Benda kotormu enak juga rupanya..." ucap Arkan puas, gemetar dengan tawa gugup dan senangnya yang begitu jelas, terus bergerak intense di bawah sana. Wajah gelisah tampannya terlihat bahagia sambil masih memejamkan mata menikmati sentuhan berbahaya itu. Kepalanya kemudian menunduk diliputi dengan ekspresi puas dan nikmat, kening bertaut pasrah. Ekspresi Arkan melunak lembut, rapuh dan tak berdaya. Begitu tenang dan lega seiring semakin lama menginvasi Casilda. Bulu matanya melambai-lambai lembut oleh getaran kenikmatan yang naik ke wajah tampannya. Seketika saja sudah mulai keringatan seksi. Di luar, mobil hitam mewah itu akhirnya bergoyang lembut oleh ritme tertentu. Sialnya, di tempat ini jarang sekali ada orang yang lewat. Kesialan Casilda, akhirnya bertambah lebih banyak daripada sebelumnya. *** Beberapa saat kemudian, ruang tamu di teras rumah Casilda sudah berisik oleh perbincangan yang tak pernah akan disangka-sangka oleh siapa pun. "Oh, jadi dia ini teman sekaligus bos barumu, ya, nak?" tanya ibu Casilda, senang melihat ke arah Arkan sambil tersenyum lebar. Casilda yang muram, tersenyum kaku sambil menginjak kaki Arkan yang baru saja bersalaman senang dengan ibunya. Pria itu kini sudah memakai kumis tipis palsu sambil memakai topi dan kacamata minus palsu. "Benar, tante. Mulai sekarang, Casilda adalah asisten pribadi saya. Jadi, dia akan tinggal di mansion saya sesekali dalam seminggu. Saya harap tante tidak keberatan soal ini." Ibu Casilda yang menilai wajah Arkan yang sangat tampan meski berkumis itu, lalu mengangguk cepat, terlihat sangat setuju. Wajahnya sangat cerah, mata berbinar terang. "Saya senang Casilda akhirnya bisa bekerja dengan baik dan tidak perlu bekerja keras lagi seperti biasa. Dengan begini, saya jadi ikutan tenang." Ibu Casilda lalu beralih kepada anaknya yang duduk di sebelah, meraih tangannya sambil tersenyum, mengingatkan dengan tulus: "Kerja yang baik, ya, Casilda. Nak Ezra tampaknya adalah pria baik-baik. Kamu saaaaangat beruntung punya bos baru pengertian seperti dia." "Aha... ahahaha.... baik, bu," ucap Casilda dengan tawa anehnya, tersenyum bagaikan orang sakit gigi. Beruntung apanya?! Pria berengsek itu hampir saja memperkosanya! Untung saja dia tidak selesai sampai akhir! Sialan! 'Lihat? Kamu baru dilatih seperti ini saja sudah tidak sanggup. Masih sok mau jual diri segala. Sok tegar dan berani! Tidak tahu malu!' Kalimat Arkan berputar di dalam kepala Casilda ketika melirik pria penuh kepalsuan itu tengah tertawa sopan kepada ibunya. Wajah Casilda menggelap pucat. Jantungnya kembali berdetak gila memikirkan hal nyaris yang menimpanya. Arkan tidak melakukannya, tidak menerobos masuk sampai akhir. Pria itu hanya menggesekkan miliknya ke lembah pribadinya. Berniat menakut-nakutinya semata. Bajingan! Dia benar-benar pria binatang! maki Casilda geram. Kedua tangannya mengepal marah mengingat perlakuan kasar Arkan. Gigi digigit kuat-kuat, melirik pria itu yang kini tampak kalem dan super tenang. Tidak menunjukkan tanda-tanda baru saja berbuat hal tidak pantas kepadanya. Benar-benar pria b******n!!! Namun, meski hanya menggesekkan milik pria itu ke miliknya, Casilda sudah merasa benar-benar seperti ternodai. Dia, kan, tidak pernah melakukan hal semacam itu meski dulu punya beberapa pacar, dan juga orang yang sangat dicintainya! Aktor sialan itu bukan hanya memperkosa hidupnya, tapi juga kemurniannya! Kalau sifat aslinya itu ketahuan para wanita, apa jadinya? Casilda lalu teringat status playboy yang disandang oleh Arkan, semakin pucat menggelap. Lupa kalau status sialannya itu membuat namanya malah makin meroket. Ugh.... Dia sudah berbuat apa sampai kena kutuk bertemu Arkan dalam hidupnya? Sambil pura-pura mendengarkan percakapan Arkan dan ibunya yang terdengar ramah penuh tawa dan canda, Casilda merenung dalam soal jual diri. Dia benar-benar bertekad melakukannya. Benar-benar tidak ingin melihat Arkan lagi untuk seterusnya selama sisa hidupnya. Kejadian di mobil tadi sudah membuat semangat hidup Casilda hilang separuh. Dia memang berniat jual diri, tapi diperlakukan seperti itu di saat dirinya masih ingin menyimpan kemurniannya di masa-masa akhir, membuat hatinya sangat sedih. Arkan mungkin berpikir dia tidak akan laku, kan? Pria itu terlalu merendahkan dirinya. Wanita ini masih ingat soal program klub pelacuran yang didengarnya di pesta topeng pria itu. Dia berniat untuk menggadaikan dirinya masuk ke program tersebut. Walaupun dia enggan melakukannya dan terjerumus masuk ke lembah hitam itu, asalkan tidak melihat dan bersinggungan dengan Arkan lagi, mungkin tidak akan begitu buruk, kan? Jika benar dia bisa mandiri di tempat kotor itu, dan suatu hari benar akan ada pria yang bersedia menebusnya, maka itu mungkin jauh lebih baik daripada disiksa dan dihina tanpa ada rasa kemanusiaan di dalamnya. "Nah! Bagaimana, Casilda? Apa kamu setuju?" sang ibu menepuk punggung tangannya pelan, menatap sang anak yang menaikkan pandangan dalam keadaan bingung. "Ya?" Casilda terbodoh sesaat. Arkan meliriknya dingin, mulut terkatup rapat. "Ibu bilang, bagaimana kalau kamu pindah saja ke mansion nak Ezra? Dengan begitu, kamu akan bekerja lebih baik, bukan?" "A-apa?!" Casilda tergagap, merasa salah dengar. Hawa dingin dan gelap menjatuhi tubuhnya. Tinggal di mansion luas bersama pria dengan sifat bejatnya begitu? Ibunya sadar ngomong apa sama anak perawannya? "Jangan khawatirkan ibumu. Aku akan menyewakan perawat profesional di sini. Jadi, kamu tidak perlu mencemaskan apa pun. Kebutuhan dasarnya juga akan aku tanggung," imbuh Arkan dengan nada sok dewasa dan bijak, bertingkah super baik layaknya seorang dermawan berhati emas Akting tentu saja, wahai para pembaca! Mata dingin dan liciknya melirik Casilda yang terlihat linglung. Wanita ini tidak mengerti dengan keadaan baru yang menimpanya. Senyum jahat mempesona Arkan yang begitu licik membuat hati Casilda seolah ditumpahi air es di dadanya, turun cepat hingga ke perut, membuatnya jadi merasakan firasat tidak enak. Seketika saja perutnya terasa melilit! Wajah Casilda keringat gelisah, punggung mendingin dengan hebat. Apa lagi rencana pria jahat ini kepadanya?
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN