Pangeran Terbuang

1424 Kata
 Suara hentakan kuda terdengar seperti dentuman kematian. Dua kubu dengan dua pakaian prajurit berbeda, berlari menuju ke titik tengah pertempuran. Dentingan pedang beradu memenuhi setiap dataran luas itu, darah mulai membasahi tanah kering. "Habisi mereka semua!" Sang Panglima dengan wajah terutup oleh pelindung kepala dan topeng yang selalu menutupi rupa wajahnya memberikan perintah pada semua pasukannya. Di medan perang itu dialah pemimpin pasukan tertinggi, Panglima muda yang saat ini berusia 22 tahun, hari ini adalah hari kelahirannya. Dan semua pasukannya yang berperang hari ini akan mempersembahkan kemenangan sebagai hadiah ulang tahun untuk Panglima muda mereka. Matahari terus bergerak, kini sang matahari sudah berada di atas kepala mereka. Dan artinya sudah setengah hari pertempuran itu terjadi. Kuda coklat tua melaju dengan berani bersama dengan sang tuan yang memegang senjatanya dengan kuat dan yakin. Dari arah berlawanan kuda hitam dan tuannya juga melaju kencang. Ting.. pedang itu beradu. Disusul dengan bunyi dentingan nyaring yang lain. Masing-masing dari mereka tak mau kalah. Sang Panglima muda tak pernah kalah dalam pertempurannya. Sejak usianya 14 tahun, ia sudah berada di medan perang. Mengikuti sang Panglima Agung yang sudah pensiun saat ini. Seperti Panglima Agung sebelumnya, Panglima muda yang dua tahun lalu telah dianugrahi gelar Panglima Agung oleh Kaisar Aestland. Sebuah gelar yang tak salah disematkan pada ksatria yang siap mengorbankan jiwa dan raganya untuk kekaisaran Aesland. Srat... kepala pemimpin pasukan lawan, sang raja Eztaman yang terkenal tangguh telah terguling di tanah. Dengan matinya sang raja maka pertempuran itu berakhir dengan kemenangan Aestland. "Hadiahkan kepala Raja Eztaman untuk Yang Mulia Kaisar!" "Baik, Panglima." Jenderal kepercayaan Sang Panglima meraih kepala Raja Eztaman. "Kerahkan pasukan ke Kerajaan Eztaman, kita akan berpesta di sana." "Laksanakan, Panglima." Pasukan Aestland melaju ke pusat kota Eztaman. Semua penghuni kerajaan Eztaman sudah tahu jika raja mereka dikalahkan, dan mau tidak mau mereka harus menerima kekalahan jika mereka ingin hidup. Sampai di kerajaan, semua makanan dan perjamuan telah disiapkan. Pesta kemenangan sekaligus pesta perayaan ulang tahun Sang Panglima telah dilaksanakan. Sang Panglima bangkit, "Teruskan pestanya!" Ia pergi tanpa mendengarkan balasan dari jendral kepercayaannya. Di jembatan kerajaan itu, Panglima itu berdiri. Memandangi bulan dan langit malam yang pekat. Mata hitamnya memperlihatkan luka yang tak ada obatnya. Luka yang sudah ia rasakan sejak ia belum bisa berlari dengan benar. Seperti inilah ia ketika hari kelahirannya datang. Memandangi bulan seakan ia sedang bicara dengan bulan tersebut. && Setelah perjalanan beberapa hari, pasukan Aestland bersama dengan Panglima Agung mereka telah kembali ke istana. Di dalam wilayah istana, tepatnya di depan balai utama istana, telah berbaris rapi pasukan menyambut kedatangan ksatria Aestland yang tersohor. Kaisar Aestland menyambut kedatangan Sang Panglima yang merupakan putra keduanya. "Panglima Agung memberi salam pada Yang Mulia Kaisar." Panglima itu berlutut memberi hormat, diikuti dengan beberapa jendral yang berbaris beberapa kaki di belakangnya. "Berdirilah, Pangeran Ethaan!" Kaisar Edvill memerintahkan putranya untuk berdiri. "Kau membawakan kemenangan lagi untuk kekaisaran ini." Suara berwibawa itu menunjukan bahwa saat ini kemenangan Ethaan membuat sang Kaisar merasa senang. Ethaan berdiri dari posisinya, "Aku dikirim ke medan perang untuk mendapatkan kemenangan." Kaisar Edvill tahu kalimat itu bermakna sindiran untuknya, "Perjamuan untuk kemenanganmu dan pasukanmu sudah disiapkan, nikmatilah!" "Terimakasih atas kebaikan, Yang Mulia." Untuk menghormati Kaisar Aestland, Ethaan akan duduk di tempat perjamuan. Meski ia asing dengan kerajaan tapi ia akan hadir untuk perjamuan atas kemenangannya. Sambutan itu berlalu, Ethaan telah membersihkan tubuhnya di tenda militer. Ia tidak punya tempat tinggal di istana, jadi satu-satunya yang bisa ia datangi adalah tenda militer, tempat yang beberapa tahun terakhir sering ia datangi untuk melatih prajurit secara langsung. Ethaan memang tidak diizinkan tinggal dikerajaan tapi ia masih bisa datang ke kerajaan untuk urusan pekerjaan. Jam perjamuan sudah tiba, Ethaan melangkah gagah ke tempat perjamuan itu. Di dalam sana telah diisi oleh beberapa orang, para pangeran dan putra mahkota serta para jendral yang ikut berperang bersama dengan Ethaan, sementara para prajurit, mereka berpesta di tempat yang lebih luas dengan jamuan yang telah disiapkan oleh koki kerajaan. "Selamat untuk kemenanganmu, Pangeran Kedua." Putra Mahkota kekaisaran Aestland memberikan selamat pada adiknya. "Terimakasih, Putra Mahkota." Satu-satunya pangeran yang bisa memasuki kehidupan Ethaan adalah sang putra mahkota. Sementara 5 pangeran lainnya tidak peduli pada keberadaan Ethaan karena bagi mereka Ethaan tidak pantas menjadi pangeran. Ibu Ethaan adalah wanita dari kasta rendah, seorang gadis desa yang bekerja sebagai pelayan di kerjaaan. Sementara ibu ke enam pangeran lainnya adalah putri dari keluarga bangsawan yang berpengaruh. Ibu putra mahkota adalah putri mantan perdana menteri dan juga cucu dari panglima perang yang telah membuat kekaisaran Aestland ditakuti. Ibu pangeran ketiga dan kelima yang saat ini menjadi ratu adalah adik bungsu dari Menteri kehakiman yang sekarang menjabat. Ibu pangeran keempat adalah putri bangsawan Artemyst yang memiliki usaha dagang yang sangat maju. Ibu pangeran ke enam adalah cucu dari Menteri Pertahanan sebelumnya dan ibu dari pangeran ketujuh adalah putri Bangsawan kaya raya yang berasal dari daratan Cina. Semua pangeran memiliki latar belakang keluarga yang baik. Hanya Ethaan sendiri yang tak memiliki dukungan apapun, itulah sebabnya kehadirannya sering diremehkan. Ethaan mengambil tempat duduk tepat di sebelah Putra Mahkota. Ethaan adalah orang yang akan terus berdiri di sebelah putra mahkota. Orang yang akan menjadi perisai untuk Putra Mahkota. Hal ini sudah terjadi sejak beberapa tahun lalu. Ethaan ditugaskan oleh sang Kaisar untuk menjaga Putra Mahkota. Oleh sebab itu Ethaan sering mengalami beberapa kali situasi bahaya ketika ia mendampingi Putra Mahkota ketika bepergian. Putra Mahkota jarang mengikuti perang, itu karena Kaisar Aestland tidak ingin kehilangan penerusnya. Ia lebih memerintahkan Putra Mahkota Aldwick untuk mengurusi pemerintahan namun Putra Mahkota bukan orang yang lemah yang bisa dengan mudah dilenyapkan. Meski ia jarang turun perang tapi percayalah, kekuatannya sama dengan kekuatan Ethaan. Ia dan Ethaan adalah dua pangeran yang berlatih dengan guru beladiri yang sama, Mantan Panglima Agung sebelumnya. "Yang Mulia Kaisar memasuki ruangan!" Suara pengawal membuat semua orang berdiri. Kaisar Edvill melangkah gagah menuju ke tempat duduknya yang terdapat di tempat yang tertinggi di ruangan itu. Ketika Kaisar Edvill telah duduk maka semua yang ada di ruangan itu duduk kembali. Para penari masuk ke dalam ruangan itu, sebelum para perjamuan pasti akan ada hiburan. Dan yang datang kali ini adalah para peanri tebaik yang ada di kerajaan. Wanita-wanita cantik yang memiliki harapan bisa menjadi salah satu wanita dari orang-orang yang ada di ruangan itu. Ethaan tak begitu tertarik dengan para penari, ia menikmati arak yang ada di cangkirnya. Dan seperti biasanya, Ethaan akan meninggalkan perjamuan itusetelah Kaisar Edvill meninggalkan ruangan. && "Panglima Agung menghadap Yang Mulia Kaisar." Ethaan memberi hormat pada Kaisar Edvill. "Duduklah! Ayah memiliki hal yang ingin dikatakan." Kaisar Edvill tetap menyebut dirinya seorang Ayah setelah ia mengirim putranya keluar dari istana. Ethaan duduk, ia tidak tahu apa yang ingin ayahnya katakan. "Ayah telah mengatur pernikahanmu dengan Putri Pertama Perdana Menteri." Ethaan tak bereaksi, ia tahu hal seperti ini akan terjadi. Usianya sudah matang untuk menikah. Bahkan Putra Mahkota yang seusia dengannya sudah menikah dengan putri dari sebuah kerajaan dibawah kekaisaran Aestland. Ethaan harusnya sudah menikah saat ini tapi karena ia jarang berada di kerajaan Sang Kaisar menunda pernikahan. "Pernikahanmu akan diadakan 2 minggu lagi. Dan minggu depan kau harus bertemu dengannya." "Hamba akan mengurus pernikahanku sendiri. Tidak perlu menggunakan acara kerajaan karena hamba bukan keluarga kerajaan." Ethaan akan menikah tapi ia tidak ingin menikah dengan adat kerajaan. "Kau putraku, Pangeran. Dan itu juga menghina Perdana Menteri, Pangeran." "Kalau begitu batalkan saja pernikahan." "Baiklah. Ayah akan membicarakan ini dengan Perdana Menteri." "Jika sudah selesai Hamba akan keluar dari tempat ini." "Baiklah. Kau boleh pergi." Ethaan berdiri, memberi hormat lalu segera keluar dari ruangan kerja sang ayah. Ethaan kembali ke kediamannya. Rumahnya berada beberapa kilometer dari gerbang istana. Ia tinggal di rumah yang cukup besar untuk ditinggali sendirian. Di sekitar kediamannya terdapat banyak pengawal kerajaan yang berjaga di sana. Meski tinggal di luar kerajaan, ia tetap Pangeran kedua yang berhak menerima penjagaan. "Satu minggu lagi, siapkan orang untuk membunuh putri pertama Perdana Menteri!" Ethaan memberi perintah pada pria dengan pakaian serba hitam yang berdiri di sebelahnya. Pria tersebut adalah bayangannya. Seseorang yang selalu mengurus pekerjaannya dengan baik. Seorang pria yang sangat ia percayai selain jendralnya. "Baik, Yang Mulia." Pria itu segera keluar dari kediaman Ethaan. "Tidak cukupkah aku dibuang keluar kerajaan? Dan sekarang aku harus menikah dengan wanita yang juga terbuang dikeluarganya?" Wajah Ethaan terlihat sangat dingin. Ia tidak bisa menerima pernikahan ini. Ayahnya benar-benar kejam, bagaimana mungkin ia dinikahkan dengan wanita yang juga terbuang di keluarganya. Wanita yang menurut rumor memiliki wajah buruk rupa dan juga bodoh. Tidak, Ethaan tidak bisa memiliki istri seperti itu. Ia hanya akan menanggung beban dan penghinaan dari orang-orang disekitarnya. Dan rasanya Ethaan sudah sangat muak dengan penghinaan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN