"Mas ... Mas Nurhan ...."
Gumilar bangun dari rebahannya saat menyadari sang suami tidak ada di ranjang mereka.
"Mas," panggil Gumilar sekali lagi, tidak adanya jawaban yang laki laki itu berikan membuat Gumilar yakin kalau sang suami tidak ada di kamar mandi yang ada di sudut kamarnya.
"Mas Nurhan ke mana, ya," gumam Gumilar sembari menuruni ranjang, wanita itu hapal betul dengan siklus tidur sang suami yang bagus, laki laki itu hampir tidak pernah begadang jadi jika kini sang suami bangun di tengah malam seperti sekarang ini maka bisa dia pastikan ada sesuatu yang tidak beres.
Baru saja wanita cantik berambut panjang itu berniat keluar kamar untuk mencari sang suami, indera pendengarannya menangkap suara deru mesin kendaraan, suara mobil sang suami yang baru saja kembali. Gumilar langsung berjalan cepat mendekati jendela dan membuka tirai, ia melihat lampu mobil Nurhan padam.
"Mas Nurhan dari mana malam malam begini?" gumam Gumilar yang lalu langsung keluar dari kamarnya untuk menyambut sang suami karena rasa penasarannya.
"Sayang, kamu bangun?" tanya Nurhan karena tepat saat laki laki itu memasuki rumah saat itu pula Gumilar keluar dari kamar mereka.
"Mas, kamu dari mana?" tanya Gumilar sambil meraih tangan sang suami lalu di ciumnya.
"Nanti Mas ceritain, sekarang tolong ambilin Mas minum dulu, ya," pinta Nurhan, dengan begitu cekatan Gumilar berjalan ke dapur untuk mengambilkan sang suami segelas air minum.
Setelah Nurhan menceritakan apa yang baru saja dia lakukan, sang istri yang duduk di sebelahnya menghela napas berat.
"Kok Mas Nurhan enggak bangunin aku sih?" tanya Gumilar lembut, seperti kepribadiannya yang memang lemah lembut, di tambah lagi dengan hatinya yang sedang merasakan trenyuh saat ini.
"Mas udah bangunin kamu, Sayang, tapi kamu tidurnya nyenyak banget. Mas enggak tega. Kamu enggak marah kan?" tanya Nurhan sambil mengelus pipi sang istri dengan penuh kasih sayang.
"Ya nggak mungkin lah aku marah, Mas, aku malah berterima kasih sama kamu karena kamu udah mau bantuin Betari. Galuh gimana?" tanya Gumilar yang selalu kepikiran pada gadis kecil itu.
"Awalnya dia ketakutan karena cuma berduaan sama ibunya di pos ronda malem malem begini, tapi pas Mas dateng dia seneng banget," jawab Nurhan dengan senyum lebar di wajahnya membuat sang istri juga tersenyum senang, "terus akhirnya Galuh keliatan lebih seneng waktu sampe di rumah simbahnya."
"Syukur deh, aku cuma kepikiran gimana anak itu kalau ibu sama bapaknya pisah nanti. Tapi aku juga kesel banget sama Dana, kok bisa bisanya dia ngebiarin anak sama istrinya keluar rumah malem malem, enggak boleh bawa motor lagi!"
"Udah, jangan terlalu emosi dong, sayang, yang penting sekarang kan Betari sama Galuh udah aman di rumah orang tuanya. Sekarang kita tidur lagi, yuk," ajak Nurhan sembari bangun dari duduknya, laki laki itu menggenggam jemari lentik sang istri sedari tadi.
"Iya, Mas," jawab Gumilar lalu mengikuti langkah sang suami kembali ke kamar mereka.
***
"Aku tuh enggak habis pikir sama Dana, bisa bisanya dia ngebiarin kamu sama Galuh pergi malem malem," kata Gumilar sambil menahan rasa geramnya, beruntung volume suaranya tidak ikut meninggi dan membuat mereka menjadi pusat perhatian orang orang di sekitar.
"Kalau aku justru malah seneng Mbak karena dia enggak nahan aku buat pergi, akhirnya aku bisa lepas dari dia," sahut Betari yang benar benar merasa lega sekarang setelah dia memutuskan untuk keluar dari rumah sang suami.
"Ya tapi kamu di biarin jalan kaki loh tengah malem, bawa Galuh pula. Oke lah dia enggak kasian sama kamu tapi Galuh itu anaknya, emang bener bener sakit jiwa tuh si Dana!" kata Gumilar yang begitu ikut merasa kesal dengan apa yang Dana lakukan.
"Mas Dana tuh ngelakuin itu karena ngira aku cuma nggertak aja, dia pikir aku enggak akan beneran pergi. Dia enggak tau kalau aku sama sekali enggak berat harta, padahal aku lebih ngutamain kewarasan aku!" jawab Betari, Gumilar menganggukkan kepalanya setuju.
"Iya, kamu harus tinggalin laki laki kayak dia. Kamu harus keluar dari keluarga toxic kayak keluarga mereka, aku yakin kamu akan mendapatkan kehidupan yang lebih baik," kata Gumilar memberi sang sahabat semangat.
"Iya, Mbak Gum akan selalu mendukung aku kan?" tanya Betari sambil menatap Gumilar.
"Tentu aja, Mbak akan dukung kamu sekuat tenaga. Dari kanan kiri depan belakang Mbak akan selalu dukung kamu!" kata Gumilar dengan penuh semangat, Betari terkekeh mendengarnya.
"Oh iya, Dana sama sekali enggak nelpon kamu dari pagi?" tanya Gumilar penasaran.
"Tadi pagi dia nelpon, mungkin karena dia mau sarapan tapi enggak ada makanan. Enggak ada satu kata maaf pun dia ucap, dia malah marah marah minta aku sama Galuh pulang. Tapi aku tegasin lagi kalau aku udah bulat dengan keputusan aku buat pisah," jawab Betari, Gumilar menghela napas berat lagi lagi apa yang Betari ceritakan tentang suaminya adalah hal yang menyebalkan.
"Mbak jadi di jemput Mas Nurhan kan?" tanya Betari pada wanita yang duduk di sebelahnya di atas kursi panjang warna warni bergambar aneka bunga dan kupu kupu.
"Iya, katanya kalau udah ada di parkiran Mas Nurhan ngabarin," jawab Gumilar yang memang tadi sudah menelepon sang suami.
"Aku titip Galuh ya, Mbak," pinta Betari, Gumilar mengangguk sambil tersenyum.
"Semoga semuanya lancar dan cepat selesai, ya," kata Gumilar lalu berganti Betari yang menganggukkan kepala sambil tersenyum.
"Galuh, udahan, yuk. Pakde Nurhan udah nungguin di parkiran," kata Gumilar pada bocah cantik yang sedang bermain perosotan di dalam wahana mandi bola, mereka berada di sebuah pusat perbelanjaan saat ini.
"Kok Pakde Nurhan jemput, kan, kita naik motor," kata Galuh yang sudah keluar dari wahana dan berdiri di depan Betari dan Gumilar.
"Iya, Galuh pulang sama Budhe Gum dan Pakde Nurhan dulu karena Ibu ada perlu setelah ini," jawab Betari sambil mengelus tangan sang putri, Galuh mengangguk mengerti. Mereka bertiga lalu keluar dari pusat perbelanjaan itu dan menemui Nurhan yang sudah menunggu.
"Itu pakde," kata Galuh melihat seorang laki laki berdiri di dekat mobilnya, gadis kecil itu berlari menghampiri lalu memeluk Nurhan yang memang sudah benar benar dekat dengannya. Betari dan Gumilar tersenyum melihatnya.
"Galuh masuk dulu, panas di luar," kata Nurhan sambil membuka pintu belakang mobilnya dan gadis kecil itu langsung masuk.
"Mas, maaf ya, ngerepotin lagi," kata Betari pada suami sahabatnya itu.
"Kamu ini, sungkan begitu kayak sama orang lain aja," jawab Nurhan, Gumilar tersenyum setuju sedangkan Betari malah tersenyum malu merasa sudah banyak merepotkan mereka berdua, "emangnya setelah dari sini kamu mau ke mana?"
"Aku mau ke pengadilan Agama Mas, mau mendaftarkan perceraian," jawab Betari, Nurhan menghela napas panjang. Perceraian memang bukan sesuatu yang baik tapi bagi Betari dia yakin itulah jalan yang terbaik.
"Ya udah, kamu hati hati ya, semoga semuanya lancar," jawab Nurhan sambil merangkul bahu sang istri dengan erat, Gumilar hanya tersenyum.
"Iya, makasih, Mas, Mbak," jawab Betari, Gumilar mengelus lengan sahabatnya itu sebagai tanda dukungan.
"Dadah ibu ...." ucap Galuh dengan ceria sambil melambaikan tangannya dari kaca mobil yang terbuka.
"Dadah sayang, ntar sore ibu jemput, ya," jawab Betari juga sambil melambaikan tangannya.
"Galuh abis beli apa sih di Mall?" tanya Nurhan pada gadis kecil yang duduk di kursi belakang mobilnya, Gumilar tersenyum sambil menatap gadis itu.
"Aku abis beli baju, kata Ibu baju yang ada di rumah ayah udah banyak yang kekecilan di rumah eyang juga baju aku sedikit. Sekarang kan aku sama ibu mau tinggal di rumah
eyang putri," jawab Galuh dengan polosnya membuat Gumilar dan sang suami saling pandang.
"Galuh enggak apa apa, enggak tinggal di rumah ayah lagi?" tanya Nurhan lagi, Gumilar hanya diam mendengarkan pembicaraan sang suami dengan putri sepupunya itu.
"Enggak apa apa, aku lebih suka tinggal di rumah eyang putri, kalau di rumah ayah pas ibu sama ayah kerja aku sama Nenek, Nenek enggak sayang aku, nenek lebih sayang Lisa," jawab Galuh, kembali Gumilar dan Nurhan saling pandang mereka iba pada Galuh karena ternyata orang tua Dana juga pilih kasih antara Galuh dan sepupunya.
"Tinggal di mana pun asal kamu bisa sama sama ibu dan kalian bisa bahagia, ya, Nak," kata Gumilar sambil menatap gadis kecil itu, Galuh mengangguk cepat.
Nurhan sudah menyelesaikan semua pekerjaannya hingga saat Gumilar meminta jemput laki laki itu sudah siap dan setelah membawa Gumilar dan Galuh ke rumahnya ia tidak lagi pergi ke pabrik atau pun ke toko.
"Budhe nanti kalau aku liburan sekolah, kita jalan jalan ya," pinta Galuh pada Gumilar yang sedang menemani sang suami menonton televisi tidak jauh dari mereka Galuh bermain main dengan bonekanya.
"Pengen jalan jalan ke mana sih, Luh?" tanya Nurhan yang langsung mengalihkan pandangan dari permainan sepak bola yang sedari tadi begitu menyita perhatiannya, laki laki itu memang seorang penggemar sepak bola.
"Aku pengen ke kebun binatang Pakde, pengen liat gajah," jawab Galuh dengan begitu ceria, Gumilar tersenyum melihat interaksi sang suami dengan gadis kecil itu.
Meski tidak pernah mengatakannya tapi jelas terlihat di mata Nurhan jika laki laki itu mengidamkan hadirnya seorang buah hati dalam hidupnya.
"Em ... gimana kalau hari Minggu ini kita ke kebun binatang?" tanya Nurhan tentu saja Galuh menyambutnya dengan riang gembira.
"Beneran, Pakde?" tanya Galuh dengan begitu gembira.
"Iya, tapi tanya dulu sama Budhe kamu. mau apa enggak?" kata Nurhan membuat Galuh langsung berpindah dari hadapan Nurhan ke hadapan Gumilar.
"Budhe mau, kita ke kebun binatang liat gajah?" tanya Bocah yang baru saja menjadi murid kelas satu sekolah dasar itu.
"Em ... gimana, ya," kata Gumilar untuk menggoda gadis kecil itu, "boleh deh. kita jalan jalan ke kebun binatang."
"Yyyeeee ... hore ... pakde, budhe Gum mau!" kata Galuh sambil melonjak lonjak gembira, Gadis itu lalu memeluk Nurhan membuat laki laki itu terkekeh kecil.
Gumilar merasakan hatinya menghangat melihat pemandangan itu. rasa hangat yang langsung menjalar sampai ke matanya, Gumilar menahan tangisnya.
"Kamu kenapa, Sayang?" tanya Nurhan setelah Galuh kembali bermain.
"Mas, maafin aku, seharusnya mas bisa bahagia dengan memiliki buah hati Mas sendiri," jawab Gumilar, Nurhan menggelengkan kepalanya sambil mengusap lembut air mata sang istri.
Mereka memang sudah kerap kali melakukan pemeriksaan ke dokter ahli dan memang menurut pemeriksaan itu Gumilar lah yang memiliki masalah pada sistem reproduksinya dan hingga sekarang terapi dan pengobatan yang mereka lakukan juga belum memberikan hasil.
"Sayang, Mas bahagia dengan kehidupan ini. Mas bahagia memiliki kamu, itu cukup. Mas enggak pernah mengharapkan sesuatu yang enggak bisa kamu berikan. Mas mohon jangan lagi kamu menyiksa diri dengan pikiran seperti ini."
Dengan begitu erat Nurhan memeluk sang istri, laki laki itu tidak pernah mempermasalahkan kekurangan sang istri.