3 . Pangeran Berkuda Putih

1920 Kata
Pangeran Berkuda Putih Hari minggu saatnya hari santai bagi semua orang. Hari ini Gustavo Orion memutuskan untuk berburu di hutan. Ia sudah siap dengan perlengkapan berburunya. Ia berjalan keluar, di sana sudah tertengger kuda putih kesayangannya. Kuda itu selalu menemani Gustavo selama bertahun-tahun untuk berburu. Sebetulnya alasan Gustavo selalu berburu bukan hanya sembarangan berburu. Tetapi dia juga mencari permata biru itu. Misi yang dua puluh tahun lalu yang ayahnya berikan. Gustavo selalu berpindah-pindah tempat. Karena wajahnya yang tidak menua, Gustavo takut orang di sekitarnya curiga mengenai usianya. Padahal usianya sudah ribuan tahun. Karena sebetulnya Gustavo bukan manusia. Melainkan anak dewa langit. Wajahnya tetap seperti lelaki berusia dua puluh tahun. Tetap tampan dan muda. “Kali ini aku berburu sendiri saja. Jika ada yang mau bertemu dengan ku. Buatkan janji di sore hari saja,” perintah Gustavo pada sang perdana menteri. Kegigihan Gustavo menghasilkan buah yang sangat manis. Ia menemukan pertambangan emas dan permata. Dengan kerja kerasnya akhirnya ia bisa membangun kastil megah yang ia tempati sekarang. Sayangnnya ia hanya hidup bersama perdana menteri, pengawal, pelayan dan prajurit perangnnya saja. Istananya yang indah membuat percuma di tinggali hanya karena ada pangeran saja di dalammya. Seharusnya di dalam istana itu ada seorang Raja dan Ratu. Juga ada pangeran dan putri kerajaan. Seorang Raja seharusnya ayah Gustavo Orion. Tapi itu tidak mungkin karena ayahnya adalah dewa langit. Jadi tidak mungkin hidup dalam bumi. Semua rakyat Moregestte menggantungkan hidupnya pada kerajaan Moregestte yang di pimpin pangeran Gustavo Orion yang sedikit kejam. Dalam waktu dua puluh tahun, Gustavo bisa menjadi pangeran di desa Moregestte ini. Ia belum bisa naik tahta menjadi raja karena belum menemukan seorang ratu. Banyak sekali yang ingin merebut kerajaan Moregestte. Karena tidak adanya seorang raja. Tapi tidak akan semudah itu melawan seorang Gustavo Orion yang aslinya jelmaan dewa. Belum ada yang mampu mengalahkan kemampuan pangeran Gustavo Orion. Sesampainya di hutan ia mulai memasang perangkap untuk menjebak mangsanya. Kemudian ia mengasah busur panah yang akan ia gunakan untuk berburu. Setelah selesai dengan persiapannya. Ia menyusuri hutan sambil mengawasi situasi di sekitarnya. Bisa saja ada makhluk buas yang akan menikamnya. Gustavo mengeluarkan kekuatannya. Cling! Cahaya muncul di sekitar tubuhnya, ia mencoba mencari keberadaan permata biru itu. Dua jam sudah Gustavo mencari permata itu, namun tidak seikitpun ada titik temunya. Setidaknya hanya sekedar clue. Ini tidak ada sama sekali. “Harus nunggu berapa lama lagi untuk menemukan permata biru itu? Apakah ayah membohongiku tentang ini?” Gustavo mendengus kesal. “AAggghhhhh!” tiba-tiba terdengar teriakan seorang gadis. Suara itu datang dari perangkap yang Gustavo buat tadi. Gustavo langsung menaiki kuda putih itu dan langsung bergegas menuju arah suara gadis itu. Mungkin saja gadis itu terkena perangkapnya. Sesampainya di tempat perangkap ia menemukan seorang gadis menggantung dengan kaki terikat tali yang ia buat untuk menangkap mangsa. Nampaknya ia sulit melepasnyannya. Kepala gadis itu terbalik kebawah sedangkan kakinya menggantung terikat tali. “Tolong! Please help me,” rengek gadis itu. “Sialan. Kenapa harus kamu yang kena perangkap ini. Sebentar,” Gustavo mendengus kesal. Ia mengeluarkan pedangnya dan… Sreeett.. ia memotong tali itu. Respek langsung menangkap gadis malang itu. Waktupun seakan berhenti. Keduanya saling memandang. Gadis itu begitu cantik dan bercahaya. Namun sepertinya sudah tak asing bagi Gustavo. “Kamu?” Gadis itu turun dari gendongan Gustavo. “Masang perangkap jangan sembarangan dong. Gimana kalo kena anak kecil? Kasian kan!” rempet gadis itu pada Gustavo. Gustavo mencoba mengingat-ingat gadis yang ada di hadapannya sekarang. Sepertinya ia sudah pernah bertemu sebelumnnya, “Aku tahu sekarang. Kamu Nada kan? Anak asuh dari panti asuhan Hana Hikari. Ya ampun mimpi apa aku bisa ketemu kamu lagi. Perempuan bawel menyebalkan seperti kamu,” ternyata Gustavo masing mengingat nama Nada. “HEH! Emang aku seneng apa ketemu. Pangeran menyedihkan macam kamu! Dengar pangeran angkuh. Aku engga pernah mau ketemu sama kamu!” Nada pergi tanpa terimakasih pada Gustavo, karena melepaskan perangkap itu. Tak jauh dari jaraknya tadi. Ia kembali berlari kearah Gustavo. “Harimau! Ada Harimau!” Nada terlihat ketakutan sekali. Tubuhnya bergetar di balik badan Gustavo Orion. Nada menjadikan tubuh Gustavo sebagai tamengnya. Benar saja, Harimau muncul dari semak semak. Gustavo langsung mengambil posisi di depan Nada. Ia besiap-siap dengan panahnya. “Tenang ada aku di sini!” Gustavo mencoba menenangkan Nada yang sedari tadi gemetaran hebat. Nada memegang erat bahu Gustavo dari belakang. Baru kali ini Nada masuk hutan bertemu binatang buas. Biasanya ia tak pernah menemui binatang buas. Sial sekali nasibnya hari ini. Sudah ketemu pangeran angkuh. Eh sekarang malah ketemu harimau. “Aaaauummm” Harimau itu mengerang dan mulai mendekati Gustavo. Nampaknya tidak ada sedikitpun rasa takut di wajah Gustavo. Dan… Gustavo mendorong Nada ke semak-semak. Kemudian ia memanah Harimau itu. Tapi Harimau itu tidak mau menyerah ia bangit lagi dan menyerang Gustavo. Dengan sigap Gustavo menangapnya. Terjadi pergulatan antara Gustavo dan Harimau itu. Nada meringis melihat kejadian itu. Harimau itu telah mencabik lengan dan perut Gustavo. Pasti sakit sekali. Nada ingin membantu tapi ia takut sekali. Nada memejamkan matanya dan menarik napasnya dalam dalam. Lalu ia membuka matanya lagi. Kemudian.. “Nyanyian Putri, pengabul mimpi. Pembawa senyum, penghapus sedih. Penyembuh luka.. Penghilang sakit.. Bernyanyi-nyanyi di atas langit.. Bersama bintang, keajaiban datang.. Penyembuh luka.. Penghilang sakit.. Duka pun hilang.. Bahagia datang..” lagu itu melantun merdu di bibir lembutnya Nada. Meskipun itu tidak membantu setidaknya Nada bisa lebih tenang dengan lagu itu. Nada terus memperhatikan pertempuran antara Gustavo dan harimau itu dari balik semak-semak. Ia sangat harap-harap cemas. Semoga saja Gustavo Orion bisa selamat dari perkelahian ini. Gustavo mengeluarkan pedangnya. Dan.. Jleb!!! Gustavo menikam Harimau itu tempat di jantungnya. Akhirnya Harimau itu mati. Melihat kejadian itu Nada langsung melihat kondisi Gustavo yang sudah berlumuran darah. “Kamu engga apa-apa?” bodoh Nada menoyor kepalanya sendiri. Sudah tahu Gustavo berlumuran darah. Tentu tidak bisa di bilang tidak apa-apa. Gustavo mengerang kesakitan. Tanpa berpikir panjang, Nada pergi meninggalkan Gustavo. “Heii!! Mau kemana?” teriak Gustavo sambil menahan sakitnya. Sial, sudah di tolong pergi pula ninggalin aku di sini sendirian. Bisa mati aku di sini. Rutuk Gustavo dalam hati. Tanpa berpikir panjang Gustavo akan mengeluarkan kekuatannya untuk menyembuhkan lukanya sendiri. Tapi, Nada kembali lagi dengan berbagai macam tumbuhan yang ia bawa. Gustavo mengurungkan niatnya untuk mengeluarkan kekuatannya. Bisa bahaya kalau kelihatan Nada. Bukannya sembuh lukanya. Ia malah akan kehilangan kekuatannya. Bisa-bisa Gustavo benar-benar mati, kalau sampai kehilangan kekutannya. Nada menggerus beberapa tanaman yang ia bawa tadi. Kemudian ia merobek lengan baju yang ia pakai. “Tahan sedikit yah, ini akan terasa sangat sakit.Tapi kamu pasti akan segera pulih,” Nada menekan luka di perut Gustavo. “Aaggghh!” Gustavo mencoba menahannya. Nada langsung menyiramkan ramuan tanaman yang ia racik tadi pada beberapa luka cakaran Harimau tadi di tangan Gustavo. “Minum ini, ramuan ini seengganya bisa membantu mengurangi pendarahan yang ada di perut kamu. Setelah ini kamu harus pergi ke tabib. Minta di jahit luka kamu,” layaknya seperti tabib yang sangat ahli Nada memberikan instruksi pada Gustavo. Jika saja Nada tadi tidak datang. Luka Gustavo pasti akan sembuh dengan kekuatan langit yang ia miliki. Tapi jika Nada melihat ia mengeluarkan kekuatannya, Gustavo akan menjadi lebih kesakitan dan kehilangan kekuatannya. “Kamu bisa berdiri?” tanpa berkata Gustavo mengangguk lemah. Nada melihat sekitarnya, ada kuda putih di balik pohon. “Itu kuda kamu?” lagi-lagi Gustavo hanya mengangguk tanpa kata. Pangeran berkuda putih, Gustavo Orion. Apakah dia pangeran ku? Bodoh Nada!! Selamatkan dulu Gustavo!! Sempat-sempatnya kamu berpikir seperti itu di situasi seperti ini. Nada bodoh! Umpat Nada dalam hati. Nada menuntun Gustavo kearah kuda putih itu berada. Gustavo mencoba naik ke atas kuda di bantu oleh Nada. Setelah selesai Nada berada di depan Gustavo. Ia mencoba menunggang kuda putih milik pangeran Gustavo. “Duh gimana yah,” “Pegang tali ini, kemudian kibaskan perlahan. Jangan terlalu kencang karena Pholepto akan kaget. Tarik dan Pholepto pasti akan berjalan,” bisik Gustavo tepat di belakang daun telinga Nada. Pholepto? Siapa? Mungkin nama kuda putih itu. “Baiklah, Pholepto. Kita berjalan menuju kastil pangeran!” Nada menuruti perkataan Gustavo. Sebelum itu ia lingkarkan tangan Gustavo di perutnya. “Pengang erat yah!” Pholepto berjalan kencang karena tadi Nada menariknya cukup keras. Dari belakang Gustavo mencoba mengendalikan Pholepto. Selang beberapa menit. Pholepto menjadi tenang dan berlari dengan kecepatan normal. “Sudah aku bilang, jangan terlalu kencang menariknya Pholepto akan terkejut benar kan?,” bisiknya lagi di dekat daun telinga Nada. Sedikit risih sebetulnya saat pangeran Gustavo membisikan itu. Posisi mereka memang terlalu sangat dekat. Tapi mau bagaimana lagi. Nada tidak mungkin meninggalkan Gustavo dengan luka seperti ini. Gustavo bisa mati kehabisan darah, kalau Nada meninggalkannya sendirian di hutan. Bagaimana kalau hewan buas lainnya datang. Bisa kacaulah semuanya. ******** Kerajaan Zdellaghoztte. Dua puluh tahun berlalu. Kerajaan Zdellaghoztte mempunyai pangeran baru. Setelah kabar memberitakan anak pertama ratu Niyya meninggal. Empat tahun kemudian ia mengandung lagi dan anak itu laki-laki. Tapi herannya penyihir jahat itu bangkit dan datang memberi kekacauan di kerajaan. Penyihir itu membuat pangeran menjadi lemah tak berdaya. “Kebohongan mu empat tahun yang lalu tentang anak mu. Aku telah mengetahuinya. Dan hukuman untuk pangeran adalah ia akan mati di usia tujuh belas tahun. Dan dia akan menderita dengan penyakit yang tidak bisa di sembuhkan. Hahhaha,” penyihir itu melayukan semua tanman, sawah dan perkebunan. Hewan-hewan di peternakanpun mati. “Ingat lah, Raja Zholagraf. Aku akan membuat pangeran Zhellograf jatuh cinta pada kakaknya sendiri. Putri yang kamu buang empat tahun yang lalu. Kutukan itu akan berlaku. Hahah,” kemudian penyihir jahat itu menghilang. Dan saat ini, ratu Niyya sangat cemas akan kutukan yang penyihir Grozu yang sangat kejam. Ratu Niyya sempat marah karena raja Zholagraf menyembunyikan kenyataan tentang anak pertamanya. Ternyata selama ini anak pertamanya tidak meninggal. Tapi raja buang karena takut penyihir Grozu bangkit kembali. Pada kenyataannya akhirnya penyihir Grozu bangkit dan mengacaukan semuanya. Kasihan sekali sampai-sampai anak keduanya, pangeran Zhellograp yang menjadi korbannya. Meskipun pada akhirnya peri langit bernama Jaisi sedikit membantu pangeran Zhellograp mengurangi rasa sakitnya. Peri Jaisi juga meramalkan bahwa akan adanya anak dewa langit dan Putri pemimpi yang akan mematahkan kutukan penyihir Grozu. Tapi kapan putri pemimpi dan dewa langit itu akan datang? Tapi, ratu Niyya harus yakin. Selama ini ramalan peri Jaisi tidak penah meleset. Semoga saja penderitaan ini akan segera selesai. Ia tidak tega melihat rakyatnya sengsara. Ratu Niyya meminta pada raja Zholagraf untuk mencari putri pertamanya sebelum penyihir Grozu menemukannya dan melenyapkan sang putri. Bagaimanapun hati seorang ibu. Tidak ingin anaknya terluka. Apalagi sampai di bunuh penyihir jahat macam penyihir Grozu. Penyihir Grozu terus mencari keberadaan sang putri yang di buang. Ia harus bisa melenyapkan sang putri untuk menguasai jagat raya ini. Ia akan mulai menghancurkan kerajaan manapun satu persatu. Ia sangat yakin sekali. Selama beberapa abad ini tertidur. Ia banyak membuat strategi untuk kembali menguasai jagat raya ini. Dengan susah payah kerajaan Zdellaghoztte mencoba bangit dari kehancuran. Raja memerintahkan rakyatnya untuk bersama-sama membangun semua yang telah hancur akibat kekacauan penyihir jahat Grozu. Sedikit-demi sedikit perekonomian kerajaan mulai lancar dan mulai bisa membantu juga perekonomian rakyat. Raja harus mulai bekerja sama dengan beberapa kerajaan lainnya untuk bisa mendongkrak masa kejayaannya. Raja Zholagraf Famoustte Zdellaghoztte, mulai melirik kerajaan di desa Moregestte. Katanya pangeran itu mempunyai beberapa pertamangan emas dan permata. Semoga saja pangeran itu bisa membantu dan mau di ajak bekerja sama dengannya. Raja Zholagraf Famoustte Zdellaghoztte sangat bersyukur karena rakyatnya tidak meninggalkan dirinya di saat terpuruk seperti ini. Mereka malah membantu bangkit dari situasi kehancuran. Baktinya pada kerajaan sungguh di acungkan jempol. Ia ingin meminta tolong pada peri. Namun peri hanya sebatas membantu sedikit saja. Karena kali ini kekuatan penyihir Grozu kali ini sangat kuat beberapa kali lipat. Tidurnya selama berabad-abad membuatnya semakin kuat dan menakutkan. “Kenapa bisa kacau seperti ini?” desah raja Zholagraf sambil menghembuskan napas beratnya. Ia sangat frustasi. Bagaimana garis keturunanya bisa mengkhianatinya. Harusnya anak pertamanya itu laki-laki. Tapi takdir malah menjadi bumerang baginya. Semua tidak sesuai dengan harapannya. Andai saja sang putri tidak lahir. Pastinya tidak akan ada kekacauan seperti ini. Kali ini ia hanya berharap, semoga ramalan peri Jaisi itu benar.  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN