PART. 14

941 Kata
Soleh duduk di atas motor yang terparkir di tepi jalan. Ia menunggu Cantika yang tengah membeli moleh mini dan onde-onde mini. Harganya sangat murah, hanya 10.000/20 biji. Tiba-tiba sebuat motor berhenti di depan motor Soleh. Wahyu dan Bayu. "Cantika cantik!" Panggil Bayu, Cantika menolehkan kepalanya lalu tersenyum pada Wahyu dan Bayu. "Kak Wahyu, kak Bayu, mau beli molen juga?" Tanyanya. "Nggak, kita cuma mau tanya, kapan lamaran kita diterima?" Tanya Wahyu. "Aku sudah pi...enghhh tanya Abba saja" jawab Cantika akhirnya, setelah melihat gelengan kepala dari Soleh, seakan memintanya agar ia tidak mengatakan tentang mereka. "Aku sudah tidak sabar, ingin tahu siapa yang akan terpilih, sepertinya aku sih ya" ujar Wahyu. "Aku!" Ujar Bayu. "Heyy aku pasti yang terpilih" tiba-tiba Very muncul di dekat mereka. "Tidak mungkin kalian bertiga, pasti aku!" Maulana juga ada di sana. Melihat ada Cantika di sana, mendekat juga beberapa pelamar lainnya yang kebetulan tengah membeli makanan di gerobak makanan yang berjejer di kiri kanan jalan. "Iiih kalian apaan sih, jamgan bikin keributan di sini aah, malu tahu!" "Kamu itu ibarat gula Cantika, makanya nih semut-semut pada kumpul di sini semua" ujar penjual molen. "Iih Paman nih bisa aja, nih uangnya 10.000, beli ya Man" "Jual Cantika cantik" sahut si penjual molen. "Aku aja yang antar pulang Cantika" "Aku aja" "Aku aja" "Aku pergi sama Paman Soleh, pulang ya sama Paman Soleh" sahut Cantika. "Apa sih enaknya pergi sama Paman-Paman Cantika?" Tanya Wahyu. "Enaknya, Paman Soleh sopan, nggak seperti kalian, ayo Paman kita pulang" "Bolehlah pulang pergi sama Paman Soleh. Asal jangan nikahnya sama Paman Soleh aja, ketuaan Cantika! Bujang lapuk!!" Seru Very. Cantika yang sudah naik di atas motor Soleh, turun lagi. Dicengkeramnya kerah T-Shirt Very. "Bilang apa tadi? Ngatain Paman Soleh bujang lapuk. Mau kamu aku pukul! Biar kecil begini aku bisa bela diri ya, jangan macam-nacam, minta maaf sama Paman Soleh sekarang!" Semua terdiam, tidak ada yang menyangka Cantika cantik bisa bersikap super galak seperti itu. "Aku bilang minta maaf sama Paman Soleh, sekarang!" "Eeh..iya cantik..iya..ehmm Paman Soleh maafkan ya, aku tadi cuma bercanda kok" ujar Very akhirnya. Soleh yang masih merasa syok dengan sikap Cantika hanya mengangguk saja. 'Dari lahir aku mengenalnya, dekat dengannya, tapi baru kali ini aku melihat dia marah seperti ini, dan itu karena membelaku, ya Allah, Cantika cantik sekarang kau lambungkan perasaanku, berikutnya apakah akan kau hempaskan aku seperti yang sudah-sudah?' "Ayo kita pulang Paman" Cantika kembali naik di atas motor, Soleh menjalankan motornya. Kepergian mereka diiringi tatapan semua orang yang masih merasa syok melihat kemarahan Cantika. "Kenapa bisa marah seperti tadi, seperti bukan Cantika cantiknya Paman Soleh?" "Mereka menghina Paman bujang lapuk, artinya mereka menghina calon suami Cantika. Cantika nggak mau dibilang punya suami bujang lapuk. Paman belum lapuk termakan usiakan? Paman masih gagah perkasakan?" "Apanya yang lapuk? Apanya yang perkasa? Kenapa kalau lapuk? Kenapa juga harus perkasa?" "Iiih Paman sudah ketularan Amma deh, banyak tanya!" "Paman cuma ingin tahu apa yang ada dipikiran Cantika tentang lapuk dan perkasa? Menurut Cantika, apa artinya?" "Lapuk ya..ya begitu...perkasa ya kekar..nih Paman tangannya kekar, badannya kekar, sama seperti Abba" "Ooh...jadi kalau Paman lapuk, Cantika malu punya suami Paman, itu artinya Cantika tidak bisa menerima Paman apa adanya" "Memang Paman beneran lapuk ya?" "Ya tidak, tapi sudah seharusnya suami istri itu bisa menerima kekurangan dan kelebihan masing-masing" "Ehmm seperti Amma yang bisa menerima ke lemotan Abba, dan Abba yang bisa menerima ke bawelan Amma" "Ehmm kalau Cantika apa kekurangannya?" Tanya Soleh. "Lemot kaya Abba" "Siapa yang bilang?" "Acil Rika" "Ehmm" "Kalau Paman Soleh, apa kekurangannya?" "Menurut Cantika apa?" "Umur Paman Soleh banyak, 35 lebih dari seperempat abad hihihi" 'Tuhkan benar, aku dibanting lagi, hhhh Cantikaku cantik masih sangat polos dan apa adanya' Belum tiba di rumah, hujan turun dengan tiba-tiba, terpaksa mereka berteduh di warung yang tidak buka. Kalau dipakasa tetap jalan, Soleh takut Cantika akan masuk angin. Dan bisa kena diare. "Dingin Paman" Cantika memeluk tubuhnya sendiri. Soleh melepas sarungnya, ia bungkus tubuh Cantika dengan sarungnya. "Paman telpon Abba ya, biar Cantika dijemput pakai mobil. Hujannya pasti lama baru berhenti. Kita berduaan di sini nanti bisa jadi fitnah" "Ehmm terserah Paman saja" Soleh menelpon Raka, minta Raka untuk menjemput Cantika. "Dingin Paman" "Sabar ya, tunggu sebentar lagi Abba datang" 'Iih Paman Soleh lemot nih! Nggak ngerti ya kalau aku minta dipeluk, seperti yang kemaren, enak dipeluk Paman Soleh, eeh..tapikan belum muhrim! Ya Allah ampuni dosaku, sudah berharap dipeluk pria yang belum jadi suamiku, ampuni aku ya Allah, aamiin' Raka datang sendirian. "Ia turun dengan membawa payung yang terkembang di tangannya. "Ayo kita pulang sayang, Soleh motor Cantika bawa saja ke rumahmu, kamu langsung pulang saja" "Ya kak" "Abba!" Seru Raka dan Cantika berbarengan. "Ehhmm iya Abba" "Cantika pulang duluan ya Paman Soleh, assalamuallaikum" "Walaikum salam" Cantika melambaikan tangannya, sarung Soleh masih membungkus tubuhnya. Soleh balas melambaikan tangan dengan senyum sumringah di bibirnya. 'Ingin sekali aku memberi kehangatan dengan pelukanku, tapi ini belum waktunya Cantika cantikku tersayang. Tapi secepatnya, aku pasti akan bisa memelukmu dan menghalau rasa dingin dari tubuhmu...eeh..pikiranku sepertinya sedang tidak beres. Astaghfirullah hal adzim...sadar Soleh...belum waktunya, bersabarlah sedikit lagi' -- Cantika tidur dengan tanpa melepaskan sarung Soleh dari tubuhnya. "Dipeluk sarung Paman Soleh aja enak, apa lagi dipeluk orangnya seperti kemaren, ummm untung aku belum terlambat, kalau terlambat bisa-bisa Paman Soleh diserobot Tante Niken, hmmmm..Paman Soleh sudah pernah peluk perempuan lain belum ya? Sudah pernah cium perempuan lain belum ya? Bagaimana kalau Paman Soleh juga sama seperti aku, belum pernah pelukan dan ciuman, lalu nanti siapa yang jadi meteornya..eeh..me.te.or..bukan..men..tor! Nah itu siapa nanti diantara kami yang jadi mentornya? Harusnya kan yang lebih tua. Tapi Paman Soleh cuma umurnya yang tua, soal peluk cium pasti tidak paham juga. Apa aku harus belajar sama Amma? Ataukah Paman Soleh yang harus belajar sama Abba? Atau...." Cantika akhirnya tertidur dengan berbagai pikiran dalam benaknya. ***BERSAMBUNG***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN