PART. 19

942 Kata
PART. 19 Cantika sudah ditimung, dilulur, dan kuku serta jemarinya sudah dihiasi pacar. Besok pagi akad nikah berlangsung. Panggung di halaman rumah Raka sudah dihiasi pelaminan khas Banjar. Tenda, meja dan kursi juga sudah dipersiapkan. Ibu-ibu yang membantu memasak riuh dengan candaan-candaan mereka yang membuat wajah Cantika memerah tersipu mendengarnya. Apa lagi ditambah godaan dari teman-teman perempuannya yang datang untuk meramaikan suasana. Keluarga dari Jakarta semua sudah datang. Keluarga Tari sebagian menginap di rumah almarhum kakeknya. Sebagian lagi menginap di hotel. Begitupun dengan keluarga Raka dan keluarga Soleh yang datang dari Jawa. - Raka baru pulang dari musholla usai sholat isya. "Abba" bisik Cantika pada Raka. "Ya sayang" "Pinjam ponsel Abba dong" "Buat apa?" "Mau telpon Paman Soleh" jawabnya sembari tengok kanan kiri, takut ada yang mendengar. "Ini, jangan kelamaan telponnya, nanti kemalaman tidur, besok bisa kesiangan" "Iya Abba, terimakasih Abba, Abba is the best" Cantika mengacungkan satu jempolnya. Lalu berlari menaiki tangga menuju kamarnya. "Kenapa dia?" Tanya Tari yang muncul dari dapur. "Biasa, pinjam ponsel" "Telpon Soleh?" "Siapa lagi!" "Hhhh ... anak gadis dimabuk cinta ya begitu. Untung mabuk cinta pas sudah mau nikah, Arka mana?" "Di depan, bagaimana di dapur? Apa ada yang masih kurang?" "Alhamdulillah, semuanya lancar Aa" "Jangan lupa di data tuh ibu-ibu yang bantu, siapkan amplop untuk mereka sebagai tanda terimakasih kita. Nanti amplopnya berikan setelah acara usai" "Iya Aa" "Ini Ayah, Bunda, dan yang lain pada ke mana?" "Kumpul di hotel, kasihan kalau di sini mereka tidak bisa istirahat, karena banyak orang" "Oooh, aku ke depan ya, lihat anak-anak yang bikin janur" "Iya Aa" "Kopi sama kuenya sudah disiapkan sayang?" "Sudah diantar ke depan Aa" "Siapkan juga nanti untuk makan mereka saat jam 12 malam ya, jam segitu biasanya pada lapar" "Siap Aaku sayang" "Jangan terlalu capek ya sayang, besok kita juga harus duduk dipelaminan seharian" "Iya Aa, aku kembali ke dapur ya, ehmm mau ke kamar Cantika dulu sebentar" "Iya" Raka tengok kanan kiri, lalu ... cup. Dikecupnya pipi Tari sekilas. "Ay lap yu" "Ehmm ay lap yu too" Raka melangkah ke luar, sementara Tari menaiki tangga. - Sementara itu di dalam kamar Cantika. "Assalamuallaikum Paman" "Walaikum salam Sayang" "Paman lagi ngapain?" "Lagi merindukan Cantika" "Ummm kata Amma itu namanya gombal!" "Oh ya" "Heum" "Tapi aku tidak sedang gombal, aku serius Sayang" "Paman" "Ya" "Sudah hapal belum?" "Apanya?" "Akad nikahnya, sudah hapal belum nama Cantika dan nama Abba?" "Sudah aku hapal dari beberapa tahun lalu Cantika sayang" "Iiih Paman makin gombal" "Satu minggu tidak bertemu, aku penasaran, ada yang berubah tidak dari Cantika?" "Iya dong, kulit Cantika tambah halus, tambah wangi, Cantika juga pakai pacar, Paman tambah ganteng tidak?" "Insya Allah tambah ganteng" "Paman nevrous tidak?" "Nervous Sayang" "Ya itu" "Nervous itu pasti, tapi semua sudah aku pasrahkan pada Allah. Yang penting sudah berusaha maksimal, dan terus berdoa agar semuanya dilancarkan, aamiin" "Aamiin, Paman" "Hmm" "Nanti kita tinggal di mana?" "Tinggal di rumahku Sayang" "Cantika belum lihai masak, tidak apa ya kalau nanti masakan Cantika kurang enak" "Iya, tidak apa, akukan sudah sering makan masakan Cantika" "Hihihi ... iya lupa, Pamankan tiap hari makan di sini" "Sudah, sekarang Cantika istirahat ya, biar besok terlihat segar" "Heum, ay lap yu Paman Soleh, assalamuallaikum" "Walaikum salam" Cantika mematikan ponselnya, kemudian ia menelpon Soleh lagi. Ia tidak tahu kalau Ammanya masuk ke dalam kamarnya. "Ada apa?" Tanya Soleh. "Ay lap yu Paman Soleh, Cantika sudah tidak sabar ingin dipeluk cium Paman Soleh" "Ay lap yu juga sayang, sabar ya, tinggal beberapa jam lagi " Cantika mematikan telponnya. "Sini Amma mau bicara sama Soleh" "Umm sudah Cantika matikan hpnya Amma" "Biar Amma yang telpon" Tari menelpon Soleh dengan ponsel Raka. "Ada apa lagi sayang, ay lap yu Cantika, ay lap yu, ay lap yu, masih kurang sayang? Peluk ciumnya besok malam saja ya Cantika cantikku tersayang" "Soleh!" Deg!! Jantung Soleh seperti berhenti berdetak. Nadinya seperti berhenti berdenyut. Tubuhnya langsung terasa panas dingin. Wajahnya merah padam. Lidahnya terasa kelu. Tangannya yang memegang ponsel bergetar. Sungguh, ia lebih suka mendengar suara geledek yang super nyaring, dari pada harus mendengar suara lembut Tari untuk saat ini. 'Ya Allah ... semoga Ammanya Cantika tidak marah, aamiin. Aduuh ini semua karena otakku yang mulai aneh sejak mau menikah, aaarrggghhhh apa yang harus aku katakan!' "Soleh! Kamu mendengarkan Ammakan?" Tanya Tari karena Soleh diam saja. "Eeh ... ooh, iya ... iya Kak Tari, eeh ... eeh, Amma" jawab Soleh gugup. "Kamarmu sudah selesai di renovasi?" "Sumudah Amma" "Ranjang dan lainnya sudah datang?" "Sudah Amma" "AC sudah dipasang?" "Iya, sudah juga Amma" "Hmm baguslah, artinya besok malam kalian bisa langsung tidur di sana" "I ... iya Amma" "Besok malam, kamu boleh peluk cium Cantika sepuasnya" ujar Tari dengan nada yang dibuat seserius mungkin. Padahal sesungguhnya Tari ingin tertawa sejak tadi, karena mendengar ay lap yu Soleh yang ia katakan berulang kali untuk Cantika. 'Hhhh Soleh ternyata bisa merayu juga, pantas saja Cantika tidak bisa jauh-jauh' "Soleh!" "Iya Amma" "Istirahat Soleh, biar besok semuanya berjalan lancar" "Iya Amma" "Assalamuallaikum" "Walaikum salam" "Paman Soleh merenovasi kamarnya ya Amma?" "Iya, biar kamu nyaman tinggal di sana. Amma tahu kamu tidak bisa tidur tanpa AC, kamu tahu meskipun kita tidak terpisah jauh, tapi tetap saja ada rasa takut di hati Amma" Tari mengusap lembut kepala Cantika. "Takut apa Amma?" "Takut kehilangan kasih sayang Cantika" "Ummm Amma, Cantika tidak akan lupa pada Amma dan Abba, nanti tiap hari juga Cantika pasti ke sini, numpang makan dan cuci pakaian hihihihi ... di rumah Paman Solehkan tidak ada asisten rumah tangga" "Sebenarnya Amma mau kalian tinggal di sini saja, kumpul sama Amma dan Abba, tapi kata Abba, kalian juga harus belajar mandiri. Untuk membamgun rumah tangga kalian sendiri" "Ehmm Amma, Cantika sayang Amma, sayang Abba juga" Cantika memeluk Tari dengan erat. Tari membalas pelukan putrinya dengan mata berkaca-kaca. ***BERSAMBUNG***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN