Sakit Hati

1933 Kata
Sisil tengah menatap langit-langit kamarnya, tidak tahu kenapa tiba-tiba pikirannya melayang ke mana-mana di mulai dari Nabil. Kak Angga dan David. Bisa di bilang David sekarang sudah masuk ke dalam orang yang terpenting sekarang bagi dirinya. Sisil juga mengaku kalau Sisil dekat dengan David ada rasa nyaman dan tenang. Tapi Sisil yakin kalau perasaan itu hanya perasaan biasa, yaitu hanya pertemanan. Sisil melihat ke arah Jam dinding di kamar dengan kedua kelopak matnya. Jam 7 malam dan Angga belum juga pulang. Angga kuliah di salah satu universitas terbaik di Surabaya, dia mengambil jurusan arsitek, sibuk? jangan di tanya. Itu sudah pasti, bahkan pulang saja laki-laki itu bisa sampek jam setengah 11 malam. Tapi kalau hari Juma't dan sabtu ia akan pulang cepat. Sekitar jam 5 sore paling lambat. Sisil bangkit dari tempat tidurnya dan mengambil ponsel di meja rias. Ada notif line masuk yang belum ia liat dan tentu itu dari David. Keluar yuk! Gue pengen liat kota Surabaya di malam hari, sama lo. Katanya lo punya tempat favorite di sini. Bisa ngajak gue? Sisil tersenyum membaca pesan dari laki-laki itu. Memang, tadi siang Sisil memberitahu kepada David kalau misalnya Sisil lagi bosan atau ngapain lah, dia akan nyari hiburan di tempat favoritenya itu. terkadang Sambil memotret sesuatu yang menurut Sisil menarik, satu informasi lagi, kalau hobi Sisil yaitu memotret sesuatu yang bagus atau bisa di bilang photographer. Hasil foto Sisil juga gak jelek-jelek amat bahkan terkesan bagus. Bagus banget malah! Kalai Kata Nabil itu juga. Jemput gue sekarang. Gue tunggu! Sisil membalas pesan David dengan semangat, di barengi suara bell di rumahnya. Sisil pun segera menaruh ponseln miliknya dan berlari ke arah ruang tamu untuk mengetahui siapa yang datang. Sisil membuka pintu. saat di liat gak ada siapa-siapa di luar, ia pun menoleh ke kanan dan ke kiri tetap tidak ada siapa-siapa. Membuat diriny sedikit kesal, kenapa harus ada yang iseng malem-malem begini sih? Saat Sisil mau melangkah, kakinya menyenggol sesuatu yang membuat Sisil akhirnya melihat ke bawah. Terlihat kotak kecil berwarna ungu di lantai, Sisil mengambil kotak itu dan kembali mengedarkan pandanganya untuk memastikan ada orang atau tidak. Sisil menghela nafas panjang lalu kembali masuk ke dalam rumah. Ia berjalan ke arah sofa ruang tamunya dan sedikit ada rasa ragu untuk membuka kotak tersebut. Setelah ia selesai membuka kadi tersebut Sisil menatap isinya heran, "Gantungan kunci?” Ucap Sisil bingung. Yap di dalam kotak itu berisi gantungan kunci perak yang liontinnya berbentuk kamera. Terlihat lucu dan menarik bagi Sisil. Gadis itu tersenyum lalu melihat ke dalam kotak itu lagi, Sisil menyalipkan rambutnya ke belakang telinga dan mengambil kertas post it berwarna hitam seperti yang di lokernya tadi siang. Udah lama sebenernya gue mau ngasih itu, tapi gue gak ada nyali heheh. Buat ngedeketin lo tuh efek lo dahsyat banget ! semoga lo suka ya Sil. - RA Sisil tertawa membaca pesan di post it tersebut dan pandangannya Kembali melihat gantungan kunci dari seseorang dengan nama samaran RA, “Not bad lah ya," gumamnya. Setelah itu, terdengar pintu terbuka, Sisil reflek menoleh dan terlihat Angga dengan wajah lusuhnya saat masuk ke dalam rumah. Tentu mengabaikan Sisil yang sedari tadi menunggu kehadiran Angga. "Gak makan dulu bang?" tawar Sisil. Berusaha untuk mencairkan suasana dan berharap Angga akan seperti dulu lagi. ia memang sangat rindu dengan sikap perhatian dan pengertian Angga. Kakaknya. "Udah di kampus!" jawabnya ketus, Sisil tersenyum samar sebagaimana hatinya sedikit ngilu mendengar jawaban Angga. "Gue mau keluar sama David, bentar kok,“ Tidak ada jawaban dari Angga bahkan Angga mengabaikan omongan Sisil dengan cara terus menaiki tangga menuju ke kamarnya, Sisil menghela nafas beranjak dari sofa untuk menutup pintunya. Capek? Tentu! Tetapi Sisil sebisa mungkin akan kuat dengan keadaan yang menurutnya baru. Tapi saat ingin menutup pintu, Mobil yang Sisil yakini itu mobil milik David baru saja berhenti di depan pagar, Sisil tersenyum lalu berlari ke arah kamar untuk mengambil jaket, kamera dan ponsel milikny. Sisil memakai celana hotpans dan jaket besar berwarna hitam yang ia ambil. Sisil mengalungkan kamera SLRnya dan mengantongi ponselnya. Lantas kembali keluar untuk menemui David. David memandang Sisil dari bawah sampai atas, memperhatikan penampilan Sisil yang terkesan simple. Lebih herannya lagi, saat Sisil membawa kamera "Bawa kamera?" Sisil mengangguk sebari tersenyum, "Pengen foto orang-orang yang nanti bakal tampil" "Lah emang ada apaan?" Tanya David heran. Sisil tidak menjawab, terkesan menghiraukan pertanyaan laki-laki itu lalu membuka pintu mobil David dan mendorongnya masuk ke dalam, "Kali ini gue yang nyetir oke? " Ucap Sisil sambil masuk ke dalam mobil lalu menancapkan gas menuju tempat yang ia tuju. ••••••••••••• Suara dentuman music terdengar, banyak anak-anak muda di situ sambil sesekali melakukan modern dance. David dan Sisil masuk ke dalam area tersebut. Mereka berdua berada di tempat perkumpulan street dance, yang biasa di pakai untuk battle dan tampilan – tampilan dance dari berbagai komunitas. Sisil mengotak atik SLRnya, memfokuskan kamerannya untuk siap memotret sesuatu yang baginya menarik. "Gue baru tau kalau di Surabaya ada tempat kek gini, gue kira cuma ada di film-film aja," kata David sambil mengedarkan pandangan kagumnya. Sisil terkekeh lalu memfokuskan kameranya ke arah David. Ckrek! David menoleh, lalu melotot saat menyadari kalau Sisil telah mengambil gambar dirinya. “Oh diem-diem lo pengen nyimpen foto gue ternyata,” “Pede bener,” Celetuk gadis itu. Sisil tertawa saat melihat hasil jepretannya. Hasil foto yang David sedang menoleh ke arah kanan dengan rambut yang sedikit acak-acakan terlihat tampan. “Tapi hasilnya bagus kok," kata Sisil tanpa melihat ke arah David sedikit pun. David hanga tersenyum penuh arti dan menyeggol Sisil yang sibuk mengabdikan foto-foto di situ "Ganteng ya gue? kaya Justin Bieber kan?" Sisil langsung melihat ke arah David dan menempelkan telapak tangannya ke kening laki-laki itu, Sisil mengangguk mengerti. "Pantes orang panas gini, kehabisan obat lo?” "Si monyet!" maki David dengan tawaan dan kedua kelopak matanya kembali melihat yang ada di sekitarnya. Sisil tertawa dan meninggalkan David di tempat, hanya untuk mengambil gambar yang lain. Inilah tempat Favorite Sisil, tempat penari jalanan yang ada di kota Surabaya. Setiap malam selalu ada, biasanya kalau ada Nabil ereka berdua kalau perasaannya lagi badmood atau bête mainnya ke sini untuk sekedar melihat komunitas-komunitas yang menunjukan bakatnya yang keren-keren. Sisil berjalan sambil sesekali mengambil gambar, dentuman music RnB dan Remix yang di buat oleh DJ di sana masih terdengar. Sisil juga kadang sesekali menggerakan badannya karena alunan lagu yang menurut Sisil enak. Sisil memberhentikan langkahnya saat melihat sesuatu yang baru di sini, yaitu ada 2 orang lelaki memakai topi yang sedang mengambar gravity dengan Pillox di tembok besar sana. Sisil tersenyum lalu mengarahkan kameranya kesitu dan mengambil gambarnya. Ckrek! Sisil melihat hasilnya, lalu langkahnya berniat untuk mendekat ke arah mereka. Sisil ingin mengambil gambar orang itu secara dekat. "Ah Anjing! Pillox warna item habis Vin!" ucap pria itu membuat Sisil memberhentikan langkahnya, Sisil tau suara itu, sangat, sangat tau! Pria itu membuang pillox ke sembarang arah, lalu berbalik, tapi karena Sisil yang tepat berada di belakang pria itu membuat pria tersebut berhenti mendadak dan menciptakan jarak dekat di antara mereka. Sisil terdiam saat siapa yang ada di depannya, lagi dan lagi Sisil bertemu dengan pria itu mendadak dan tidak terduga yang membuat Sisil merasakan sengatan listrik di dalam tubuhnya. "Loh Sisil?" Ucap Reon sedikit terkejut, sambil membuka topinya. “Kok ada di sini?” Gadis itu tersenyum kikuk,”He.. hei! " Sapa Sisil gagap, iaberusaha menormalkan sikapnya. "Lo sama siapa ke sini?“ Reon mengedarkan pandangannya ke sekitar. "Gue sama temen," Sisil mengelus tengkuknya dan tersenyum kikuk "Iya gue sama temen ke sini,” Lanjut Sisil lagi. "David? di mana dia? " tanyanya sambil melihat lagi ke kanan dan kek kiri mencari sesosok David. Sisil mengerutkan keningnya, merasa aneh dengan Reon yang mengetahui nama David yang jelas-jelas kalau David adalah anak baru di sekolahnya. "Lihat-lihat mungkin,” Reon mengangguk lalu tersenyum ke arah Sisil, demi tuhan! Sisil meleleh melihat senyuman Reon. Sisil emang benar-benar setuju kalau Reon lebih lebih lebiih ttaaaaaammmpppaaaan! "Umm... lo sering ya gambar-gambar gravity gini di tembok-tembok gitu?" Tanya Sisil berusaha mencairkan suasana. Reon melihat ke arah Sisil "Hampir setiap hari," jawabnya sambil menyeringai. “Hobi dong?" Reon mengangguk mengiyakan. "Lo sering banget ke sini?" Tanya Reon yang di balas anggukan juga oleh Sisil. Sisil menoleh ke arah ke kanan berniat mencari David. Tapi saat menoleh membuat Sisil diam terpaku melihat apa yang ada di depannya. Membuat hati Sisil sesak dan hancur, Sisil bersumpah kalau ini sangat-sangat menyakitkan. Sangat menyakitkan melihat orang yang kita kagum-kagumi selama bertahun tahun sedang bermesraan dengan gadis cantik di sana. Nalen, Nalen sedang bermesraan dengan salah satu penari yang selalu Sisil dan Nabil lihat kalau dia sedang tampil dengan komunitasnya, Sisil menghela nafas menahan air matanya tidak keluar. Reon yang tau apa yang terjadi memegang pundak Sisil yang membuat Sisil menoleh ke arahnya. "Sil? elo ..... " Sisil berusaha tersenyum, berusaha menandakan kalau ia baik-baik saja kepada Reon. "Gue nyari David, duluan ya! "Ucap Sisil lalu meninggalkan Reon di tempat. Reon menatap prihatin kearah Sisil. Reon tahu kalau Sisil menyukai Nalen, teman dekatnya itu. Tapi sayang, Sisil tidak tahu sikap Nalen diluar sekolah. Sangat beda jauh dengan sikap disekolah. Sisil mencari David, berniat mengajaknya pulang. Sisil muak di sini, dirinya muak dengan apa yang ia barusan liat. Sisil kira Nalen beneran menyukainya karena kejadian di kantin sama Nabil itu, tapi nyatanya perkiraannya salah besar! Nalen tidak menyukainya. Sisil bersyukur saat melihat sosok David sedang berdiri dengan kerumunan orang-orang yang sedang melihat tampilan Dancer, lantas Sisil langsung berjalan ke arah David. "Dav, gue mau pulang," ucap Sisil menatap ke arah David. Laki-laki itu menoleh sekilas ke arah Sisil "Bentar deh, liat tuh yang dancer keren!“ ucapnya antusias tanpa melihat ke arah Sisil. "Gue pengen pulang," Kali ini David kembali menatap ke arah Sisil " yaelah Sil! ini lagi seru tau acaranya," "Gue pengen pulang Dav!" bentak Sisil dengan nada tinggi, suara parau yang tadi sempat di dengar David sudah tidak ada, bahkan laki-laki itu melihat 1 teres air mata yang keluar dari matanya. David kaget dan bingung dengan sikap Sisil yang tiba-tiba menangis seperti ini. "Kok nangis?" Tanya David khawatir. "Gue mau pulang," Sisil kembali mengulang perkataan yang sama tanpa menjawab pertanyaan David, dan kali ini dengan isakan tangis. Membuat David menatapnya dengan tatapan tidak berdaya saat Melihat Sisil menangis sama aja membuat hatinya hancur. "Sekarang?" Tanya David lagi. Sisil mengangguk, membuat David akhirnya tersenyum lalu mengambil SLR Sisil yang gadis itu gantungkan di leher, lantas ia gantungkan ke leher David. setelah itu ia menjongkokkan tubuhnya tepat di hadapan Sisil, alhasil embuat Sisil bingung. "Naik," Suruh David. Sisil diam, tidak menjawab. "Naik Sisil, perasaan lo lagi gak bagus, gue gak mau elo pingsan atau apa kalau lagi jalan, jadi mending gue gendong aja, " sambung David. Dan akhirnya tanpa pikir panjang pun Sisil naik ke atas punggung David. David berdiri dan berjalan menuju ke area parkir. David tidak tahu apa yang membuat Sisil tiba-tiba menangis dan mengajaknya pulang. Tapi yang jelas David tidak memaksa Sisil untuk cerita dengan keadaan yang masih membuat Sisil merasa hancur (lagi) David akan menunggu Sisil siap bercerita kepadanya. Sisi mengeratkan peganganya dan memasukan kepalanya di sela-sela leher David yang menimbulkan harum maskulin laki-laki itu. Sisil nangis tertahan di sana, sedangkan David hanya diam membiarkannya nangis di lehernya Bil lo liat gak L? lo liat gak dari atas sana? sakit Bil! Sakit banget! Di belakang, laki-laki itu menatap nanar ke arah Sisil yang sedang di gendong oleh David. Hatinya pun sakit melihat Sisil nangis seperti tadi. "Maaf" gumam pria itu. Yang hanya bisa mampu memandang Sisil dari Jauh " Maaf Sisil, Maaf " gumamnya lagi
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN