Jello memakai pakaiannya dengan malas-malasan. Jello sebenarnya sangat malas untuk pergi makan malam ke rumah Mikail. Tapi, mengingat dirinya sudah menerima ajakan pria itu kemarin, dengan terpaksa Jello harus datang dan merelakan waktunya sedikit untuk mencari Bella tertunda.
Jello ang mengingat Bella, langsung menatap pada foto yang terpajang dengan besar di dinding kamarnya. Jello tersenyum miris melihat pada foto Bella. Jello mengusap air matanya, setiap kali mengingat Bella, maka dirinya akan selalu menangis dan merasa rindu sekaligus penyesalan yang begitu dalam.
Jello sempat ingin mengakhiri hidupnya sendiri. Tidak kuat dengan rasa sesal terus mengerogoti hatinya. Tapi, orang-orang terdekatnya selalu memberi semangat pada Jello dan tidak mengambil langkah yang salah. Pada akhirnya Jello terus mencari Bella dan bertekad akan menemukan wanita itu.
“Kau mau ke mana? Rapi sekali.”
Jello melihat pada pintu kamarnya dan melihat Gavin yang menyandar di pintu kamarnya, dan menatap Jello dengan senyuman khas pria itu. Menyebalkan.
“Aku mau makan malam di rumah Mikail. Dia mengundangku untuk makan malam di rumahnya,” jawab Jello datar.
Gavin yang mendengar jawaban Jello terkejut dan langsung masuk ke dalam kamar Jello. Gavin merasa khawatir dengan kondisi sahabatnya ini nanti. Apakah Jello akan pergi sendirian ke sana? Gavin tidak bisa membiarkannya. Gavin harus ikut.
“Kau akan pergi sendirian?” tanya Gavin.
Jello menatap pada Gavin dan mengangkat sebelah alisnya. “Kau kira aku pergi dengan siapa? Istriku? Aku tidak punya. Aku tidak akan menikah lagi, kecuali dengan Bella.”
Gavin berdecak kesal mendengarnya. “Bukan begitu maksudku. Kau tidak mau mengajakku? Lumayan aku mendapatkan makanan gratis di sana,” ucap Gavin tersenyum polos pada Jello.
Jello menatap Gavin dengan tatapan jijiknya. Gavin bukan orang susah. Sehingga mengharapkan makanan gratis di rumah orang lain. Tapi, Gavin yang menatap dirinya sekarang seperti orang susah saja.
“Kau jangan berlagak seperti orang susah. Kau sangat mampu malahan. Sudahlah, aku ingin pergi sendirian. Aku bosan bersama denganmu terus. Seharusnya kau menikmati malammu dengan istri dan juga anakmu,” ucap Jello dan berjalan keluar dari kamarnya dan tidak memedulikan Gavin lagi.
Gavin mendesah kasar dan mengikuti langkah Jello dari belakang. Gavin tidak yakin, Jello tidak bunuh saat pulang nanti. Bisa jadi, sahabatnya itu akan mengarahkan mobilnya ke jurang atau bisa juga Jello berdiri di tengah jalan. Karena tak sanggup menjalani hidupnya lagi.
“Jello, kau yakin tidak mau aku temani? Aku sebagai sahabat yang sangat baik hati untukmu, akan selalu menemani dirimu ke manapun kau pergi.”
Jello menghentikan langkah dan berbalik menatap Gavin kesal. Pria ini. Selalu saja mengganggu dirinya dan mengatakan hal yang menjijikkan. Jello bukan anak kecil lagi, untuk apa ditemani segala. Jello hanya pergi makan malam bukan pergi ke tempat yang berbahaya.
“Aku bukan anak kecil. Untuk apa kau bersikeras mau menemaniku ke rumah Mikail. Ada apa dengan rumah Mikail? Apakah ada hal yang membahayakan?” tanya Jello kesal.
Gavin mendesah panjang dan mengibaskan tangannya. Tidak bisa membahtah ucapan Jello lagi. Percuma saja, dirinya memaksa untuk ikut dengan Jello. kalau Jello ingin pergi sendirian. Gavin berharap, hati Jello akan baik-baik saja nantinya.
“Pergilah. Kalau kau butuh bantuanku jangan lupa hubungi aku. Ponselku akan selalu tersedia menerima panggilan dirimu. Kau ‘kan istri keduaku,” ucap Gavin menyeringai jail.
Jello mendengar ucapan Gavin mengambil sebuah vas bunga yang terbuat dari plastic dan melemparkannya kea rah Gavin. Gavin langsung mengelak dan tertawa lebar melihat wajah kesal dan jijik dari Jello. Mengganggu Jello dari dulu mungkin sebuah kesenangan baginya.
“Kau sangat menjijikkan. Aku sangat iba pada Starla, dia mau saja menjadi istri orang gila sepertimu,” ucap Jello sinis.
Gavin mengangguk. “Kita sama-sama gila. Kau gila karena kehilangan Bella. Aku gila karena terlalu mencintai istri-istriku,” ucap Gavin mengedipkan matanya pada Jello.
Jello tahu maksud kata istri-istriku dari mulut Gavin. Gavin selalu menganggap Jello istrinya. Jello ingin muntah membayangkannya. Gavin memang sudah gila. Dan tidak tertolong lagi. Kasihan Starla dan anaknya. Memiliki Gavin yang gila.
“Aku pergi dulu. Aku ingin muntah terus mendengar dirimu berkata hal menjijikkan seperti itu,” ucap Jello dan kembali melangkah.
Namun, hanya beberapa langkah. Gavin kembali menahan Jello dan menatap Jello dengan tatapan yang tidak dimengerti oleh Jello sedikitpun. Jello mengangkat sebelah alisnya dan penasaran dengan apa yang akan dikatakan oleh sahabatnya ini.
“Kau yakin tidak mau aku ikut?” tanya Gavin memastikan sekali lagi. Gavin ingin menemani Jello, tidak ingin Jello pergi sendirian dan menerima fakta besok paginya. Sahabatnya ini bunuh diri.
Walaupun Gavin sering kesal dengan mulut tajam Jello dan kelakuan Jello. Tapi, Gavin sangat menyayangi Jello tidak mau sahabatnya mati sebelum waktunya.
Jello berdecak mendengar ucapan Gavin. “Aku bisa pergi sendirian. Aku tidak perlu untuk ditemani. Aku bukan anak kecil yang terus diawasi. Aku tidak akan melakukan hal gila!” ucap Jello sedikit menaikkan nadanya.
Gavin mengangguk dan menepuk pundak Jello pelan. “Aku akan selalu ada untukmu. Kau harus bersikap waras,” pesan Gavin tersirat.
Jello tidak mengerti dengan apa yang dikatakan oleh Gavin. Lagian dirinya akan bersikap waras selalu. Gavin memang susah untuk ditebak. Jello hanya mengangguk dan kembali melangkah dan kali ini Gavin tidak melarang dirinya lagi.
Gavin yang menatap kepergian Jello, mendesah kasar dan mearup mukanya. Gavin masih menyelidiki semuanya. Dan Gavin berharap apa yang dipikirkan olehnya memang benar dan tidak salah sama sekali. Gavin harus mencari tahu semua kebenarannya.
Gavin berjalan keluar dari mansion Jello. Dirinya akan mengikuti Jello dari belakang. Dia akan mengawasi sahabatnya itu. Bagaimanapun, perangai b******k Jello di masa lalu. Jello tetaplah sahabatnya—yang telah Gavin anggap sebagai saudaranya sendiri.
Gavin tidak akan membiarkan Jello semakin terpuruk. Jello harus berjuang.
*olc*
Hai, kalian. Iya, kalian. Yang menebak. Selamat menebak lagi. Sengaja part ini aku gantungin lagi. Hahaha. Si Bella masih aku sembunyikan. Bella lagi bersihin Kamar mandi di rumah aku, sebagai kerja sampingan dia. Wkwkwk.
Jangan lupa komentar.
Follow i********: aku, @fhieariati_97
*olc*