Chapter 3

1208 Kata
Selamat membaca Pagi harinya di kantor perusahaan. Reksa baru saja mendapatkan informasi tentang wanita yang tidak sengaja mencuri perhatiannya itu. Ia baru saja mengetahui fakta bahwa wanita itu ternyata adalah putri kedua dari keluarga Atmaja. Karena selama ini ia hanya fokus dengan pekerjaan, jadi ia sama sekali tidak tau mengenai hal ini. Pasalnya saat menghadiri pesta mau pun acara untuk para konglomerat, ia sama sekali tidak pernah melihat Leylin. Karena itu, ia tidak tau jika Leylin berasal dari keluarga yang terpandang. "Fotografer, ya?" gumam Reksa saat melihat biodata Leylin di email yang dikirim oleh orang suruhannya. ***** Di saat Leylin tengah duduk di sebuah bangku taman mengamati anak-anak bermain, tiba-tiba dari ujung sana ada seorang pria berjas yang terlihat berkelas datang mendekat ke arahnya. "Dengan saudari Leylin?" Pria itu bertanya ramah. "Iya, ada apa, ya?" tanya Leylin dengan dahi yang berkerut bingung. "Perkenalkan saya Rangga dari Star Model Management ingin merekrut kamu menjadi fotografer di agensi kami," ungkapnya sembari tersenyum formal. Mata Leylin membulat sempurna. "Anda tidak bercanda, kan?" tanyanya tidak percaya. Pasalnya Star Management adalah agensi model ternama yang penuh dengan model-model profesional serta sudah sampai go internasional. "Saya sudah melihat foto-foto hasil jepretan kamu di sosial media, dan saya tertarik. Karena saya rasa kamu mempunyai potensi yang cukup besar untuk mengembangkan bakat kamu." Leylin tampak berpikir dan masih ragu dengan penawaran Rangga. Meskipun ini tawaran yang menggiurkan, tapi ia harus tetap berhati-hati dan waspada karena bisa saja ini hanyalah sebuah penipuan atau semacam trik menculik wanita muda. Kemudian dijual ke tempat p*******n atau yang lebih parah lagi diambil organ dalam tubuhnya. Memang ia tidak boleh berpikiran negatif terhadap orang-orang, tapi jika ia lengah sedikit saja akan ada oknum yang memanfaatkan hal tersebut untuk membodohi orang-orang biasa seperti dirinya. Karena kepribadian seseorang tidak bisa dilihat hanya dari penampilan saja. Bisa saja penampilannya terlihat berkelas, tapi siapa yang tau jika ternyata dia adalah orang yang kejam. Lagipula penampilan tidak bisa menjamin jika seseorang itu baik, karena sekarang banyak penjahat bertebaran dimana-mana. Bahkan banyak para kaum elit yang tampak berwibawa ternyata justru seorang koruptor yang memakan uang rakyatnya sendiri. Ironisnya para tikus pengkhianat itu tidak mendapatkan hukuman yang pantas. Mereka masih bisa tertawa dan hidup mewah bergelimang harta di atas rakyat yang menderita. Tentu saja semua itu karena campur tangan sebuah benda yang sudah dianggap seperti raja di dunia ini, karena semua orang berlomba-lomba untuk mendapatkannya. Siapa lagi jika bukan karena uang, sebuah kertas yang bisa membuat seseorang berubah menjadi rakus dan tidak berperasaan, sekaligus mampu membungkam sebuah kebenaran. Leylin berusaha untuk mengusir segala pemikiran buruknya yang sudah terlalu jauh. Meskipun yang ia pikirkan memang benar adanya. "Kamu bisa pikirkan dulu penawaran saya, yang pasti agensi kami berani memberikan gaji tinggi dibandingkan dengan agensi lain." "Silahkan hubungi saya kalau kamu berminat," ujar Rangga sembari memberikan kartu nama. Leylin menerima kartu itu dan menatapnya teliti. "Saya bersedia bekerja di agensi Anda," sahutnya yakin setelah mengetahui jika Rangga adalah orang yang mengelola agensi Star Management. "Pilihan yang bagus," ujar Rangga tersenyum lebar. "Kalau begitu besok kamu bisa langsung mulai bekerja. Untuk jadwal pemotretan dan informasi penting lainnya akan saya jelaskan besok lebih detail di studio. Kamu bisa datang ke alamat yang tertulis di kartu nama saya." "Baik, terima kasih," ucap Leylin tersenyum formal. Rangga membalas senyuman Leylin, lalu pamit pergi karena masih ada urusan lain. Setibanya di kantor perusahaan Reksa, Rangga langsung mencerca Reksa dengan seribu pertanyaan yang wajib harus dijawab Reksa. "Jadi kenapa lo minta gue buat merekrut dia?" Rangga bertanya tanpa basa-basi. "Nggak tau," sahut Reksa acuh. "Gila lo! Lo sendiri tau kan kalau di bukan fotografer profesionsal, kenapa lo bisa yakin? Ya walaupun memang karya-karya dia menurut gue memang beda dari yang lain. Tapi kan tetap saja masih banyak fotografer yang lebih berpengalaman dari pada dia." "Kita lihat saja hasil kerjanya gimana. Pokoknya lo aturlah gimana baiknya. Gue kan sibuk mengurus stasiun tv sama hotel, jadi nggak sempat mengurus Star management." "Gue percaya lo bisa menghandle ini," sambung Reksa yakin. Rangga membuang napas berat. "Besok dia mulai bekerja." "Gue usahakan datang ke studio untuk melihat kinerja dia," ungkap Reksa ringan. "Lo bilang sibuk nggak sempat pergi waktu dapat undangan ke acara pernikahan klien, tapi sekarang lo mau meluangkan waktu cuma buat lihat fotografer baru itu?" Rangga benar-benar tidak habis pikir. "Karena gue harus lihat bagaimana cara kerja dia," sahut Reksa singkat. "Nggak biasanya lo kayak gini." ***** Saat masih berada di perjalanan pulang, Reksa mengalihkan tatapannya dari layar iPad ke arah kaca jendela mobil. "Sepertinya hari ini dia nggak datang," gumam Reksa saat tidak melihat tanda-tanda keberadaan Leylin. Dari kejauhan Leylin bisa melihat ada seseorang yang tengah berdiri menunggunya di depan flat house miliknya. Setelah memarkirkan motor, Leylin turun dan melepas helm. Leylin terdiam sejenak dengan raut wajah tanpa ekpresi melihat wanita paruh baya tersenyum hangat ke arahnya. Senyuman yang belum pernah ditunjukkan kepadanya selama ini. "Kamu sudah pulang?" Ratna bertanya dengan nada rendah. "Sejak kapan Mama di sini?" tanya Leylin datar. "Mungkin sekitar satu jam yang lalu." Itu artinya sudah satu jam juga Ratna menunggu sambil berdiri, karena Lelyin tidak memiliki kursi tunggu di depan rumah. "Bagaimana kabar kamu?" Ratna bertanya dengan mata sayu seperti layaknya seorang ibu yang rindu dengan putrinya setelah sekian lama tidak bertemu. "Jauh lebih baik," sahut Leylin singkat. "Kamu tidak menanyakan kabar Mama, Leylin?" "Mama terlihat baik-baik saja," tukas Leylin tidak menghiraukan tubuh Ratna yang tampak lebih kurus dibandingkan dengan saat terakhir kali ia bertemu. Ratna menatap Leylin dengan tatapan pilu. Putrinya sudah berbeda dengan putrinya yang dulu. "Oh iya, Mama tadi masak seafood buat makan malam kamu," ujar Ratna tersenyum tulus sembari menyerahkan rantang makanan kepada Leylin. Lagi-lagi hati Leylin berdenyut nyeri saat harus mendapati mamanya sendiri tidak tau apa pun tentangnya. "Aku alergi seafood, Ma" pungkas Leylin dengan raut wajah tanpa ekspresi. Ratna tertegun. "Ah, maaf Mama tidak tau kalau kam—" "Tentu saja Mama tidak tau, apa yang Mama tau dari aku?" tukas Leylin sarkas. Tatapan Ratna tiba-tiba melemah. "Besok Mama akan masak—" "Tidak perlu, selama ini pun aku bisa mengurus diri aku sendiri tanpa Mama." Dada Ratna terasa sesak seakan jantungnya dicabut paksa dari rongga d**a. Sorot matanya begitu sayu dan sendu. "Mama minta maaf karena baru menemui Leylin sekarang," lirihnya begitu dalam dengan sorot mata penuh kesedihan. "Dari awal aku tidak pernah berharap Mama akan mencari aku. Lagipula aku sudah bahagia dengan kehidupan aku yang sekarang. Mama tidak perlu datang lagi ke sini dan berperan sebagai ibu yang baik. Hidup kalian sudah sempurna tanpa aku. Memang sudah seharusnya aku yang tidak berguna ini pergi agar tidak mengotori keluarga Atmaja." Ratna terhenyak dan tersentak kaget. Pasalnya kalimat itu adalah kalimat yang pernah ia ucapkan waktu Leylin masih kecil. "Leylin ...." "Mama tidak bermaksud—" "Sudah, Ma. Meskipun Mama mencoba menjelaskan dan meminta maaf berkali-kali sekali pun, kata-kata yang dulu pernah Mama ucapkan tidak akan hilang. Aku tetap akan mengingatnya sampai saat aku tua nanti." Mata Ratna seketika memanas menyesali setiap kata jahat yang dulu pernah ia lontarkan kepada Leylin. Ia terlalu fokus memikirkan nama baik keluarga tanpa memikirkan perasaan putri kandungnya sendiri. "Maafkan Mama, Leylin ...." "Percuma saja Mama menangis, aku tidak bisa merasakan simpati sedikit pun. Karena aku tidak mempunyai kenangan indah bersama Mama. Mama hanya seperti orang asing bagi aku." Deg TBC.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN