SG - 09

1568 Kata
Pintu utama itu terbuka dan menampilkan seorang cowok yang memakai jaket kulit berwarna hitam dengan celana jeans robek-robek berwarna senada. Dia tersenyum lebar, menunjukan satu plastik berisi bubur ayam yang diwadahi oleh styrofoam. "Malam, Om. Ghea-nya ada 'kan, Om?" Pria dewasa yang membukakan pintu itu memandang anak cowok dihadapannya dengan dahi mengkerut. "Sudah jam delapan malam. Saya tak izinkan kamu main." "Justru karena masih jam delapan, saya ngetuk pintu, Om. Kalau saya datangnya jam dua belas malam, saya akan ganggu tidur nyenyak Om. Saya nggak mau main, Om, cuma mau ngasih bubur buat pacar saya." Dimas membuka pintunya sedikit lebar, melihat itu Jason langsung terkekeh. "Om, saya beli buburnya cuma satu. Gimana dong? Jangan pecat saya jadi calon menantu ya, Om." Dimas menghela nafas dan dengan cepat ia menyuruh Jason naik ke kamar Ghea. "Habis ngasih bubur, langsung pulang." Jason mengangguk, ia menyalami tangan Dimas lalu langsung berlari menuju lantai dua, tempat kamar Ghea berada. Pintu kamar gadis itu terbuka sedikit, sehingga Jason bisa mengintip. Ternyata Ghea sedang berdiri di depan jendela sambil menyilangkan kedua tangannya. "J bawain bubur buat Ghea." Gadis itu tersentak, ia mencari asal suara dan bisa melihat Jason yang sudah nyengir dengan lebarnya sambil menunjukan bubur yang ia bawa. Lalu Jason melangkah masuk, menaruh bubur itu di atas meja belajar Ghea. Jason kikuk, karena pacarnya itu tak mengatakan apapun.  Jason mengusap kedua tangannya, seolah-olah kotor. Ia lakukan itu agar tak gugup. "Ghea, itu, tadi," Ghea masih diam ditempatnya. Memandang Jason dengan tatapan mengitimadasi. "Ghea liat ya, J tauran di g**g depan?" Jason mengatakan itu dengan hati-hati lalu melanjutkan, "J bisa jelasin ke Ghea, kok." Tipikal Jason, jika Ghea sedang ngambek, dirinya selalu memanggil nama masing-masing. Cari aman. "J bohong itu karena takut Ghea khawatir, maaf---" Ghea memotong, "Dua bulan yang lalu, tolong jelasin sebenernya apa yang bikin lo masuk Rumah sakit?" "..." "Nggak mau cerita 'kan? Yaudah, gue capek, mau tidur. Lo keluar aja, J." Jason menghampiri Ghea, tetapi gadis itu malah melangkah menuju tempat tidur. "Bi," "Jangan panggil gue dengan sebutan itu kalau lo lagi bohongin gue, Jason Argadhika!" teriak Ghea. "..." "Keluar lo!" dengan kesal, Ghea melemparkan bantal ke arah Jason sehingga cowok itu langsung menghela nafasnya secara perlahan. "Oke..." Yang terjadi selanjutnya, Ghea melihat Jason benar-benar keluar dari kamar tanpa mencoba menenangkan atau menjelaskan. "Lo kenapa sih, J?" Ghea naik ke tempat tidur, menarik selimutnya, menangis entah untuk apa dalam remang malam. "Gue 'kan khawatir!" "Gue 'kan nggak mau terjadi apa-apa sama lo!" "Gue 'kan care!" Biasanya Ghea tidak semanja ini. Ia juga tak pernah menangis, tapi kali ini rasanya berbeda. Entah mengapa Ghea merasa kecewa pada Jason, padahal ia tahu pacarnya itu senang tauran. Harusnya sudah biasa saja, dong? Mungkin karena sedang datang bulan juga, emosi Ghea menjadi bertambah. Tuk! Tuk! Bunyi dari kaca jendela yang dilempar sesuatu itu membuat Ghea menyibakan selimutnya. Ia turun dari ranjang untuk mencari tahu apa yang mengganggu acara menangis lebay-nya itu. "Neng!! Neng!!" Ketika Ghea membuka kaca jendela, di bawah sana berjejer gerobak pedagang kaki lima beserta penjualnya melambai-lambaikan tangan pada Ghea. "Neng, ayem sori kata si Aa! Saya dari perwakilan tukang nasi goreng se-komplek ini!" seorang Abang-abang berkaos abu-abu itu berteriak, lalu ada suara yang menyeletuk. "I'm sorry, Bang. Salah nih, si Abang." Itu suara Jason. Lalu, penjual yang lain ikut berteriak, "Neng, kata si Aa: depicito, kalem katanya, Neng. Ayem fane! Dodon wore! Saya perwakilan tukang soto ayam!" Ghea bisa melihat Jason yang mengusap wajahnya frustasi, dan cowok berponi itu kembali menyeletuk, "Despacito, Abang. I'm fine, don't worry." "Nah, itu maksudnya, Aa! Susah pisan atuh," kata si Abang tukang soto. Sebenarnya Ghea sudah ingin terkekeh, tapi gengsinya terlalu tinggi. Ia ingin melihat seberapa besar perjuangan Jason meminta maaf padanya. Dan Jason selalu memakai cara-cara unik yang tidak masuk akal. Ghea suka... "Saya tukang sate, Neng. Kata si Aa: Ay don lak tu si ayu sad. Gitu, Neng!" "I don't like to see you sad! Eh buset!" kesal Jason, mulai frustasi lagi. "Saya tukang sekuteng, dan kata si Aa---" "Udah-udah!" Jason mengangkat kedua tangannya, karena pasti kali ini juga akan percuma saja. Abang sekuteng berkata, "Saya nggak terpakai ini teh euy?" "Atuh maneh bolo'on kabeh. Aing lieur. Nyaho teu aing lieur?!" Jason mengacak rambutnya sambil menggeram kesal. Translet : Lagian, lu semua bodoh. Gue pusing. Tahu nggak kalau gue pusing?! Ghea sudah tertawa, sehingga Jason berhenti mengacak-acak rambutnya untuk melirik pada sang pacar. "Neng, buruan atuh maafin si Aa-nya. Kita-kita ini mau jualan lagi, nyari nafkah untuk our wife. We love family." Jason menatap horor pada pedagang dihadapannya lalu berkata, "Anjrit, ya. Tadi aja susah bener ngomong Inggris, sekarang malah lancar! Jahat ya, Bang! Gue sunat ulang juga nih!" "Lagian nih, Aa, kalau mau minta maaf itu, jangan lewat orang lain. Gentle, Aa. Jelasin kesalahan Aa, terus minta maaf sendiri sama si Neng." Tukang nasi goreng memberi petuah. Lalu para pedagang itu membubarkan diri, membiarkan Jason berdiri sendiri menatap Ghea yang menunggunya dari jendela kamar. "J salah, J akuin." Jason menundukan kepalanya dengan lemas, dan Ghea geli melihatnya. "Dua bulan lalu J itu berantem, maaf nggak jujur. Nggak mau liat Ghea khawatir." "..." "Katanya, perkataan maaf nggak akan bisa merubah apa yang udah terjadi. Tapi, izinin J minta maaf. Maaf karena selalu ngecewain Ghea. Maaf selalu bikin Ghea khawatir. Maaf sifat J ternyata belum berubah, masih dan selalu nyusahin Ghea. Maaf karena J sayang sama Ghea terus buat Ghea nangis. J janji bakal protect Ghea, tapi kenyataannya, J malah bikin hati Ghea potek. J cowok biasa, masih badung karena kegoda sama tauran terus, tapi maafin ya. Demi Tuhan, J nyesel banget udah bikin Ghea sedih." Jika sudah selembut ini, mana mungkin Ghea tak luluh? "Nggak usah minta maaf mulu. Emangnya ini lebaran!" kata Ghea, jutek. "Kalau minta Ghea turun terus peluk J, boleh?" Ghea menyamarkan senyumannya dengan gelengan kepala, lalu ia berkata, "Sini naik!" "Ah, fanatik you!!" *** Jason meninggalkan tempat tidurnya untuk melangkah menuju kamar mandi. Ia mencuci wajah dengan harapan otaknya bisa sedikit santai menghadapai pacar yang sedang ngambek karena semalam Jason malah diusir Dimas padahal ia belum mendengar langsung Ghea yang memaafkannya. Camer yang tak pengertian... Lalu ia mendengar suara mobil berhenti di depan rumahnya. Jason melangkah menuju jendela untuk mengintip, dan ia menemukan mobil polisi di sana. "Ada apaan nih?" Tak ingin mengada-ngada, Jason langsung saja keluar kamar dengan langkah yang lumayan cepat. "Saya tidak mau bawa polisi ya, Tuan Javier. Tapi anda sudah telat membayar selama empat bulan. Saham, bahkan perusahaan Anda sudah menjadi milik saya, termasuk rumah ini. Ingat perjanjian kita, Tuan? Anda boleh tinggal di sini dengan syarat: membayar sewa, Tuan. Ah, apa Anda masih pantas dipanggil Tuan ketika Anda sudah bangkrut?" Jason terdiam pada anak tangga terakhir ketika suara berat asing itu terdengar. Dan, mereka membicarakan apa? Bangkrut? "Saya minta waktu lima bulan. Rumah saya yang berada di Bangkok sedang dilelang, setelah berhasil terjual, saya akan bayar semua sisa hutang saya pada Anda. Saya masih punya waktu satu bulan lagi." "Ha ha ha. 10 Milyar, Tuan Javier. Mungkin Anda bisa membayar hutang Anda, tapi bagaimana dengan saham, perusahaan dan rumah? Saya muak karena Anda seperti diam saja dan tak memberikan kepastian. Jangan sombong, Anda dan keluarga Anda sekarang adalah gembel!" Jason langsung menghampiri beberapa orang dewasa yang terlibat obrolan itu lalu ia sadar bahwa sang Mama sudah menangis. Jason tak terima jika ada orang yang membuat mamanya mengeluarkan air mata. "Apa ini, Pa? Dan kenapa Mama nangis?" tanya Jason dengan nada lumayan tinggi. Tuan Javier Argadhika menyuruh anaknya itu sabar dan meminta Jason membawa ibunya masuk kamar. "Papa janji jelasin sama kamu, Nak. Tapi sekarang bawa Mama kamu masuk kamar, ya." Jason membantu Ines untuk bangkit dari duduknya, lalu celetukan orang yang tadi marah-marah pada Papanya berhasil menyentil ego Jason. "Kamu Jason, ya? Aduh, sayang sekali baru masuk kuliah harus berhenti. Uang papa kamu habis! Habis untuk istri pertamanya! Kasian sekali kamu, hanya anak selingkuhan yang tak dapat apapun!" "Ucapkan sekali lagi," Jason menatap orang itu dengan mata menyipit, ia ingin menyanggah, tetapi Ines mengelus tangannya dan membawa Jason ke kamar. "Ma, apa bener yang orang itu bilang? Papa bangkrut, Ma?" Jason langsung bertanya ketika ia dan Ines sudah berada dikamar. Ines hanya membisu, membuat Jason tambah bingung. "Mama..." "Rumah ini bukan punya kita lagi, J. Besok, kalau Papa nggak bayar hutang, kita keluar dari rumah ini." Tolong hajar Jason agar ia yakin bahwa ucapan Mamanya adalah bohong. Papa-nya dan keluarganya sedang baik-baik saja, 'kan? "Tapi kenapa, Ma? Kenapa Papa bisa sampai punya hutang dan gadai-in rumah? Karena Tante Dena?" Dena, istri sah Tuan Javier. Berdarah Bangkok-Jakarta yang tak pernah Jason temui tetapi menjadi sosok yang sempat membuatnya dan Reyhan Ananda---kakak tirinya, bermusuhan untuk beberapa tahun lamanya. Walau sekarang hubungan adik-kakak itu sudah baik, tetapi Jason tak pernah diizinkan bertemu dengan wanita bernama Dena. Entah mengapa. "Kenapa, Ma? Jelasin sama J." Ines terisak, sehingga Jason tak mungkin bertanya lebih jauh lagi. Ia tak ingin membuat keadaan Mamanya semakin memburuk. Lalu ponsel Jason yang berada disaku celananya bergetar, dan ada email dari halaman resmi kampusnya. Petrida.com : Salam. Selamat siang, Saudara Jason Argadhika. Kami, dari pihak kampus sudah memberi tahu kan tagihan uang masuk kampus yang belum Anda lunasi kepada alamat email : JavierArgadhika@g*******m, selaku Wali Anda. Akan tetapi, kami tidak mendapatkan konfirmasi apapun perihal waktu pelunasan. Anda belum melunasi biaya masuk dan juga iuran untuk semester pertama. Silahkan datang pada bagian administrasi kampus untuk mengetahui berapa biaya yang harus Anda bayar. Terima kasih, -Pihak Petrida.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN