"Ma!! Dasi J mana?!!"
Suara teriakan sang bad boy itu terdengar dari meja makan, membuat sang Mama berlari tergopoh-gopoh sambil membawa dasi hitam untuk anak durhakanya.
"Kualat lo, Monyet. Gue udah tua lo suruh lari-larian!" Ines, Mama gaul in the world itu ngos-ngosan seperti habis lari marathon.
"Akhirnya nyadar juga kalau udah tua."
"Nih, yang begini nih yang bakal ngeberatin timbangan gue di akhirat nanti."
"Timbangan amal baik ya, Ma?" kata Jason sambil nyengir.
"Amal baik pale lu kendor! Udah ah, buruan abisin sarapan lo dan sini gue pakein dasi."
"Nanti aja sama Ghea ah, gue nggak doyan tante-tante."
"Si kucus!!" Ines menjewer telinga Jason, membuat cowok itu meringis dan langsung buru-buru menghabiskan roti selai kacangnya.
Setelah anaknya itu selesai makan plus minum s**u, Ines langsung memakaikan dasi dengan gesit tetapi rapi.
"Udah, Ma? J ganteng nggak?" Jason mulai narsis, dan Ines hanya mencibir. "Kapan sih anak gue nggak ganteng? Top markotop, deh."
"Sadap..."
"Perlengkapan buat Ospek hari ini udah siap kan? Mama mohon ya, kali ini aja waras dan jangan ngerusuh. Paham?"
Jason mengangguk. "Oke."
"Kok gue nggak percaya, ya?"
"Teganya dirimu padaku," Jason menyentuh dadanya dengan dramatis, "aku ini anakmu, Bunda."
"Najis."
***
Ghea mengecup pipi kedua orangtuanya dan meminta doa untuk hari pertamanya Ospek. Hari ini ia akan membuat kesan baik pada semua orang yang akan ia temui nanti. Ghea ingin menjadi Mahasiswi teladan, seperti dulu saat SMA.
"Kalau butuh apa-apa, telepon Papa."
Ghea mengangguk pada ucapan Papanya, lalu melambaikan tangan ketika mobil orangtuanya meninggalkan Ghea di depan gerbang Petandra, kampusnya.
"Ghea!!" suara Adina, sahabat sematinya terdengar. Gadis itu berlari ke arahnya dengan pakaian yang sama seperti Ghea. Kemeja putih, rok hitam. Sesuai aturan Ospek Petrida.
"Nggak nyangka, kita udah kuliah aja. Kaya baru kemaren ya MOPD," kata Adina.
"Iya, gue juga nggak nyangka. Kalau ada Alen, pasti tambah seru."
Alendra Mahesa, sahabat Ghea yang lain.
"Ah, Alen mah biarin aja. Dia lagi nyari pengalaman di Amrik. Nah, kita berdua ayo cari pengalaman di Petandra!"
Ghea mengangguk antusias. "Yuk."
Mereka berdua masuk ke kawasan kampus. Banyak Maba seperti mereka berkeliaran dan di bawah pohon rindang berkumpulah geng pecinta ikan cupang alias teman-temannya Jason bad boy Argadhika.
"Hai, girls. Akhirnya kita semua diterima di kampus yang sama." Remond menyapa Ghea dan pacaranya, Adina dengan gaya sok ramah.
"Lo jurusan apa, Mon?" tanya Ghea.
Remond menjawab, "Lo bisnis 'kan? Sama."
"Sebenernya Remond pengen seni 'kan dia suka motret. Sayangnya bokapnya nggak ngizinin," tambah Adina. "Dasar anak Papi!"
"Bacot! Sini Teletubisan dulu, ah!!" jawab Remond sambil memeluk Adina dengan gemas.
"Remond sama lo itu Bisnis, Ghea. Gue, Denis, dan Adina, kita bertiga masuk seni. Zaky sama Aris Kedokteran. Dan si b*****t Jason satu-satunya yang anak hukum." Anya menjelaskan.
"Gini-gini otak gue jalan, Ghe." Aris bersuara, karena Ghea tampak tak percaya ia masuk Kedokteran.
Ghea mengangguk, mengangkat jempolnya. "Keren, Ris. Gue selalu pengen masuk Kedokteran. Sayangnya cuma lulus di Bisnis."
"Lebih keren cowok lo. J masuk lewat jalur undangan. Percaya nggak lo semua?" ucap Zaky.
Ghea mengerutkan dahinya, "Nilai UN dan rapot dia kecil, lho, masa dapet jalur undangan?"
"Lo yakin dia serius dapet nilai kecil? Apa sengaja di kecil-kecilin biar nggak masuk Kedokteran?"
Ah, Ghea tertipu.
"Iya, lo bener. Matematika dia sebenernya mantep, gue baru sadar ketika dia nyelesain PR gue," desah Ghea.
Tak lama, banyak suara jerit-jerit dari para Maba perempuan. Ketika Ghea tahu apa yang membuat para perempuan itu seperti cacing kepanasan, ia semakin mendesah.
Jason disana, baru saja membuka helm dan turun dari motor Ninja-nya. Memakai setelan khas Mahasiswa baru, rambut berponinya tak disisir, dibiarkan setengah rapi.
Remond langsung menyeletuk, "Belum apa-apa, udah jadi idola. Bangsat."
***
"Yang,"
Ghea masih cemberut, pura-pura tak mendengar panggilan dari Jason yang duduk disebelahnya padahal para Kating sedang menyuruh Maba mengenalkan diri masing-masing.
"Oke, lain kali gue bakal pake baju compang-camping ke kampus biar nggak dimintain foto sama cewek-cewek. Tapi please, jangan ngambek kaya gini."
"Gue nggak ngambek," kata Ghea akhirnya.
"Terus kenapa diem aja?"
"Karena lo caper. Lo tahu nggak sih lo udah bikin heboh satu kampus? J, lo Mahasiwa baru dan berprilaku lah seperti yang seharusnya."
"Gimana, Sayang? Gue 'kan pake baju yang disuruh. Terus gue nggak ngapa-ngapain. Cuma naik motor, buka helm, turun, udah. Bukan salah gue kalau ada cewek yang sampe mimisan terus masuk ruang kesehatan Kampus."
"Kamu!"
Suara dari arah depan membuat Jason melirik, dan ternyata panggilan itu untuknya.
"Ya, kamu. Silahkan maju ke depan dan perkenalkan diri kamu."
Ucapan Kating itu diberi anggukan singkat oleh Jason. Ia berdiri dari duduknya lalu mulai melangkah ke depan dan desas-desus fangirling mulai terdengar lagi. Jason bingung, padahal dirinya belum melakukan apapun. Hanya bernafas saja masa para cewek langsung heboh?
Salah apa Jason?
"Wah, belum apa-apa udah punya fandom, ya?"
Sindiran Kating dibalas cuek oleh Jason, "B aja."
"Oke, kayanya fans kamu udah nggak sabar. Boleh tahu nama kamu siapa?"
"Jason Argadhika."
"Dan, mana papan nama yang kami suruh buat?"
"Bentar, gue ambil dulu." Jason melangkah ke arah tempat duduknya lalu mengambil sebuah papan nama dan menyerahkannya pada Kating.
Nama : Jason Ganteng Argadhika.
Jurusan : Anak Hukum. Biar bisa memusnahkan para koruptor dan menghukum para PHP diluar sana.
Cita2 : Menguasai dunia dan isinya.
Hobi : Sayang sama Ghea.
Motto hidup : Nanti ya, belum kepikiran. Segitu dulu aja. Kalau kepanjangan entar naksir.
Kata-kata dari Kating yang membaca biodata milik Jason itu membuat seluruh orang yang berada di Aula tempat Ospek tertawa. Sedangkan Ghea yang mendengarnya, langsung merencanakan pembunuhan untuk Jason.
Pembuat onar! Kebiasaan!
"Siapa Ghea? Pacar kamu?"
Jason mengangguk. "Yoi. Ibu dari cupang-cupang gue."
"HA HA HA." semua tertawa lagi, hanya Ghea yang sukses melongok mendengar jawaban Jason.
"Gue Jason, pacar gue Ghea. Jangan digebet walaupun gue tahu cewek gue cakep banget. Sekalian pengumaman juga ya, gue beserta hati gue udah sold out. Jadi gue nggak bakal naksir yang lain kecuali Ghea, cewek gue. Thanks." Jason berkata dengan mantap.
Mereka mulai berbisik-bisik, ingin tahu siapa gadis beruntung bernama Ghea yang sudah meluluhkan cowok manis dihadapan mereka.
"Oke cukup, Jason. Terima kasih untuk perkenalannya dan semoga langgeng sama Ghea, ya. Kamu boleh duduk."
"Langgeng kok, thanks, Bro!" Jason mengajak Kating yang berjenis kelamin laki-laki itu untuk ber-tos tanpa canggung. Kebiasaan Jason, tak pernah peduli entah itu kakak kelas, adik kelas atau bahkan seumuran.
Jason sudah duduk kembali disebelah Ghea dan tersenyum pada gadis itu. Mereka, yang penasaran pada sosok Ghea langsung mendapat jawabannya ketika Jason mengusap pelan rambut gadis itu.
"...Oh, itu ceweknya. B aja..."
"...Lumayan..."
"...Manis, dikit..."
"...Menang putih doang..."
Mendengar itu Ghea menghela nafasnya kasar. "Puas, malu-maluin gue di depan calon temen-temen baru gue? Lo mau gue di musuhin sampai gue lulus kuliah? Iya, gitu, J?!"
"Lho, kok marah? Gue cuma menegaskan kalau gue cuma milik lo, Bi. Buk---"
"Serah lo. Gue males sama lo." Ghea bergeser, pindah tempat duduk dengan Maba lain agar agak jauh dari Jason.
Lalu ketua Ospek berkata, "Istirahat satu jam ya, nanti kembali ke aula. Thanks."
Para Maba langsung membubarkan diri, begitu pula Ghea. Ia dengan cepat keluar dari aula tanpa melirik Jason. Melihat itu Jason menghela nafasnya, mengeluarkan ponsel lalu mengetik sesuatu.
Jason : Sori deh. Seriusan gue nggak maksud apa2. Lo bilang gue caper ya? Yaudah, maaf banget banget banget. Gue harus gimana biar lo nggak marah?
Jason : Boleh deh marah, jutek juga gpp. Tapi jangan lupa makan ya? Hari ini acara Ospeknya sampe jam 4, kalau nggak makan nanti laper, terus pingsan. Idih, lebay 'kan? Abighea bkn cewek lebay makanya nggak boleh sampe pingsan, jadi harus makan ya :)
Jason : Oke kalau nggak mau read, yang penting nanti makan. Oh iya, jgn yg pedes2 ya nanti sakit perut. Inget, jgn lupa makan. I fanatik you, jgn bosen dengernya. Maafin tadi gue caper. Asal lo tahu aja, gue caper ke lo doang kok.
Ponselnya bergetar.
Abighea : Lebay. Chat panjang bgt. Iya, gue makan. Lo juga. Fanatik too.
Ini baru Ghea-nya. Dan Jason, tersenyum senang.
Jason : Oh iya, boleh request nggak buat besok? Kalau udah nggak marah lagi, besok pake ** warna pink ya. Hahahaha
Abighea : Mau mati lo?
Jason : Mau ** pink. Hahahaha
Abighea :
***
Hari pertama Ospek membuat kedua remaja yang mulai meninggalkan masa SMA-nya itu kelelahan. Ghea dan Jason langsung mampir ke cafe ice cream supaya mood mereka terjaga karena masih ada dua hari kedepan lagi untuk Ospek.
"Males, bolos Ospek aja yuk, Bi?" Jason mulai memberi pengaruh buruknya.
"Bolos aja sendiri," ketus Ghea.
"Ih, Ayang mah gitu."
"Najis."
"..."
"Dan ngomong-ngomong, kenapa lo nipu gue dengan nilai UN lo yang kecil itu? Lo sengaja 'kan biar nggak masuk Kedokteran? b**o lo, J."
"Gue b**o dan gue bangga." Jason mengangguk cuek, membuat Ghea kesal.
"Kenapa sih, J? Masuk Kedokteran 'kan bagus buat masa depan lo."
"Gue masuk Hukum aja bagus kok, Bi."
"Tipikal lo nggak berubah-ubah. Tetep cuek sama masa depan dan seneng nge-bad boy. Mau sampe kapan?"
"Lo nggak seneng punya pacar bad boy?"
"Bahas ini lagi."
"Lo yang mulai, Sayang..."
"Gue seneng kok. Gue seneng dengan sifat lo yang kaya gini. Karena gue bisa bikin bad boy nakal kaya lo nurut sama gue. Gue juga aman, ngerasa terlindungi. Dan, kayanya cuma gue yang bebas ngacak-ngacak poni kebanggaan lo itu. Orang lain nggak bakal berani, sedangkan gue bebas mau nyekek lo juga. Gue fall sama sifat lo yang sekarang, tapi manusia harus berubah, J. Berubah jadi lebih baik lagi."
Jason tersenyum dengan hangat dan menenangkan, lalu berkata, "Gue berubah kaya Power Rangers, gitu maksudnya? Lo mau yang mana? Rangers warna merah apa pink? Pink unyu, leh uga tuh, Bi."
"Serah lo, Idiot." Ghea menggeram.
"He he he. Ntar gue beli topengnya dulu ya. Tapi, Bi, baju khusus Power Rangers itu ketat-ketat. Kalau anu gue nampak, gimana?"
Ghea menjerit. "Ih!! Ngomong apa sih, lo?!"
"Anu, itu, jam gue yang bisa nyala itu lho, Bi. Anu-anu yang lain nih pasti lo mikirnya."
"IDIOOOOOOT!!!"
"He he he. i***t tapi masih aja dipertahanin. He he he. Sok ganteng banget ya gue. He he he."
Iya, i***t, tapi gue sayang banget, bisik Ghea dalam hatinya.