"Beneran, kamu udah kuat. Buat sekolah?" Erlangga membantu gadis itu masuk ke dalam mobilnya, Qiana mengangguk. Ia sudah bertekad untuk sekolah meskipun ia masih terasa lemas dan pusing. Akibat lambungnya. Ia sudah ketinggalan banyak pelajaran. Dan lagi hari ujian di sekolahnya sudah di mulai. Meski ujian Nasional masih beberapa hari lagi. "Wajah kamu masih pucat banget yang," cemas Erlangga. "Aku enggak apa-apa Lang. Ayo, nanti kita telat!" Erlangga mengangguk, meski jujur ia cemas pada gadis itu. "Lang, obat aku di bawa kan? Aku lupa?" Tanya Qiana setelah mereka sama-sama di dalam mobil. "Sudah sayang," Erlangga mengusap lembut kepala gadis itu penuh sayang. Qiana tersenyum, ia menatap cowok di sampingnya itu. Penuh kagum. Bukan kagum karena ketampanannya, atau karena tubuh sexy d