Jina sudah memikirkan semua ini kalau ia ingin tinggal sendiri di paviliun sampai anaknya lahir, lalu pergi meninggalkan semua kemewahan ini. Jina tidak ingin terbiasa dengan apa pun, termasuk kehadiran Dean dalam hidupnya. Sebelumnya, Jina sangat yakin untuk berjuang meluluhkan hati Dean, tapi ketakutan dan kekhawatiran itu tiba-tiba datang padanya. Perjuangan itu akan membuatnya bergantung pada Dean dan itu akan menyakitkan untuknya ketika ia harus pergi dengan kegagalan dalam perjuangannya. Jadi, Jina pikir lebih baik menyerah di saat rasa sakitnya belum begitu besar. "Ada apa denganmu? Apa yang membuatmu tiba-tiba ingin pindah ke paviliun?" Dean bertanya pada Jina yang saat ini sedang mengemasi barang-barangnya. "Bukankah kau ingin aku menyerah? Anggap saja ini sudah saatnya bagi