Sekelebat Masa Lalu

1375 Kata
Astaghfiraallah, makhluk apakah sebenarnya tadi? Mengapa seperti manusia? Dan mengapa harus anak-anakku yang mengalami ini semua? Mengapa tidak orang lain? Tenggorokan Fitri terasa sangat kering, ia mencoba mengambil gelas di atas nakas dengan tangan yang bergetar dan tidak sengaja gelas tersebut jatuh dari pegangannya. Kejadian tersebut membuat Fauzi terkejut dan bangun seketika. Ia bingung melihat wajah istrinya saat ini penuh dengan peluh keringat. "Ibun?" "Ibun baik-baik saja?" tanyanya ragu-ragu, ia sangat berhati-hati menanyakan sesuatu sekarang pada Fitri karena wanita itu belakangan ini sering sekali salah paham dengan pertanyaan-pertanyaan dari Fauzi. "Ada apa?" "Gak pa-pa, Ayah." "Yakin?" Fitri mengangguk. "Haus?" Ia mengangguk lagi. Fauzi dengan cekatan langsung mengambil minum menggantikan minum Fitri yang tumpah. Gelas baru diberikan oleh Fauzi, istrinya langsung meneguk habis tanpa sisa. Sepertinya Fitri masih sangat terkejut dengan kejadian tadi sehingga membuatnya masih tak bisa berkata-kata dan masih kosong pikirannya. "Sebenarnya ada apa? Bagaimana bisa gelas itu terjatuh dari pegangan Ibun?" tanya Fauzi sangat lembut sekali. "Aku takut, Ayah. Takut sekali." "Takut sama siapa? Dan kenapa?" "Takut sama sosok wanita cantik yang baru saja pergi dari hadapanku." Fauzi menaikan satu alisnya bingung, apakah ada yang hadir disini? Tetapi, mengapa ia tak merasakannya? Apa mungkin ia tidur terlalu pulas sehingga tak bisa merasakan ada sosok yang datang? Ia menarik nafas panjang dan menghembuskannya perlahan. "Seperti apa?" "Wajahnya putih bersih, sosok itu sungguh sangat cantik, kulitnya putih lembut, memakai pakaian seperti jaman dahulu dengan selendang hijau yang menambah kecantikannya." "Apa yang di sampaikan olehnya?" "Katanya, sosok itu nantinya yang akan menjaga anak kita ini, Yah." "Lalu?" "Sudah, itu saja yang dikatakan olehnya." Fauzi menarik nafas panjangnya lagi. Ia tak menyangka semuanya secepat ini. Sosok itu memang nantinya akan muncul namun ia tak terpikir bahwa akan muncul sekarang. Jika sosok tersebut muncul sekarang itu artinya memang banyak sekali yang menginginkan anaknya. "Ibun, istirahat saja, ya. Sudah malam, ayah yang akan terjaga." "Tapi … Ibun takut, Ayah." "Tenang, semua akan baik-baik saja," ucapnya menenangkan dan memeluknya dengan sangat erat. Fauzi bershalawat agar istrinya bisa segera tidur, jika istrinya sudah susah untuk tidur dan banyak gangguan yang menghampiri, obatnya cuman satu yaitu shalawat dari suaminya. Sayup-sayup suaranya terdengar di telinga Fitri dengan sangat merdu. Perlahan ia mulai memejamkan mata dan tertidur dengan pulas. *** Fauzi memandang wajah ayu istrinya, ia menyingkirkan beberapa helai rambut yang menutupi wajah cantiknya itu. Pipinya yang merah, dan bibir tipisnya sungguh membuat Fauzi sangat tergila-gila padanya. Mengingat beberapa tahun yang lalu usahanya sangat luar biasa mendapatkan Fitri. Fauzi harus menyingkirkan banyak lelaki yang berusaha mendekati Fitri dengan berbagai macam cara. Salah satunya adalah dengan guna-guna. Memang, sejak dulu banyak sekali yang menginginkan istrinya baik secara manusia maupun secara gaib. Istrinya pun sering kali menjadi korban untuk tumbal pesugihan. Bagaimana Fauzi bisa tau semua itu? Karena ia benar-benar mencari tau dan menjaga Fitri dari jarak jauh. Ia berusaha semaksimal mungkin melemahkan para lawannya. Beruntung karena ia mempunyai kelebihan yang orang lain tidak ketahui. Tapi, tanpa ia ketahui ternyata istrinya juga tahu kelebihan tersebut. Sebenarnya, kelebihan Fitri sangat luar biasa, ia bisa melihat kematian seseorang. Maka dari itu, ia lebih senang sekali untuk menyendiri karena menurutnya ia bagaikan malaikat pencabut nyawa ketika melihat kematian sudah di depan mata orang yang ia temui. Terkadang, Fauzi menemukan Fitri dalam keadaan yang tidak baik-baik saja. Wanita itu sering kali terlihat menangis tersedu-sedu karena melihat sosok menyeramkan. Padahal, wanita itu sudah sering melihat yang seram bahkan sangat menyeramkan tetapi terkadang masih saja merasa takut jika diperlihatkan yang seram. Ujung bibir Fauzi tertarik dan menciptakan bulan sabit di bibirnya. Rasanya lucu sekali jika mengingat perjuangannya dulu menyelamatkan Fitri dari segala macam bahaya ulah manusia. Dan perjuangannya tidak sia-sia, karena ia bisa memiliki Fitri seutuhnya seperti sekarang ini, bahkan lebih lengkap dengan kehadiran Rey dan calon bayi mereka. Fauzi sudah mengetahui bahwa kehidupan mereka akan menghadapi banyak rintangan dan salah satunya menghadapi kedua anaknya yang nanti satu sama lain saling membantu dan satu sama lain saling bisa melihat juga merasakan kehadiran mereka. Untuk saat ini, memang Rey hanya bisa merasakan tanpa bisa melihat dimana mereka berada tetapi jika diasah sedikit saja, dalam sekejap dia bisa membakar mereka semua yang berusaha mengganggu keluarganya. Rey nanti yang akan sangat overprotective pada keluarga, terutama pada Ibun dan Adik perempuannya. Rey akan selalu menjaga mereka di setiap saat, insting dan telinganya sangat tajam dan ia bisa mengetahui pergerakan lawan. Fauzi membelai lembut rambut hitam istrinya dan mengusap peluh di kening istrinya. Ia mengecup mesra kening dan juga bibir ranum tersebut, terlihat ada pergerakan dari tubuh Fitri yang sepertinya terganggu karena ulah suaminya. Fauzi terkekeh melihat istrinya menggeliat manja yang justru terlihat sangat seksi apalagi dengan perut buncitnya itu. Sayang, maafkan aku jika menarikmu pada semua ini. Aku sebenarnya sudah tau kejadiannya akan seperti ini, tetapi aku tetap diam karena tak ingin membuatmu khawatir. Kedua anak kita memang kelak akan seperti kita berdua, terlebih lagi anak perempuan kita yang sekarang masih di dalam kandunganmu. Adik bayi ini anak lebih peka dan harus extra dijaga karena memang banyak yang menginginkannya, gumamnya lirih. Maafkan Ayah, ya, Bun. Ayah pikir hanya salah satu saja yang akan menuruni apa yang kita miliki namun ternyata Ayah salah. Justru keduanya benar-benar akan melebihi kita, memang ayah juga takut dan merasa khawatir dengan semua ini. Tapi, bagaimana lagi? Ini semua adalah anugerah dari Gusti Allah. Dan Ibun gak bisa bilang kalau ini adalah derita, lanjutnya. Di luaran sana banyak yang tidak memiliki kelebihan seperti kita, sedangkan kita diberi kesempatan oleh Gusti Allah untuk mempunyai kelebihan yang seharusnya bisa kita jaga dan manfaatkan dengan baik. Kita harusnya bersyukur bukannya mengeluh, ucapnya masih dengan suara yang lirih agar tidak membangunkan istrinya. Maaf, Ibun. Maaf jika selama ini Ayah belum semaksimal mungkin menjaga Ibun dan Abang. Tapi, Ayah janji akan menjaga kalian sebaik mungkin hingga titik darah penghabisan. Abang dan adik adalah harta kita yang paling berharga dan harus juga wajib dijaga semaksimal mungkin. Ibun, selalu ingatkan ayah apabila ada kesalahan-kesalahan saat menjaga kalian ya. Jangan pernah lelah untuk tetap berada di samping ayah, menjaga kedua buah hati kita dengan sebaik mungkin. Percayalah, Ibun, kedua buah hati kita kelak inshaa Allah akan sangat berguna bagi orang banyak asalkan kita mau dan bisa berusaha untuk menjaga dan mendidiknya dengan baik. Kita bisa sayang, pasti bisa menghadapi semua ini. Sekarang kita tidak berdua tapi berempat, kamu jangan takut lagi ya, ada aku, abang dan adik yang akan menjagamu selalu hingga akhir hayat kami. I love you Ibun sayang. *** Adzan subuh berkumandang, Rey sudah lebih dulu terbangun dari tidurnya. Seperti biasa, ia akan masuk ke dalam kamar orang tuanya seperti biasa dan langsung naik ke kasur melanjutkan tidurnya kembali sambil memeluk Fitri. Pemandangan luar biasa ini sudah sering kali terjadi bahkan setiap harinya selalu begitu. Fauzi terbangun karena tidurnya mulai terganggu dan juga adzan subuh sudah mulai berkumandang. Tubuhnya terasa sangat berat sekali, jelas saja berat dadanya tertahan oleh kaki anak sulungnya yang tidur selalu saja muter. Tangannya mendekap Fitri dan kakinya naik ke atas d**a Fauzi. Lelaki itu hanya menggelengkan kepalanya lemah. Selalu saja di kerjain oleh anaknya setiap pagi seperti ini. Fitri juga sudah semakin terlihat gelisah, sepertinya ia merasa risih karena tangan Rey terlalu erat mendekap tubuh Ibunnya yang sudah sangat besar itu. Terlebih lagi gerakan perutnya yang terlihat sepertinya sedang menendang, hm, pasti abangnya itu tidak tidur tetapi bermain dengan adiknya. Fauzi langsung menyingkirkan kaki Rey dan bangun dari tidurnya. Lalu memindahkan Rey dengan posisi yang tepat agar tidak memberatkan tubuh istrinya. Fitri menggeliat dan membuka matanya perlahan, ia tersenyum lembut melihat suaminya sedang memindahkan Rey. "Lagi?" "Ya seperti biasanya. Dan kali ini, kakinya berada di atas d**a bidangku yang hampir saja menghantam wajah." "Rey … Rey … selalu ada saja kelakuannya itu. Ya sudah, ayo kita shalat subuh dulu, Yah," ajak Fitri dan di angguki oleh Fauzi. Fauzi membantu istrinya bangkit dan memapah ke kamar mandi untuk wudhu setelah itu mendudukannya di sebuah kursi karena istrinya itu sudah tak sanggup berdiri lama juga kepalanya selalu pusing jadi cari aman lebih baik shalat dalam posisi duduk. Mereka melaksanakan shalat subuh dengan sangat khusyu sekali. Setelah itu berdoa bersama dan langsung melaksanakan kegiatannya masing-masing. Fauzi membersihkan diri dan bersiap untuk berangkat bekerja, Fitri pergi ke dapur untuk menyiapkan makanan dan Rey? Jangan ditanya, sudah pasti melanjutkan tidurnya dan akan keluar kamar jam delapan pagi. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN