Bab 28. Setitik Rasa Iri

1241 Kata

Dinara yang mendengar suara menggelegar Tamara dari sambungan telepon hanya dapat diam. Dia tak berani untuk memberi komentar kepada Narendra yang wajahnya terlihat masam melebihi mangga muda. Memilih diam adalah keputusan yang bijak untuk saat ini. "Aku tidak ngapa-ngapain Bonita, Mah. Kemarin aku hanya kelelahan makanya mood aku tidak dapat terjaga dengan baik," ucap Narendra setelah terdiam beberapa saat. "Benar yang kamu katakan itu Rendra? Tolong jawab Mama dengan jujur," pinta Tamara dengan nada tegas. "Aku sudah mengatakan yang sejujurnya, Mah. Terserah kalau Mama mau percaya atau tidak. Dan kalau Mama nggak ada lagi yang ingin dibicarakan, aku tutup dulu teleponnya. Pekerjaanku masih banyak, Mah," kata Narendra yang berusaha untuk mempercepat percakapannya dengan Tamara. "Dasa

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN