Kericuhan masih terjadi di hari kedua gagalnya pernikahan Kevin dan Tania. Ken yang masih menjadi pihak yang seolah dia tidak tahu apapun, dan mencoba untuk menjadi orang yang menenangkan seluruh keluarganya termasuk ibunya sendiri yang masih menatap pada Kevin yang berbaring di rumah sakit dengan tembakan yang terdapat di d**a adiknya.
Akh! Untung saja orang-orang Ken tidak membunuh Kevin langsung, kalau tidak, ibunya akan tambah kacau sekarang. Ken tidak mau melihat wanita yang telah melahirkannya ini tambah kacau dan akan mencoba mengakhiri hidupnya sendiri.
“Ma, makan dulu ya. Biar Ken suapi. Mama jangan seperti ini, nanti kalau Kevin sadar, lihat Mama yang sakit dan kacau, dia juga sedih. Ken masih berusaha mencari Tania. Mama tenang saja, Mama percaya pada Ken ‘kan? Kalau Ken pasti bisa menemukan Tania.” Ucap Ken berbicara lembut, di tangannya ada piring makanan untuk ibunya.
Alea melihat putranya dan langsung memeluk putranya. “Ken, Mama tidak mau adik kamu meninggalkan Mama. Mama takut Ken. Mama takut kalau nanti adik kamu tidak sadar dan terus menutup matanya.” Isak Alea penuh ketakutan dan tidak bisa membayangkan putranya pergi meninggalkannya.
“Mama jangan bicara seperti ini. Percaya pada Ken, kalau Kevin pasti sadar. Mama makan dulu, ya. Ken harus pergi setelah ini. Proyek yang baru Ken urus minggu lalu ada kekacauan. Ken akan cepat pulang dan menemani Mama di sini.” Ucap Ken menyendok nasi di piring dan mengarahkan ke mulut ibunya.
“Kamu mau ninggalin Mama dan Kevin? Kamu bisa serahkan kerjaan kamu itu sama orang lain Ken. Jangan kamu yang menanganinya, Mama tidak mau kamu pergi.” Alea memegang tangan putranya.
Ken masih memasang senyumannya, padahal dalam hati ia cukup kesal, mana mau dirinya berlama-lama menjaga adiknya. Kalau dia bisa untuk ke tempat Tania sekarang, dan membuat gadis itu menjadi miliknya.
“Ma, tidak bisa. Proyek ini sangat penting dan kalau proyek ini hancur, maka Ken akan rubbi banyak. Lalu Ken harus memikir ulang bagaimana menutupi kerugian ini. Mama tenang saja, Ken hanya pergi sebentar saja dan setelahnya akan pulang. Ken juga tidak akan menunda mencari Tania. Ken pasti menemukan Tania.” Ucap Ken mengusap rambut ibunya dan lalu mengusap air mata ibunya.
Evan mendengar obrolan ibu dan anak itu, berjalan mendekati istrinya dan duduk di samping Alea. “Kamu jangan sedih dan larang Ken untuk pergi. Biarkan dia urus pekerjaan. Alea, Ken punya banyak tanggung jawab. Dia itu punya banyak karyawan yang mengantungkan hidupnya pada Ken. Kamu jangan melarang ya.” Ucap Evan lembut.
Alea mendengar apa yang dikatakan oleh suaminya mengangguk. “Kamu pergi sekarang saja, biar Mama makan sendiri. Kamu cepat selesaikan pekerjaan kamu. Dan pulang ke sini, Mama mau kamu ada di samping Mama Ken. Mama tidak bisa berjauhan sama anak Mama yang lain, disaat anak Mama yang satu lagi berbaring dengan berbagai macam alat medis yang ada di tubuhnya sekarang.” Ucap Alea menatap sendu pada Kevin yang masih berbaring dengan berbagai macam alat. Di tubuhnya.
Ken mendengar ucapan ibunya mengangguk. “Iya, Ken akan cepat pulang Ma. Mama tenang saja, Ken pergi dulu.” Ken mencium kening ibunya, dan keluar dari dalam ruangan adiknya.
Mata Ken bertemu dengan mata Vander dan Hyena yang ada di luar ruangan Kevin. Ken menghampiri Vander.
“Om, jaga kesehatan juga. Ken harus pergi sebentar, karena ada masalah pekerjaan. Om tenang saja, Ken tetap mencari Tania.”
Vander mengangguk dan langsung memeluk keponakannya ini. “Terima kasih Ken, sudah mau membantu Om. Om takut sekarang, terjadi sesuatu sama Tania. Kalau memang penculiknya mau meminta untuk tebusan setelah menculik Tania. Pasti mereka sudah menghubungi Om sekarang. Tapi ini mereka—”
“Sudah, tenang dulu ya Om. Tante, jangan menangis terus. Ken tidak suka melihat Tante menangis. Tania pasti baik-baik saja. Ken janji akan membawa Tania ke sini.” Ya, setelah Ken berhasil membuat Tania menjadi milik Ken. Lanjut Ken dalam hatinya.
“Terima kasih sudah mau membantu mencari Tania. Padahal kamu sedang sibuk dengan pekerjaan kamu dan juga mengurus pernikahan kamu dengan Marien juga.”
“Tidak usah dipikirkan Tan. Lagian Ken belum mau menikah dulu, kami masih mau bertunangan dulu. Apalagi keadaan masih kacau sekarang.” Tukas Ken.
“Kamu tidak usah memikirkan keadaan yang kacau, Nak. Kalau kamu memang mau menikah dengan Marien. Kamu urus saja pernikahan kamu dengan Marien, kami tidak akan melarangnya.” Tangan Hyena mengusap rambut Ken lembut.
Hyena sudah menganggap Ken ini anak kandungnya sendiri.
“Ya, tapi untuk sekarang Ken belum mau menikah. Ken pamit dulu.” Ucap Ken berjalan meninggalkan pasangan paruh baya itu.
Ken masuk ke dalam mobilnya. Seringai tercetak di bibirnya sembari mengeluarkan ponselnya, dan mencari foto yang dikirimkan oleh orang suruhannya. Foto gadisnya yang sedang terkurung di dalam kamar sekarang.
“Sayang, bagaimana kabarmu sayang?” tanya Ken tertawa kecil. “Pasti kau sangat bahagia sekali ya? Karena kau tidak jadi menikah dengan Kevin. Hahaha… kau memang harus tidak menikah dengan Kevin sayang. Karena kau akan menikah denganku.” Gelak Ken begitu jahat.
Ken menyimpan ponselnya, lalu ia menghidupkan mesin mobilnya, dan menancap gas dan meninggalkan rumah sakit. Sudah cukup Ken untuk bersandiwara di depan semuanya, sekarang Ken harus menemui sang kekasih tercintanya. Yang sudah menunggunya di dalam kamar.
Ken mengelus miliknya sembari menjilat bibirnya. Selama ini Ken menjadikan foto Tania sebagai fantasinya untuk memuaskan dirinya sendiri saat menyentuh wanita lain atau sedang di dalam kamar. Sekarang, dia bisa melakukannya langsung dengan Tania.
Tania … datanglah pada Kak Ken sayang. Kak Ken akan membuat kau merasa dicintai dan menjadi milik Kak Ken sayang.
Mata Ken menatap pada ponselnya yang terus berdering, dan melihat siapa yang meneleponnya. Marien! Gadis sialan itu yang meneleponnya. Ken terpaksa menerima dirinya untuk tunangan dengan Marien. Agar tidak ada yang curiga pada dirinya, yang selalu memperhatikan Tania diam-diam.
Juga memberikan perhatian pada Marien, seolah dirinya ini memang tunangan yang begitu baik sekali untuk Marien. Dan mencintai Marien yang selalu menyanjung dirinya dan menduga kalau dirinya tergila-gila pada gadis itu.
“Hallo.”
“Ken! Kau dimana?” tanya Marien di seberang sana.
“Aku sedang menuju bandara sayang. Aku harus mengurus pekerjaanku, proyek minggu lalu, yang aku bilang padamu, dan sekarang proyeknya mengalami masalah.”
“Yah… aku kira kau di rumah sakit. Aku sekarang di rumah sakit, menemani Mamamu,”
“Terima kasih sayang. Aku akan cepat pulang. Jangan pasang wajah cemberut.” Ucap Ken dan langsung mematikan sambungan teleponnya tanpa menanti jawaban dari Marien.
Jangan pasang wajah cemberut. Cuih! Aku tidak peduli padamu Marien! Aku hanya peduli pada Taniaku. Ucap Ken dalam hati dan matanya menatap tajam ke depan dan tidak sabar menemui Tanianya.